Lulusan Pendidikan sekolah (pendidikan formal), mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, tentunya tidak akan mau menjadi penganggur, tetapi ingin terjun ke dunia kerja. Dunia kerja sangat lain dengan dunia belajar di bangku sekolah. Dari lingkungan belajar di sekolah dengan permasalahan lebih sedikit, menuju medan perburuan kerja dengan sejumlah permasalahan dan sama sekali lain.
Kegelisahan dan kecemasan yang dirasakan lulusan sekolah menjadi faktor intern; disambut dengan promosi sejumlah lembaga pendidikan yang menawarkan kemudahan dan keahlian untuk siap bekerja sebagai faktor ekstern, maka lengkap sudahlah faktor pendorongnya untuk mengembangkan diri sebelum terjun ke dunia kerja. Dalam konteks yang demikian, penentuan pilihan lembaga pendidikan untuk bekal bekerja adalah suatu hal yang sulit.
KEMAMPUAN DIRI SIAP BEKERJA
Menyiapkan dana untuk pengembangan kemampuan diri agar siap bekerja adalah sikap yang tepat; tetapi kemana diri kita akan dikembangkan dan apa saja yang perlu dikembangkan adalah pertanyaan yang harus dijawab, sebelum menerima uluran tangan lembaga pendidikan yang tak ada gratis begitu saja.
Ada enam unsur yang dapat menjadikan seseorang mampu memburu lapangan kerja dan berhasil. Keenam unsur tersebut adalah nilai, perasaan, keterampilan, kreativitas, resiko, dan tujuan. Keenam unsur yang telah disebutkan akan dibahas sebagai berikut
Pertama, nilai yang didefinisikan sebagai keseluruhan elemen yang menunjukkan bagaimana seseorang mempunyai keputusan untuk menggunakan hidupnya. Nilai ditentukan oleh dua hal utama, yakni pengalaman masa lalu dan harapan masa depan yang riel, akan menjanjikan nilai diri seseorang semakin kompetitif.
Kedua, perasaan yang didefinisikan sebagai reaksi emosional yang diberikan seseorang pada suatu kejadian tertentu.
Ketiga, keterampilan yang didefinisikan sebagai segala ragam kemungkinan yang paling luas tentang atribut yang mewakili kekuatan, kemampuan, dan karakteristik yang memberikan potensi terbesar, sebagai jalan menuju sukses menghadapi problem, tugas, dan pengalaman lainnya.
Keempat, kreativitas, yakni semua olah pikir yang diarahkan untuk menghasilkan gagasan yang lebih sekedar menyelesaikan problem. Selalu terdapat lebih dari satu penyelesaian suatu problem, dengan jalan melakukan modifikasi, penyederhanaan, penekanan atau penguatan, penggabungan dengan yang lain, pengaturan kembali, pembalikan, dsb.
Kelima, pengambilan resiko yang merupakan pengambilan satu dari sekian banyak alternatif dengan menyadari tanggung jawab dan resiko atas pilihan yang telah ditentukan. Resiko diambil setelah diperhitungkan kegagalan minimumnya, maksimun hasil yang dicapai, dan kemungkinan keberhasilannya.
Keenam, penentuan tujuan yang merupakan target yang hendak dicapai. Dalam hal ini dikenal dua jenis target, yakni target antara dan target akhir. Target antara adalah target sementara yang harus dilewai mencapai target akhir.
MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN
Mengenal jenis-jenis pekerjaan yang ada, berguna bagi seseorang untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang akan dipilih dan ditekuni. Menurut jenisnya pekerjaan dibagi tiga, yaitu:
Pertama, pekerjaan lapangan. Sesuai dengan jenisnya, pekerjaan ini lebih banyak dilakukan di lapangan (alam terbuka), baik di darat, laut, maupun udara, bahkan di bawah tanah. Karena lokasi yang terbuka tentu saja temperatur udara juga berbeda-beda sesuai dengan keadaan alamnya. Oleh karena itu, pekerjaan lapangan menuntut persyaratan stamina fisik yang memadai dan harus mempunyai minat terhadap tugas-tugas luar. Selain di lokasi yang berbeda-beda juga akan berhubungan dengan orang yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, pekerjaan lapangan harus memiliki penyesuaian diri yang baik. Contoh pekerjaan ini: tenaga penjualan/ salesmen, tenaga bangunan, dan operator mesin pertanian.
Kedua, pekerjaan produksi. Pekerjaan ini lebih banyak dilakukan di dalam ruangan. Kondisi lingkungan untuk pekerjaan ini relatif bising (suara mesin). Untuk pekerjaan tertentu, tempratur ruang agak panas dan bising karena pengaruh mesin. Pekerjaan ini monoton, sehingga dibutuhkan ketekunan dan keterampilan bagi pekerjanya. Contoh pekerjaan ini: operator mesin gergaji, tukang rakit jam, dan operator mesin penggilingan padi.
Ketiga, pekerjaan administratif. Kondisi kerja untuk pekerjaan ini sebagian besar di dalam ruangan, sehingga pengaruh cuaca relatif kecil. Faktor kebisingan maupun bahaya kecelakaan kerja hampir tidak ada. Pekerjaan lebih banyak duduk di belakang meja. Pekerjaan jenis ini menuntut kemampuan ketatausahaan yang memadai. Untuk jabatan-jabatan tertentu dibutuhkan daya analisis, inisiatif, dan kemampuan mengambil keputusan secara tetap. Karena sifat pekerjaan cenderung diulang-ulang dan rutin maka dibutuhkan ketekunan. Contoh pekerjaan ini: resepsionis, juru sortir surat, sekretaris, akuntan, dan manajer personalia.
PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL MERUPAKAN ALTERNATIF
Program PNF/PLS memiliki kurikulum yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mendesak, program belajarnya lebih sederhana, dan memiliki waktu pembelajaran yang singkat/ pendek, serta hasil belajarnya dapat digunakan segera. Selain itu program PNF beragam bentuk dan jenis satuan pendidikannya, seperti Kelompok belajar ( Kejar) Paket A, Paket B, Paket C, Kejar Usaha, Magang, kursus keterampilan, dan berbagai program keahlian khusus; ada yang dikelola pemerintah, swasta, dan perorangan.
Melihat karakteristik, jenis dan satuan PNF, nampaknya dapat dijadikan alternatif pilihan untuk mengembangkan kemampuan diri untuk siap bekerja. Semua jenis dan satuan PNF sebagaimana yang telah disebutkan, sudah ada dan terdapat dimana-mana, tinggal memilih sesuai kebutuhan dan minat.
KONDISI PROGRAM PNF YANG MENJADI PILIHAN
Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih program PNF, yaitu kaji silabi (program dan waktu), guru/pengajar, sarana belajar, biaya dan akreditasi. Untuk jelasnya dibahas sebagai berikut
Pertama, kaji silabi. Diawali mempelajari brosur yang ditawarkan lembaga PNF. Sebaiknya dikunjungi dan dipelajari lebih dari satu tempat program PNF, dipertimbangkan plus dan minusnya, Jangan mudah termakan bualan lembaga penyelenggara program PNF. Pakailah rasio yang logis, jangan libatkan emosi, misalnya ada brosur yang menyebutkan ’gratis’, ditanggung bisa bahasa Inggeris hanya tiga minggu. Apa ada urusan bisnis bisa gratis, apa mungkin bisa bahasa Inggeris hanya dalam waktu tiga minggu.
Perhatikan secara seksama apa tujuan program PNF, silabi (program pembelajaran), lama waktu belajar, kapan mulai dan kapan berakhir program pembelajarannya, saat belajar (pagi, siang, sore atau malam). Bandingkan, gunakan pameo ’pembeli adalah raja’. Bila belum jelas tanyakan pada penyelenggara program PNF.
Kedua, guru/ pengajar. Apapun nama program PNF, sedemikian rinci silabinya, perlu diperhatikan siapa guru/ pengajarnya, latar belakang pendidikannya, pengalaman mengajar, sikap dan tindak tanduknya ketika mengajar, penghargaan yang diperoleh adalah kisi-kisi yang perlu diamati dan dicermati.
Ketiga, sarana belajar. Bagaimana keadaan kelas untuk kegiatan belajar mengajar, peralatan dan kondisi laboratorium atau workshop, manajemen (administrasi). Walaupun ruangan ber-AC memang lebih sejuk, tetapi apakah itu keharusan yang dituntut oleh peralatan belajar.
Untuk program PNF yang berjenis keterampilan, perlu diamati berapa jumlah alat atau mesin, berapa jumlah peserta dalam satu kelas, sudah tertibkah manjemen programnya. Perlu juga diamati bahwa tak ada keterampilan yang dilatihkan tanpa melakukan praktek (learning by doing).
Keempat, pertimbangan biaya. Berapa biaya total program ? dicicil berapa kali. Pertimbangkan matang-matang, sebab program PNF yang murah belum tentu baik, tetapi yang mahal juga bukan jaminan mutu. Program PNF yang murah dan gratis biasanya pemberiannya secara massal, perbandingan peserta didik dengan pengajarnya atau sarana yang dimiliki cukup besar. Akibatnya proses pembelajaran juga tidak efisien. Program PNF yang mahal kadangkala disebabkan fasilitas program yang dicari-cari. Kemudian service apapun, pasti yang dikorek juga dari kantong peserta didik. Bahkan tak jarang mahal untuk keperluan gengsi. Lebih mudahnya, carilah program PNF yang berbiaya dengan kalkulasi yang masuk akal.
Kelima, akreditasi, atau pengesahan status lembaga/ program PNF. Sudah diakreditasikah lembaga pendidikan yang dipilih ? Siapa yang mengeluarkan akreditasi ? Lembaga yang mengeluarkan akreditasi tersebut cukup bonafidkah ? Bagaimanapun tingkatan akreditasi akan menentukan sejauhmana kredential (diploma, sertifikat atau surat keterangan) dari lembaga/ program PNF dihargai oleh masyarakat dan atau oleh lembaga pemilik pekerjaan (pemakai lulusan)
PENUTUP
Kesiapan seseorang untuk bekerja tidak terbatas ketika lulus dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah). Justru kesiapan bekerja ditentukan sejauhmana seseorang memiliki kemampuan diri untuk siap bekerja. Unsur-unsur yang dapat memperkuat kemampuan diri seperti: nilai positif dalam mengambil keputusan, perasan positif, keterampilan produktif fungsional, kreativitas yang terarah, keberanian mengambil resiko dan penentuan tujuan/ target dalam beraktivitas.
Mengembangkan kemampuan diri untuk siap bekerja, dapat dilakukan dengan cara mengenali jenis-jenis pekerjaan yang ada, dan memilih program PNF yang relevan untuk mengasah kemampuan diri, setelah mempertimbangkan kondisi program pembelajaran yang menjadi pilihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brembeck, Cole S., et.all; 1973, New Strategies For Educational Development: The Cross-Cultral Search For Nonformal Alternatives, Institut For International Studies College of Education, Michigan University.
Depnaker R.I., 1992, Klasifikasi Jabatan Indonesia, Jakarta: Proyek PPTK Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja.
Oleh: Ali Latif Amri (Pengajar jurusan PLS Universitas Negeri Makassar)
0 comments:
Post a Comment