Tuesday, December 4, 2007

SATU NUSA SATU BANGSA DAN SATU DATA

Akhir akhir ini saya pusing ngurusin data, karna kantorku baru mulai mambangun sistem data base yang baik untuk pendataan pendidikan non formal, baik data pendidik, tenaga kependidikan, program-program PNF, maupun warga belajarnya.
Kemudian, suatu saat ada acara pertemuan tentang DAPODIK dari konsultan Jardiknas dan pengelola pendataan pendidikan di kabupaten kota Se Sulawesi Selatan di kantorku BPPNFI Regional V, yang menjelaskan tentang pendataan Data Pokok Pendidikan Baik Lembaga, Guru dan Siswanya, berarti dalam hal ini adalah pendataan pendidikan formal (padahal pendidikan non formal adalah bagian dari pendidikan juga, tapi belum tercover dalam sistem Dapodik).
Saat lain saya mengikuti rakor tentang pendataan pendidikan non formal yang memiliki sistem pendataan sendiri, otomatis juga dengan pengkodean tersendiri juga.
Kejadian lain pada saat saya mengurus perpanjangan masa berlaku SIM, dan pada saat itu SIM saya adalah SIM dari Jawa, saya urus perpanjangan masa berlakunya di makassar, ternyata harus mencabut berkas lama yang dari jawa untuk dapat di perpanjang masa berlakunya di makassar (artinya sistem data basenya juga blom baik). Ini membuat saya berpikir kenapa setiap instansi membuat sistem pendataan dan pengkodean sendiri sendiri, kenapa tidak disatukan saja dalam 1 sistem dan 1 macam pengkodean, untuk mengakomodasi seluruh kepentingan warga negara kita.
Untuk menjawab itu saya berusaha mencari solusinya dengan browsing di internet, dan ternyata saya dapatkan jawabannya, bahwa "Pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri saat ini sedang mengkonsolidasikan penerapan sistem pengenal tunggal yang dicirikan dengan Nomor Induk Kependudukan (NK). NIK diberikan kepada setiap orang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia. NIK merupakan nomor identitas tunggal, unik, khas, yang mulai diberikan kepada bayi yang baru lahir dan berlaku sampai meninggal dunia serta tidak tergantikan untuk orang lain". (Koran Tempo; Rabu, 28 Nov 2007).
Semoga kebijakan pemerintah tersebut akan cepat terwujud, karna dengan data yang baik akan dihasilkan perencanaan yang baik pula. Karena dapat di ambil sebuah filosofi yang mengatakan bahwa "DATA ITU SULIT DAN MAHAL, TAPI AKAN LEBIH MAHAL MEMBANGUN TANPA DATA, DAN LEBIH CELAKA LAGI KALAU MEMBANGUN DENGAN DATA YANG MEMBABI BUTA"

oleh : Dwi Sarmulyanto, pemerhati pendidikan nonformal dan informal

Monday, December 3, 2007

DUNIA PENDIDIKAN DULU, KINI DAN AKAN DATANG

Pasar kerja saat ini semakin sulit untuk dimasuki, hanya orang orang yang memiliki keterampilan mampu bersaing untuk mendapatkan satu posisi dalam pasar kerja. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi keterampilan sehingga mampu mencetak alumninya menjadi manusia yang siap memasuki pasar kerja.
Kenyataan yang terjadi saat ini justru lebih banyak lembaga pendidikan yang cuman menjadi sebuah pabrik sarjana dibanding menciptakan sumber daya yang berkualitas, banyak lembaga pendidikan tinggi yang berdiri hanya berorientasi bisnis dibanding lembaga yang berdiri demi memajukan pendidikan atau mencetak SDM yang berkualitas, hal itu terbukti dengan posisi peringkat pendidikan di indonesia yang masih bertengger pada urutan 102 dari 104 negara di tingkat asia maupun asia tenggara.
Dulu...
Tingkat pendidikan di indonesiaku tercinta memisahkan antara pendidikan untuk calon praktisi dan calon analis sejak awal.
Untuk para calon praktisi tersedia Sekolah Kejuruan seperti Sekolah Teknik (ST), Sekolah menengah Ekonomi Pertama (SMEP) dsb, untuk tingkat SLTP, dan SGO, SPG, STM, SMEA untuk tingkat SLTA, sehingga terjadi sebuah transfer ilmu yang berkesinambungan (pada konsepnya), meski pada kenyataannya tidak terjadi seperti konsep awalnya, karna sekolah kejuruan tersebut di anggap sebagai sekolah nomor 2 (karna yang selalu nomor 1 adalah kecapnya, hehehehe), sehingga lebih banyak orang masuk di SMEA ataupun STM lulusan SMP, begitu juga di tingkat perguruan tingginya, lebih banyak orang masuk ke program diploma jurusan jurusan tersebut dari SMA, sementara program diploma adalah program pendidikan bagi calon praktisi di perguruan tinggi, sehingga selalu terjadi pengulangan proses pembelajaran, bukannya berkesinambungan
Untuk para calon analis melalui jalur Sekolah Menengah Atas atau SMA, di mana pada proses pembelajarannya sangat kecil persentase pembelajaran keterampilannya.
Kini .....
Sekolah Kejuruan tingkat pertama telah tiada, bahkan beberapa sekolah kejuruan tingkat atas pun menjadi tinggal cerita.
Gejolak negatif pendidikan semakin diperparah dengan munculnya beberapa perguruan tinggi swasta di tingkat kabupaten tanpa memperhatikan kelayakan tempat pendidikan, ada yang menggunakan fasilitas gedung SMP, SD, bahkan masjid sebagai tempat pembelajarannya, apa yang akan dihasilkan oleh lembaga semacam ini,
Seorang intelektual ?
Orang siap kerja ?
masih menjadi tanda tanya .....
Banyak terjadi penipuan publik tentang perguruan tinggi, karna lembaga-lembaga pendidikan yang tidak terakreditasipun berani melakukan proses pembelajaran, bahkan menerbitkan ijazah tingkat diploma maupun sarjana.
Masa yang akan datang ....
Bila saat ini pendidikan semakin dipertanyakan alumninya, apa yang bisa kita ceritakan untuk masa datang, mungkin hanya pertanyaan tanpa jawab yang akan timbul di benak kita, (seperti tatapan mata kosong sang anak dalam gambar) yang bisa dilakukan cuman berdoa semoga pendidikan di Indonesia semakin membaik dan Indonesiaku tercinta akan semakin jaya...

oleh : Dwi Sarmulyanto, pemerhati pendidikan nonfomal dan informal



Sunday, December 2, 2007

PERJALANAN KE PAPUA


Akhir tahun 2005 tim seksi informasi BPPLSP Regional V (Arman, Dwee, Andhy, Ulla) mengadakan perjalanan peliputan kegiatan pendidikan non formal di wilayah kerja Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Papua.

Perjalanan dari Makassar ke bandara Sentani di tempuh dengan waktu 5 jam penerbangan dan 1 kali singgah transit di bandara Osok kabupaten Sorong.

Setelah Transit selama 30 menit di bandara Osok, perjalanan di lanjutkan menuju bandara Sentani Kabupaten Jaya Pura.

Pertama kami memasuki ruang kedatangan di bandara Sentani Kabupaten Jaya Pura sudah terlihat keanehan di bandara tersebut, karna biasanya di setiap bandara yang lain akan terpampang tulisan di larang merokok, sedangkan di bandara ini ternyata di larang makan pinang, dan diperbolehkan merokok, jadi para kaum ahli hisap bebas melakukan aksinya hehehehe...

Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan dengan perjalanan darat menuju ke BPKB Papua, dan di tempuh dalam waktu sekitar 30 menit.

Kami tiba di kantor BPKB Papua sudah menjelang Maghrib, jadi tinggal menunggu makan malam kemudian rehat dan luruskan badan.

Setelah makan malam kami rehat, nah pada saat itu pula aku melihat tulisan aneh di atas tempat tidur, disitu terlihat ungkapan hati dalam bahasa inggeris dengan gaya bahasa sporadis sehingga membutuhkan daya analisa tingkat tinggi untuk menerjemahkan, karena orang inggeris pun pasti gak bisa terjemahkan hehehehe.

" Only You One in The Liver Me"

Tuh kan sporadis,....

yang jadi masalah sebenernya kata liver disitu, setelah melalui perundingan yang cukup ulet maka kami simpulkan bahwa liver dalam kalimat itu ternyata artinya hati, karna orang sakit liver kan sakit hati jadi ternyata arti dari kalimat itu yah hanya kau satu di hatiku, bahasa inggeris campur bahasa kesehatan hahahahaa..