Tuesday, October 28, 2014

“Pendidikan Nonformal”


belajar sepanjang hayat
Pada dasarnya ada tiga jenis pendidikan yaitu: pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/MTs dan SMA/MA), dan pendidikan tinggi (Universitas). Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Kita sebagai masyarakat yang peduli akan dunia pendidikan wajib hukumnya tahu apa dan bagaimana peran ketiga jenis pendidikan ini. Dari ketiga jenis pendidikan ini, Saya hanya ingin mengulas sedikit tentang pendidikan nonformal yang turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas dunia pendidikan.
Jenis dan Sasaran Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Adapun jenis pendidikan nonformal dapat berupa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, sertapendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dengan bermunculannya pendidikan nonformal di sekitar kita maka diharapkan anak akan mendapatkan nilai dan ilmu lebih dari apa yang telah mereka dapatkan di sekolah dan lingkungan keluarganya. Sesungguhnya pendidikan nonformal adalah pendukung dari pendidikan formal yang anak-anak wajib hukumnya dapatkan di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Pendidikan Nonformal juga pendukung dari pendidikan informal yang anak-anak harus terima dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini menyangkut pendidikan agama, budi pekerti, etika, sopan santun, moral dan sosialisasi yang seharusnya diperkenalkan perdana sekali oleh kedua orang tua mereka. Terkadang tidak sedikit orang tua yang melupakan peran pentingnya dalam mengutamakan pendidikan informal melalui tangan mereka sendiri. Mereka lebih puas jika pendidikan informal itu menjadi tugas rangkap para pendidik di pendidikan nonformal. Lihat saja sekarang, anak usia dibawah 3 tahun saja sudah banyak yang dididik di PAUD padahal sudah menjadi peran penting orang tua lah pendidikan anak usia dini. Segala sesuatu harus berawal dari keluarga karena hal itulah yang akan menciptakan kepribadian anak nantinya. Intinya, pendidikan nonformal hanyalah pendukung dari segala jenis pendidikan.
Peran Pendidikan Nonformal
Kehadiran berbagai PAUD dan lembaga pendidikan nonformal yang kian beredar di sekitar kita menunjukkan betapa pedulinya oknum pendidik nonformal terhadap dunia pendidikan nonformal. Ini akan sangat membantu para orang tua yang menginginkan nilai lebih yang dihasilkan anak-anak mereka sebagai bentuk pendukung pendidikan formal yang anak terima di sekolah. Dalam hal ini peran penting pendidikan nonformal sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat bergerak sebagaimana mestinya. Masyarakat patut bersyukur dengan keberadaan pendidikan nonformal maka kebutuhan anak-anak dalam mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal mereka bisa terpenuhi. Sebut saja berbagai contoh yang ada di sekitar kita saat ini; dengan adanya Sanggar Kegiatan Belajar yang menawarkan pembelajaran seperti di sekolah formal tapi dengan keringanan jam belajar membantu anak-anak untuk tetap bersekolah di waktu mereka yang mungkin tidak sefleksibel anak-anak di sekolah formal. Pengadaan Program Paket A, B dan C oleh pendidikan nonformal membantu semangat anak-anak yang tidak lulus sekolah formal kembali berkobar karena peraturan pemerintah yang menyatakan ijazah mereka setara dengan anak-anak yang menimba ilmu di sekolah formal. Kemunculan banyaknya PAUD cukup meringankan beban orangtua yang mungkin sebagian besar waktunya terkurasakan dunia karir mereka. Di PAUD, anak-anak dipastikan mendapatkan dasar pendidikan formal sebagai bekal mereka sekolah nanti dan tambahan pendidikan informal sebagai pelengkap pendidikan informal yang mereka dapatkan di lingkungan keluarga. Banyaknya Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar yang kian marak di sekitar kita dapat menjadi penambah dan pelengkap ilmu yang anak-anak peroleh di sekolah formal. Sungguh besar peran dunia pendidikan nonformal.
Bersikap selektif
Menilik banyaknya PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang berlomba-lomba menawarkan keunggulan dari masing-masing lembaga, banyak orang tua berbondong-bondong mengantarkan anak-anaknya ke lembaga pelayanan pendidikan nonformal tersebut berharap buah hati mereka mendapatkan pendidikan tambahan yang tepat dan baik untuk melengkapi kebutuhan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu sudah selayaknya orang tua bersikap selektif dalam memilih PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang tepat untuk anak-anak mereka mengingat kian maraknya keberadaan layanan pendidikan nonformal yang hanya berasas manfaat. Jadi, meninjau betapa banyak kelebihan yang ditawarkan pendidikan nonformal dalam rangka melengkapi pendidikan formal dan informal sudah sepantasnya lah kita sebagai masyarakat yang peduli akan pendidikan generasi penerus bangsa memilih yang terbaik dan sesuai kualitas yang ditawarkan. Jangan lupa untuk menjadi saksi keberhasilan anak-anak akan proses belajar yang dilakukan selama anak-anak dalam masa pembelajaran di PAUD, Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar di sekitar kita. Buat anak, jangan coba-coba. Apalagi menyangkut pendidikan yang bersifat mendidik sepanjang hayat. Jadilah pendidik sejati yang berawal dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/


Sunday, October 26, 2014

Jauhkan Anak dari Kekerasan Seksual

Kasus kekerasan seksual pada anak kerap muncul dalam pemberitaan media nasional dalam beberapa bulan belakangan ini. Meski telah menimbulkan trauma psikis dan fisik terhadap korban, ancaman hukuman terhadap pelaku terkadang relatif ringan. Bahkan beberapa perkara menguap begitu saja. Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual membuat banyak orang tua was-was akan keselamatan anak mereka. 

Istilah kekerasan seksual pada anak muncul sejak 1999 oleh American Academy of Pediatrics. Istilah ini sendiri berarti perlakuan seksual dari orang dewasa kepada anak yang belum cukup umur, dan melanggar hukum serta norma sosial. Seperti kontak fisik yang tidak wajar hingga hubungan seksual atau pemerkosaan.

Kasus kekerasan seksual pada anak kerap muncul dalam pemberitaan media nasional dalam beberapa bulan belakangan ini. Meski telah menimbulkan trauma psikis dan fisik terhadap korban, ancaman hukuman terhadap pelaku terkadang relatif ringan. Bahkan beberapa perkara menguap begitu saja. Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual membuat banyak orang tua was-was akan keselamatan anak mereka. 

Istilah kekerasan seksual pada anak muncul sejak 1999 oleh American Academy of Pediatrics. Istilah ini sendiri berarti perlakuan seksual dari orang dewasa kepada anak yang belum cukup umur, dan melanggar hukum serta norma sosial. Seperti kontak fisik yang tidak wajar hingga hubungan seksual atau pemerkosaan.

Menurut psikolog anak, Toge Aprilianto kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, kekerasan seksual pada anak dapat teridentifikasi dengan melihat perubahan perilaku maupun kondisi fisiknya. “Anak-anak cenderung akan lebih pendiam dan menutup diri setelah kejadian kekerasan seksual,” kata Aprilianto, Rabu, 16 Oktober 2014. “Terkadang juga ada perubahan fisik.”

Untuk mencegahnya, orang tua harus membiasakan anak untuk mengenal konsep kepemilikan. Seperti menjaga dan melarang orang lain menyentuh alat genital, dada, bokong, paha, serta mulut. Juga membekali anak cara menghadapi pelaku kekerasan seksual.

Orang tua harus ikut pula berperan dalam melindungi anak dari kekerasan seksual dengan membantunya belajar menjadi dewasa. Istilah dewasa dalam konteks perilaku mengacu pada kualitas personal dan berkaitan dengan kondisi mental yang berisi kesanggupan berpikir, belajar, serta peduli. Sedangkan dewasa dalam konteks kualitas personal, orang tua dapat mengajarkan anak untuk menjadi dewasa sebelum mereka berusia 13 tahun. “Sehingga pada masa remaja, anak-anak tidak menjadikannya sebagai ajang pencarian jati diri semata,” kata dia.

Aprilianto menyarankan agar orang tua mulai mengajarkan anak tentang pendidikan seks sejak dini. Terlebih bila anak-ana sudah bisa diajak berinteraksi. Sebab pendidikan seks adalah proses pembentukan atau perubahan sikap untuk menjadi dewasa. Pemahaman seks bisa dilakukan dengan metode belajar dan menjadikannya sesuatu yang bersifat alamiah. Bukan menempatkan pendidikan seks sebagai hal tabu.

Pendidikan seks tidak perlu dikemas dalam bentuk kurikulum khusus atau sebagai program formal seperti belajar di sekolah. Malah sebaiknya dilakukan dalam ruang privat sebagai aktivitas personal. “Supaya isu seks tidak jadi tema murahan,” kata dia. Tujuannya pun bukan mengajarkan anak terhindar dari aktivitas seks di usia dini. “Tapi mengajarkan mereka supaya paham tentang alat kelamin, fungsi, dan pemanfaatannya.”



sumber:
https://id.she.yahoo.com/