Monday, February 9, 2009

INTELEKTUAL YANG TERJUAL

Awal Pebruari tahun 2009 muncul kembali demonstrasi dengan alasan demokrasi diiringi dengan anarkisme. Dan sang pelaku demonstrasi katanya mengaku mahasiswa yang notabene par intelektual muda calon calon pemimpin bangsa dan tega membunuh seorang pimpinan lembaga milik bangsa ini juga. Itukah sebuah intelektualitas? demokrasi? yang sudah melanggar aturan, merusak infrastruktur milik lembaga pemerintah yang di beli dengan uang rakyat, dengan alasan memperjuangkan kepentingan rakyat dalam bungkus pemekaran wilayah. Demi pemekaran wilayah mahasiswa yang katanya seorang intelektual cukup menjual intelektualitas dirinya dengan harga sangat murah antara 20.000 sampai 25.000 rupiah.yang lebih menyedihkan lagi penjualan intelektualitas dengan harga murah itu dilakukan dilingkungan kampus yang katanya fungsi kampus untuk mencetak calon calon intelektual muda, tapi kini bertambah fungsinya untuk menjual intelektual.
Janji apa yang sudah diterima para mahasiswa yang sudah menjual murah intelektualitas dirinya bila terbentuk pemekaran wilayah tersebut, apakah mereka dijamin jadi pegawai? atau dijamin mudah mendapatkan pekerjaan? ataukah mereka hanya tertipu oleh segelintir orang yang ingin jadi pejabat bila pemekaran wilayah terjadi. Sebenarnya bila mereka mahasiswa yang memiliki harga diri, intelektual dan memperjuangkan suara rakyat dengan demokrasi, tapi ini sangat bertentangan lagi dengan demokrasi itu sendiri. Merusak, memaksa, sampai membunuh dengan alasan demokrasi, demi uang 25.000 rupiah, sungguh nista.
Akankah hal ini terus berlanjut?
Demonstrasi dengan alasan demokrasi berbungkus anarkisme?
mungkin waktu yang akan menjawabnya...