Monday, December 10, 2012

DESA VOKASI VS URBANISASI


Berikut bentuk dasar (prototype) model pengembangan desa vokasi yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI).





Keterangan Skema Model Desa Vokasi:
Garis Tebal Hitam
Garis tebal hitam merupakan kebijakan pemeritah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui program kewirausahaan berbasis pada potensi unggulan lokal. Oleh karena itu, pemerintah menunjuk pihak-pihak yang terkait untuk melakukan studi eksplorasi vokasi berbasispada potensi unggulan lokal.

FGD (Focus Group Discussion)
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah diskusi yang terfokus pada sumber vokasi yang berbasis pada
potensi unggulan lokal. Diskusi ini dilakukan dengan melibatkan aparat desa dan tokoh masyarakat. Hasil
yang diharapkan dari FGD ini adalah terpilihlah sentra- sentra vokasi dan pengurus desa vokasi.

SV (sentra vokasi)
Sentra vokasi adalah kelompok kegiatan keterampilan yang berbasis potensi unggulan lokal desa yang dibentuk
oleh pengurus desa vokasi secara mufakat dan demokrasi. Setelah itu dilakukan orientasi dan diklat
penumbuhan dan penguatan sentra vokasi. Adapun materi orientasi dan diklat adalah: (1). Dinamika Sentra;
(2). Membangun Kewirausahaan; (3). Pengelolaan Keuangan Sentra; (4). Penjelasan Teknis Pembelajaran Vokasi.
PV (Pembelajaran Vokasi)
Pembelajaran vokasi adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di masing-masing kelompok vokasi (keterampilan). Persentase PV adalah 20 persen teori dan 80 persen praktek. Kegiatan PV ini menghadirkan
narasumber teknis (NST) ahli dalam vokasi sentra. Selama proses PV didampingi oleh pengurus desa vokasi dan pihak-pihak terkait dalam pemberdayaan desa vokasi sampai proses pengembangan, pelayanan, pemeliharaan dan inovasi desa vokasi berbasis pada potensi unggulan desa.***
Secara spesifik, program desa vokasi merupakan wujud implementasi program pendidikan kecakapan hidup dalam spektrum perdesaan dengan pendekatan kawasan, yaitu kawasan perdesaan.
Alternatif penanggulangan urbanisasi ini adalah melalui pendidikan keterampilan terpadu sesuai dengan kebutuhan atau situasi dan kondisi masyarakat berdasarkan kerjaama yang baikantara masing-masing bidang keterampilan itu, juga kerjasama antar kementerian dan pemerintah daerah. Mengisi periode kedua pembangunan pendidikan yang bertema penguatan pelayanan pendidikan,
Ditjen PAUDNI, pada tahun 2011 melanjutkan dan memperkuat pelayanan pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi warga masyarakat putus sekolah, menganggur dan miskin. Salah satu bentuknya melalui program desa vokasi.
Program ini diharapkan dapat melahirkan wirausahawan baru yang dapat menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus mendukung pengembangan usaha ekonomi kreatif dan produktif di suatu desa yang dapat dijadikan sumber potensi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat pedesaan. Dengan demikian setidaknya membantu pemerintah menekan angka urbanisasi yang samakin meningkat setiap tahunnya bahkan dengan desa vokasi tersebut masyarakat yang tidak berhasil sebagi urban dapat kembali ke tempat tinggalnya di desa dan dapat mengembangkan kebisaannya melalui peningkatan ekonomi kreatif pedesaan yang memiliki daya jual tinggi.


Oleh Dadan Mulyana, S.Si (staf Bagian Hukum dan Kepegawaian Sekretariat
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal,
dan Informal)
Sumber : Bulettin Warta PAUDNI Maret 2012

Sunday, December 2, 2012

Keterlambatan Berjalan pada Anak, Penyebab dan Penanganannya


Kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya bisa berjalan lebih cepat dibanding anak lainnya. Namun ternyata, perkembangan motorik khususnya kemampuan berjalan usia normal sebenarnya bervariasi mulai dari usia 9 bulan sampai 18 bulan.
Orang tua harus mulai khawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika usianya sudah mencapai 18 bulan. Memang, bisa berjalan saat usia 15-18 bulan adalah masih dalam batas normal, tetapi biasanya anak seperti ini mempunyai gangguan motorik kasar dan gangguan keseimbangan yang ringan yang akan lebih baik diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini.
Pada umumnya, anak terlambat jarang disertai keterlambatan gerakan motorik kasar lainnya dan gangguan keseimbangan. Seringkali orangtua atau beberapa dokter menganggap anak tidak percaya diri atau trauma saat berjalan. Padahal, sebagian dari anak tersebut mengalami keterlambatan motorik kasar dan gangguan keseimbangan baik dalam tingkat yang ringan atau yang tidak ringan. Sebaiknya, orangtua memerhatikan perkembangan motorik kasar, gangguan vestibularis dan gangguan sensoris pada anak yang sering menjadi penyebab anak terlambat berjalan.
Tahap perkembangan gerakan motorik normal
- 6-8 bulan: Duduk dan merangkak dengan dua dengkul kaki.
- 12-18 bulan: Berdiri tanpa bantuan, Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau 3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan.
- 18-24 bulan: Berjalan tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan, Membawa mainan besar sambil berjalan, Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan.
- 24-36 bulan Umumnya mampu memanjat dengan baik, berjalan naik/turun tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, Berjalan jinjit.

Penyebab tersering anak terlambat berjalan
1. Ketidakmatangan Persyarafan
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan motorik. Pada usia ± 5 tahun, syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle , memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya.
2. Gangguan vestibularis atau keseimbangan
Pada anak yang mengalami dysfunction of sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri. Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut saat berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, mainan kuda-kudaan listrik dengan koin, naik lift atau eskalator. Anak tidak suka naik umumnya di dalam mobil. Anak mungkin tidak kooperatif sebagai upaya menghindari sensasi yang membuat anak terganggu. Anak yang underreactive untuk input vestibular tampaknya tidak pusing bahkan setelah berputar untuk waktu yang lama, dan tampaknya menikmati gerakan cepat seperti berayun. Bila berjalan terburu-buru, gerakannya canggung, mudah tersandung atau jatuh. Dia mungkin tidak membuat upaya untuk menangkap dirinya sendiri ketika dia jatuh. Anak tampak kesulitan memegang kepalanya sambil duduk. Anak tidak cenderung untuk melakukannya dengan baik dalam olahraga. Dia mungkin memiliki gaya canggung, atau gerakan yang tidak biasa ketika bergerak lengan atau kepala. Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.
3. Keterlambatan ringan perkembangan motorik kasar
Seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak. Namun sayangnya, keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari oleh para orangtua. Jika ini penyebabnya, maka dokter akan melihat jalan anak dalam konteks yang berbeda dan mencari tahu berada dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya. Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.
4. Gangguan sensoris

Pada kasus tertentu, anak sering mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki. Sehingga hal ini mengakibatkan anak sering jinjit. Selama ini, jalan jinjit atau Tip Toe masih belum diketahui penyebabnya. Meskipun bukan karena kelainan anatomis. Selama ini, orangtua menganggap hal itu adalah memang perilaku anak. Pada anak dengan gangguan sensoris raba biasanya disetai gangguan sensoris suara dan cahaya. Gangguan sensoris suara biasanya anak takut dan tidak nyaman ketika mendengar suara dengan frekuensi tertentu seperti suara blender, suara bayi menangis, suara gergaji listrik. Gangguan sensoris cahaya biasanya anak sangat sensitif terhadap cahaya terang dan sinar matahari.
Faktor Predisposisi

Keterlambatan berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak tertentu seperti :
Bayi prematur, obesitas atau kegemukan, bayi lahir dengan berat bada rendah atau kurang dari 2.500 gram, anak dengan gangguan hipersensitif saluraan cerna seperti gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual atau sering sulit buang air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau hipersensitif saluran cerna.  Sangat jarang pada anak menderita tumor otak, retardasi mental dancerebral palsy.

Penanganan
Jika terjadi keterlambatan si kecil dalam berjalan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah memastikan adanya gangguan persarafan dengan melakukan pemeriksaan neurologis, penilaian terhadap fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan berbagai gerakan.
Bila penyebabnya disebabkan karena adanya keterlambatan motorik dan gangguan keseimbangan maka sebaiknya dilakukan beberapa stimulasi intervensi latihan untuk memperbaikinya. Stimulasi dan intervensi bila dilakukan pada keterlambatan berjalan yang ringan karena akan berdampak dengan kemampuan motorik lainnya dimasa depan.
Terapi fisik dilakukan tenaga terlatih khususnya Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi untuk kasus dengan gangguan keterlambatan berjalan ringan hingga berat.
Kriteria penggolongan keterlambatan berjalan disertai intervensinya
Bisa berjalan usia 8 bulan-12 bulan : Kemampuan berjalan sangat baik dan sangat cepat, biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya sangat baik. Pada kelompok ini mungkin tidak perlu intervensi atau stimulasi karena anak akan belajar berjalan sendiri dengan baik tanpa bantuan.
Bisa berjalan usia 12 bulan-15 bulan : Kemampuan berjalan biasa dan rata-rata anak seusia. Biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya normal. Pada kelompok ini mungkin intervensi atau stimulasi ringan akan lebih baik.
Bisa berjalan usia 15 bulan-18 bulan : Kemampuan berjalan normal tetapi kurang optimal. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya kurang begitu baik. Pada kelompok ini perlu intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis lebih baik
Bisa berjalan usia 18 bulan-24 bulan : Kemampuan berjalan terlambat ringan. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya tidak baik. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Sebaiknya dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
Bisa berjalan usia 24 bulan-32 bulan : Kemampuan berjalan terlambat berat . Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya buruk. Dalam keadaan seperti ini, biasanya disertai gangguan neurologis atau susunan saraf pusat. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
Belum bisa berjalan sampai usia 32 bulan : Kemampuan berjalan terlambat sangat berat . Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya sangat buruk. Dalam keadaan seperti ini, biasanya disertai gangguan neurologis atau susunan saraf pusat yang sangat berat seperti penderita Cerebral palsy. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi.
Prognosis
- Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disetrai keterlambatan lainnya seperti keterlambatan merangkak, duduk, berlari atau melompat.
- Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disertai gangguan motorik kasar dan keseimbangan. Pada keadaan ini harus diwaspadai biasanya anak mudah terjatuh dan tersandung. Saat jatuhpun biasanya anak lebih tidak bisa menguasai diri sehingga sering terbentur kepala atau dagunya.
- Di masa depan anak dengan keterlambatan berjalan biasanya tidak menyukai olahraga atau nilai olahraganya tidak bagus. Anak seperti ini biasanya hanya senang melihat televisi, main game atau bermain di dalam rumah. Demikian juga saat sekolah biasanya hanya lebih senang menonton temannya yang sedang bermain di halaman.
- Tetapi pada anak dengan keterlambatan ringan motorik kasar biasanya akan mempunyai ketrampilan motorik halus yang sangat baik seperti kerajinan tangan, menggunting, main puzzle, main game atau permainan elektronik lainnya. Biasanya kemampuan tangan lebih baik daripada keterampilan kaki. Sehingga olahraga yang lebih disukai dan dikuasai adalah tenis, basket, badminton dibandingkan olahraga lari atau sepakbola.

sumber : health.kompas.com
Supported by
CHILDREN FOOT CLINIC (KLINIK KHUSUS GANGGUAN MASALAH KAKI PADA ANAK) Dr Narulita Dewi SpKFR Children Grow Up Clinic I, JL Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210 Phone : (021) 5703646 - 44466103 Children Grow Up Clinic II,Menteng Square Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430 phone : (021) 44466103 - 97730777 Email : judarwanto@gmail.com narulita_md@yahoo.com

Kenali Gangguan Sensoris pada Anak


 Apakah anak Anda bereaksi berlebihan terhadap suara keras, menghindari tekstur tertentu, tampak gerakan tidak terkoordinasi, atau hanya tampak kurangnya pengendalian diri? Jika demikian, ia mungkin mengalami beberapa jenis gangguan sensorik.
Semua anak-anak biasanya menjalani berbagai masalah sensorik sambil menjelajahi dan berinteraksi dalam lingkungan mereka. Ternyata gangguan sensoris pada anak sering disertai gangguan perilaku lainnya seperti anak sangat aktif tidak bisa diam, emosi tinggi, gangguan konsentrasi, gangguan oral motor (gangguan mengunyah menelan atau gangguan bicara), gangguan tidur malam dan gangguan belajar. Gangguan sensoris sering terjadi pada penderita Sensory Prossecing Disorders, Autism, ADHD dan penderita alergi atau hipersensitif saluran cerna. Namun sebagian anak normal juga mengalami gangguan sensoris tersebut.

Sebagian anak dengan gangguan sensoris sangat sensitif terhadap rangsang suara tertentu, perabaan dan sensitif terhadap suara frekuensi tinggi, cahaya atau mudah silau, perabaan telapak kaki dan tangan sensitif jalan jinjit, mudah geli, mudah jijik, tidak suka memegang bulu, boneka dan binatang berbulu. Pada beberapa anak, merasa tidak nyaman bila memakai kaos yang ada label atau merek kaos di punggung atas sehingga sering minta dilepas atau sering dipegang.
Rasa perabaan sensoris kaki sangat sensitif bila lantai kotor sedikit atau berpasir sering geli dan harus pakai sandal, biasanya bila berjalan tidak menapak baik sehingga sering jalan tidak sempurna jalan jinjit, miring, kaki O atau X, sandal atau sepatu seringkali ausnya tidak rata atau tidak seimbang kiri kanan.

Gangguan sensorik memiliki banyak penyebab dan digabungkan dalam banyak diagnosa medis lainnya. Pada penderita Autisme, ADHD, dan Delay Pervasive Developmental gangguan sensorik memainkan peran penting. Identifikasi dini sering menyebabkan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk individu yang bersangkutan.

Gangguan sensorik dapat mempengaruhi satu, beberapa, atau semua indera fisik. Ada 7 kategori yang meliputi fungsi sensorik kita. Kelompok-kelompok ini adalah: taktil (sentuhan), auditori (pendengaran), visual (penglihatan), rasa, pencium (bau), vestibular (gerakan dan gravitasi), dan proprioseptif (kesadaran tubuh, otot, dan sendi). Kebanyakan orang mengalami gangguan sensorik baik hipersensitif (lebih dirangsang) atau sensitif hipo (di bawah dirangsang). Bila salah satu rasa mengalami gangguan maka dapat mempengaruhi beberapa fungsi tubuh lainnya. Jika satu atau lebih indera terganggu, pesan sensorik yang dikirim ke otak tidak benar. Pesan-pesan ini menjadi kacau, menyebabkan individu menderita untuk memahami lingkungan mereka dengan cara yang berbeda. Realitas disalahtafsirkan, menyebabkan penilaian yang salah.

Tanda dan gerjala 3 gangguan sensoris

- Perabaan : Menghindari sentuhan, nyeri toleransi yang tinggi, koordinasi yang buruk, membersihkan tangan atau bagian tubuh lainnya sering, tidak suka dandan (menyikat gigi atau rambut, dll), menempatkan tangan atau jari di mulut sering, terus bergerak , berjalan berat atau pada jari kaki, menghindari tekstur tertentu dalam makanan, pakaian, atau bahan lainnya, dan pakaian tidak suka memakai, tag pakaian, kaus kaki, atau sepatu. Jalan jinjit atau sering membersihkan kaki dari kotoran atau saat berjalan di tanah sering harus memakai sandal.

- Auditori : Sangat sensitif terhadap suara dengan frekuensi tertentu seperti suara gergaji listrik, suara blender, suara bayi menangis atau suara melengking lainnya. Penderita juga sangat sensitif dan sanagat bereaksi terhadap suara keras, mudah marah atau tampaknya mengabaikan orang lain, sering menutup telinga, berulang bersenandung atau menyanyi untuk diri, menghindar kelompok besar orang, mendengarkan TV, radio, dll, pada volume tidak wajar tinggi, terganggu oleh keributan lingkungan, hambatan berbicara, merobek atau kertas berkerut atau barang-barang seperti lainnya, dan ingin mengabaikan suara orang lain.

- Visual : Mudah silau atau tidak nyaman dengan sinar matahari atau lampu yang terang. Ditandai dengan gangguan pandangan, Saar memandang mainan, buku, dll haris didekatkan ke wajah, posisi objek dalam baris, membuka dan menutup berulang pintu atau laci, terus balik lampu dan mematikan, terpesona oleh benda mengkilat atau reflektif (cermin, kaca, dll), gosok sering atau menyipitkan mata dari mata, gelisah dengan gerakan terdekat di lingkungan, keengganan atau berolahraga hati-hati kadung saat berpindah antara berbagai jenis penutup lantai, dan tampaknya terlalu sensitif terhadap cahaya.

Gangguan Sensoris biasanya disertai gangguan lain seperti:

- Susunan safar pusat : sakit kepala, migren, TICS (gerakan mata sering berkedip), kejang nonspesifik (kejang tanpa demam dan EEG normal).
- Gerakan motorik berlebihan pada bayi : Mata sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Pada Anak lebih besar : Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”). ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
- Gangguan tidur : Pada bayi : malam sering terbangun sering dikira haus atau sering dikira ASI ibu kurang sehingga minum ASI berlebihan, akibatnya BB anak naik berlebihan karena terlalu banyak minum. Pada anak dan dewasa : sulit untuk memulai tidur malam atau tidur larut malam, tidur bolak-balik dari ujung ke ujung tempat tidur, berbicara ,tertawa, berteriak atau berjalan saat tidur, mendadak terbangun duduk saat tidur kemudian tidur lagi, mimpi buruk, “beradu gigi” atau gigi gemeretak atau bruxism.
- Agresif meningkat pada bayi : sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (seperti “gemes”). Pada anak lebih besar : mudah memukul, menggigit, mencubit. Pada dewasa : mudah memukul atau menampar orang lain, berlaku kasar terhadap anak , istri atau suami.
- Gangguan konsentrasi : cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antre, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS. Pada dewasa : mudah lupa (short memory lost), sering lupa meletakkan kunci, lupa nama teman tetapi memori lama kuat.
- Emosi tinggi : mudah marah, sering berteriak, mengamuk, tantrum, keras kepala, negatifisme dan mudah menyangkal (deny) sangat tinggi.
- Depresi dan mudah cemas : mudah marah, sedih berlebihan, mudah tersinggung, sering kesepian, mudah menangis meski masalahnya ringan
- Gangguan keseimbangan koordinasi dan motorik : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak,
- Gangguan oral motor : terlambat bicara, bicara terburu-buru, cadel, gagap. Gangguan mengunyah menelan: , seringkali pilih bila makan hanya suka makan krispi, kerupuk atau yang renyah (sayur hanya wortel, brokoli, kentang, bayam). Tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur tertentu, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi. pada dewasa seringkali makan sangat cepat tanpa dikunyah.
- Impulsif : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain, bila bicara sangat cepat banyak dan sulit berhenti. Menangis dan tertawa berubah bergantian dengan cepat.

Cermati tanda dan gejala gangguan saluran cerna pada penderita alergi yang menyertai penderita gangguan sensoris

Pada penderita gangguan sensoris sering disertai gangguan hipersensitif saluran cerna atau alergi saluran cerna. Gangguan saluran cerna sebagai sindrom atau kesatuan gangguan alergi asma, rinitis, dermatitis dan gangguan alergi lainnya.

Penderita alergi biasanya tidak hanya mengalami satu gejala saja, misalnya asma, hidung, dermatitis (alergi kulit) atau hanya saluran cerna. Penderita alergi biasanya terganggu beberapa organ tubuhnya khususnya saluran cernanya secara bersamaan meski dalam bentuk ringan. Tetapi sayang dalam praktek sehari-hari untuk menilai gangguan alergi sebagian dokter seringkali hanya memandang satu keluhan saja dalam penanganan sebuah penyakit. Misalnya dokter kulit hanya melihat gangguan dermatitis padahal saluran cernanya bermasalah juga karena alergi.
Sedangkan dokter ahli pernapasan atau paru hanya memandang asma sebagai masalah utama, padahal penderita asma juga sering mengalami gangguan saluran cerna seperti gastrooesephageal refluks, mual atau nyeri perut. Demikian juga ahli THT hanya melihat gangguan sinusitis yang dipicu alergi, tetapi tidak melihat keluhan sensitif saluran cerna. Sebaliknya, dokter ahli saluran cerna hanya melihat keluhan saluran cerna tersendiri padahal keluhan asma, rinitis dan dermatitis yang menyertai adalah termasuk kesatuan dalam gangguan penyakit itu.

Alergi makanan harus dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini bila terdapat gangguan saluran cerna. Tetapi sayangnya gangguan saluran cerna tersebut sangat ringan dan dianggap biasa sehingga lepas dari pengamatan penderita ataupun bahkan seorang dokter ahli. Bila hal ini terjadi maka seringkali terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Sehingga sering overdiagnosis, bahwa penyebab alergi adalah debu dan udara dingin, padahal alergi makanan sangat mungkin berperanan penting.

Gangguan saluran cerna yang terjadi adalah :

-  Pada Bayi : bayi mengalami gastrooesepageal refluks, sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis atau hidrokel. Air liur berlebihan. Lidah atau mulut sering timbul putih, bibir kering dan kadang kehitaman sebagian

-  Pada Anak dan Dewasa : Pada usia anak keluhan muntah semakin berkurang tetapi masih sering mengalami mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. Sering mengalami mual terutama pagi hari bila hendak gosok gigi atau sedang disuap makanan.Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering glegekan, sering kembung, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering nyeri perut. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “maag”, dyspepsia atau Iritable Bowel Syndrome.
Penanganan
- Anak-anak yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik. Sehingga bisa dilakukan terapi sensoris meski terjadi pada anak normal.
- Intervensi dini merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau memang berjalan jinjit karena gangguan sensorik.
- Kebanyakan kondisi ini akan membaik sendiri selama masa kecil.
- Pengobatan penderita gangguan sensoris dengan disertai jalan jinjit jarang diperlukan untuk anak-anak yang berusia 6 tahun ke bawah. Penderita jalan jinjit disertai pemendekan tendon Achilles atau otot betis. Mungkin diperlukan operasi.
- Bila gangguaj sensoris disertai gangguan alergi saluran cerna sebaiknya dikonsultasikan pada dokter alergi atau ahli l;ainnya. Ternyata saat dilakukan pengendalian alergi gangguan sensoris yang tiimbil bisa berkurang.

Terapi Sensoris
- Tidur telentang dan diam (tidak bergerak). Terapi ini bertujuan agar si kecil mampu merasakan (aware) keberadaan dirinya.
- Usapan meyeluruh dari kepala, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki bertujuan untuk menenangkan,relaksasi otot-otot yang tegang.
-  Usapan di bagian kepala, termasuk amat, hidung, mulut, telinga. Bertujuan untuk relaksasi mengurangi sensitivitas pancaindra, dan meningkatkan awareness terhadap organ indra.
- Usapan berbentuk angka 8 di pinggang ke paha, juga dari dada ke lengan. Berfungsi sebagai brain gym pasif, salah satu bentuk stimulasi untuk melatih koordinasi gerak tubuh.
- Usapan di Tendon Guard (lipatan bahu, bawah rusuk, atas tulang panggul). Bertujuan untuk relaksasi tendon sekaligus mengencangkan otot-otot yang lembek.
-  Usapan di kaki. Bertujuan untuk melatih reflex babinski. Bagi yang refleksnya terlalu besar, dikurangi. Biasanya, ini dilakukan pada anak yang berjalan jinjit.
- Tidur miring, diusap sepanjang sisi abdomen. Bertujuan untuk mengenalkan reflex gallant (keseimbangan kanan dan kiri). Saat masa sekolah, ini bisa mengurangi resiko kesulitan belajar.
- Usapan di bahu (mobilisasi bahu) bertujuan agar pada anak-anak kebutuhan khusus, biasanya, bahunya selalu naik karena tegang (sikap defensif). Usapan berguna untuk merilekskan dan mengurangi sensitivitas bahu.


sumber : http://health.kompas.com

14 Mitos dan Kontroversi Anak Susah Makan


Problem kesulitan makan pada anak balita merupakan hal yang cukup lazim. Salah satu problem yang paling sering ditemui adalah kebiasaan pilih-pilih makanan atau biasa disebutpicky eater. Kebiasaan ini banyak dialami oleh anak balita ketika mereka mulai beralih mengonsumsi makanan cair ke padat. Banyak orang tua kerepotan ketika mereka menemukan anaknya mogok makan atau hanya mau mengonsumsi jenis makanan tertentu. Meski masalah ini kadang membuat frustasi, tetapi demi kebaikan dan masa depan buah hati, hal ini tentu tidak boleh dibiarkan oleh para orang tua.

Berikut adalah 14 informasi mengenai mitos-mitos, kontroversi dan fakta seputar masalah anak yang sulit makan dan yang pilih-pilih (picky eater) : 
   
1. Mitos dan Kontroversi : Anak saya makannya banyak tetapi tidak gemuk

Fakta: Sebenarnya bila dicermati memang ada ada anak tertentu yang mempunyai pola genetik tertentu yang mengakibatkan berat badannya sulit gemuk. Tetapi hal ini diperberat oleh pemberian jumlah asupan makanan yang tidak optimal.

2. Mitos dan Kontroversi : Anak sulit makan sering bosan makan dan bosan susu.

Fakta: Sebenarnya, saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan, tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual, biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu.
   
3. Mitos dan Kontroversi : Anak hingga usia 2-3  tahun hanya mau minum susu tidak mau makan nasi, sayur atau daging. Karena kesalahan orangtua terlambat atau kurang mengenalkan makanan padat sejak dini.

Fakta: Sebenarnya bukan karena kesalahan orangtua, padahal mereka sudah mengenalkan makanan padat tersebut pada anak saat usia tertentu. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat . Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuk.
   
4. Mitos dan Kontroversi : Anak makannya pilih-pilih atau Picky Eaters karena salah orangtua tidak pernah mengenalkan makanan bervariasi.

Fakta: Sebenarnya bukan hanya karena kesalahan orangtua, padahal mereka sudah mengenalkan makanan padat makanan yang bervariasi. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti biskuit, kerupuk dan sejenisnya
   
5. Mitos dan Kontroversi : Anak beratnya kurang dan kurus karena anak tidak bisa diam dan anak sangat lincah.

Fakta: Pada anak dengan berat badan yang kurus terjadi bisa karena genetik yang juga karena nafsu makannya hilang timbul kadang baik kadang kurang. Karena asupan makanan yang tidak optimal ini maka berakibat berat badan kurang. Anak aktif dan banyak gerak tidak akan berdampak dengan gangguan kenaikkan berat badan bila asupan makanannya baik. Banyak anak aktif dan sangat lincah tetapi gemuk dan badannya bagus selama asupan makanannya konsisten baik dalam jangka panjang.
   
6. Mitos dan Kontroversi : Anak sulit makan adalah hal yang biasa karena masa-masanya nanti juga akan membaik sendiri.

Fakta: Memang sekitar 30% anak mengalami sulit makan dengan penyebab tersering karena gangguan ketidakmatangan saluran cerna. Hal itu dialami pada usia di bawah 3-5 tahun. Di atas usia tersebut akan membaik. tetapi sekitar 70% anak tidak mengalaminya. Sehingga kalau dikatakan normal tidak sepenuhnya benar karena sebagian besar anak tidak mengalami. memang nanti usia tertentu akan membaik bukan karena masa-masanya anak sulit makan tetapi pada usia tertentu sekelompok anak tertentu mengalami hipersensitif atau ketidak matangan saluran cerna sebagai penyebab utama sulit makan. Kalau dibiarkan kesulitan makan disebabkan karena gangguan ketidakmatangan saluran cerna akan membaik dengan sendirinya tetapi sebaiknya jangan menunggu usia tertentu membaik karena bila hal ringan itu terjadi akan banyak timbul komplikasi yang tidak disadari seperti gangguan kenaikan berat badan, anemia (kekurangan darah) atau defisiensi zat besi dan berbagai gangguan lainnya.
   
7. Mitos dan Kontroversi : Anak tidak mau makan jika makanan kesukaannya tidak disediakan, atau hanya mau makanan yang itu-itu saja. Pada usia ini otak anak mulai berkembang dan bisa memilih mana yang disukainya dan mana yang tidak.

Fakta: Sebenarnya anak pilih-pilih makanan bukan karena yang disukai tetapi karena yang hanya mau makanan yang mudah dikunyah dan ditelan. Pda anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuk seperti telor, nugget dan sejenisnya
   
8. Mitos dan Kontroversi : Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan.

Fakta: Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk dan sejenisnya. Gangguan oral motor biasanya sering disebabkan karena gangguan fungsi saluran cerna seperti GER, alergi atau intoleransi makanan lainnya. Penderita alergi atau gangguan genetik lainnya seringkali diturunkan oleh salah satu orangtuanya terutama yang wajahnya sama. Jadi bila salah satu orangtua yang wajahnya sama juga mempunyai problema kesulitan makan bukan karena meniru pola orangtua anaknya tetapi karena problema itu diturunkan secara genetik.
   
9. Mitos dan Kontroversi : Anak sulit makan tidak mau atau sulit mencoba jenis makanan baru yang berbeda. Kondisi ini sering disebut dengan neophobia, atau ketakutan untuk mencoba segala sesuatu yang baru.

Fakta: Anak sulit makan bukan karena tidak mau atau sulit mencoba jenis makanan baru yang berbeda. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor atau oral hipersensitif. Gangguan itu mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk dan sejenisnya. Anak sulit makan juga mengalami oral hipersensitif ditandai sulit makan makanan yang lengket, sulit makan makanan yang berasa tajam seperti terlalu manis atau terlalu pahit biasanaya lebih suka yang agak asam.
   
10. Mitos dan Kontroversi : Tidak ada jam makan Tidak adanya kedisiplinan waktu makan, pagi, siang, sore, dan kudapan di sela makan utama membuat anak bisa makan kapan saja tanpa kontrol.

Fakta: Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak karena selera makannya hilang timbul tidak menentu. Kadang makan sulit pada hari dan jam-jam tertentu. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Gangguan mual yang mengakibatkan nafsu makan berkurang biasanya sering timbul saat pagi hari atau sering diistilahkan morning sickness. Hal ini yang mengakibatkan sebagian besar anak sulit makan lebih sulit makan saat pagi hari, setelah pukul 10 dan diatasnya keadaan perutnya membaik biasanya disertai nafsu makan agak membaik.
   
11. Mitos dan Kontroversi : Komunikasi ibu-anak Jika ibu menyuapi anak balita dengan pendekatan yang keliru, wajar jika anak menghindar saat waktu makan tiba. Misalkan, ibu menjerit saking kesalnya karena si anak tidak juga mau membuka mulutnya. Kebiasaan semacam ini membuat anak tak lagi menyenangi suasana makan, apalagi makanannya.

Fakta: Komunikasi dan suasana hati memang berpengaruh saat makan, tetapi hal itu bukan yang utama. Kalaupun itu berpengaruh merupakan faktor yang memperberat bukan penyebab utama. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Dalam suasana hati yang baikpun, gangguan nafsu makan itu tetap tidak bagus, tetapi mungkin suasana dan komunikasi yang buruk memang memperberat keadaan yang sudah ada.
   
12. Mitos dan Kontroversi : Peralatan makan yang terlalu tua, tidak menarik tidak bisa memancing selera makan.

Fakta: Peralatan makan yang lucu, menarik mungkin akan sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Peralatan makan menarikpun kadang tidak akan memperbaiki gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin peralatan yang tidak menarik mungkin memang meperberat keadaan yang sudah ada. Yang penting adalah mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip memakai tempat makanan yang menarik tidak akan berdampak mengatasi masalah.
   
13. Mitos dan Kontroversi : Beri makanan yang bentuknya menarik , ada mata, telinga atau bentuk gambar yang lucu-lucu.

Fakta: Bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin akan sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Bentuk makan yang tidak menarik mungkin kadang mengakibatkan gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin hal itu hanya meperberat keadaan yang sudah ada bukan penyebab utama. Yang penting adalah mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah.
   
14. Mitos dan Kontroversi : Anak sulit makan harus makan di pangkuan orangtua. Jangan membiasakan anak makan sambil berjalan berkeliling komplek rumah, bersepeda, atau menonton televisi.

Fakta: Saat anak sulit makan kadang orangtua atau pengasuh terpaksa harus memberi makan saat anak bermain atau banyak bergerak. Beberapa rekomendasi menyebutkan bahwa saat menyuap makan anak harus duduk manis dipangkuan orangtua. Tetapi sayangnya hal ini sulit dilakukan. Justru anak sulit makan dengan gangguan saluran cerna biasanya mengakibatkan anak tidak bisa diam dan tidak bisa duduk lama. Anak sulit makan juga sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Berbagai tip dan cara pemberian makanan pada anak sulit makan tidak akan bermanfaat optimal bila tidak mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah.

Penanganan terbaik atasi penyebabnya

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makanan ke mulut, kemudian mengunyah dan menelan, sehingga ketrampilan dan kemampuan sistem pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan. Pergerakan motorik yang berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah, dan banyak otot lainnya di sekitar mulut.

Keterampilan dan kemampuan koordinasi oral motor atau koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan. Gangguan proses makan di mulut sering disertai gangguan nafsu makan yang makan yang tidak baik. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Gejala kesulitan makan pada anak adalah (1) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (2).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (3) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (4) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (5). Tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan dan (6), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

Gangguan oral motor dan nafsu makan yang berkurang sering disebabkan karena gangguan fungsi saluran cerna.  Data yang ada di Picky Eaters Clinic Jakarta, sebagian besar penderita atau sekitar 90 persen penderita sulit makan sering disertai gangguan alergi dan hipersensitiftas saluran cerna.

Berbagai tip dan cara pemberian makanan bagi anak ternyata kurang bermanfaat bila penyebab utama gangguan saluran cerna pada anak sulit makan tidak diperbaiki. Ternyata saat dilakukan intervensi penanganan gangguan fungsi saluran cerna terdapat perbaikan diikuti membaiknya nafsu makan anak.

Sumber : 
http://health.kompas.com
supported by

PICKY EATERS CLINIC GROW UP CLINIC Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak dan Klinik Khusus Gangguan Pertumbuhan Berat Badan Anak Yudhasmara Foundation www.pickyeaterschild.wordpress.com/ email : judarwanto@gmail.com.

Monday, November 12, 2012

Kemerdekaan Di Perbatasan


Berita tentang lebih mudahnya masyarakat terluar di perbatasan untuk mengakses televisi negara perbatasan daripada televisi negeri sendiri, bukan berita baru. Demikian juga akses perekonomian masyarakat terluar yang lebih mudah mengakses pusat perekonomian negara perbatasan daripada ke pusat perekonomian negeri sendiri. Ini hanya sebagian kecil dari kemudahan akses yang diperoleh masyarakat terluar Indonesia pada negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia. Jadi, tidak perlu heran jika anak-anak Indonesia pada masyarakat terluar yang berbatasan dengan Malaysia dapat menyanyikan lagu “Negaraku”, tetapi belum pernah mendengar lagu “Indonesia Raya”.
Ini bukan persoalan sepele. Jika dibiarkan terus terjadi akan mengancam disintegrasi bangsa, yang berarti penolakan terhadap proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan kata lain, masyarakat terluar sangat rentan untuk menjadikan diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang merdeka lebih dari 60 tahun lalu.
Mengapa? Dalam keseharian, sejak lahir mereka “dipaksa” oleh keadaan untuk menerima nilai-nilai dan aturan dari negara perbatasan. Dengan kata lain, hanya kartu identitas –mereka memiliki kartu identitas dari dua negara- yang menunjukkan bahwa mereka adalah bangsa Indonesia. Aturan yang harus mereka ikuti adalah aturan negara perbatasan karena mereka melakukan aktivitasnya di negara perbatasan. Nilai-nilai budaya yang mereka serap adalah nilai-nilai negara perbatasan sebagai akibat dari interaksi dengan warga negara perbatasan dan akses informasi yang mereka terima. Jadilah mereka berbadan Indonesia berjiwa negara perbatasan.
Kenyataan inilah yang pada akhirnya mendorong pemerintah, pada semua kementerian untuk memberikan perhatian lebih kepada masyarakat terluar. Kapan pun kesadaran ini muncul tidak berarti sebuah keterlambatan. Kapan pun dimulai, tidak menjadi persoalan. Tidak salah juga, jika pada awal-awalnya pembangunan dilakukan pada masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk.
Sebagai warga negara Indonesia mereka pun berhak mendapatkan hak yang sama dengan warga negara yang tinggal di tempat lain. Persoalannya, cukupkah jika hanya pemerintah yang harus memikul kewajiban ini?
Pemerintah dengan segala kewenangannya selalu memiliki keterbatasan keterbatasan yang dapat diatasi dengan keterlibatan seluruh warga masyarakat. Tidak sulit bagi pemerintah untuk membangun gedung pasar di daerah terdepan. Persoalannya, perekonomian tidak dapat dibangun hanya dengan membangun gedung pasar. Tanpa ada keterlibatan pedagang dan konsumen yang menggunakan gedung pasar sebagai tempat yang disepakati untuk bertransaksi, gedung pasar yang telah dibangun akan menjadi bangunan terbengkalai. Demikian juga dengan pendidikan. Bangunan sekolah tanpa guru, sama halnya dengan bangunan pasar tanpa pedagang. Sementara itu penugasan guru di sekolah yang berada di wilayah terluar, bukan perkara mudah. Jika pun sudah ditunjuk, tidak sedikit guru yang tidak betah berada di wilayah terluar dengan berbagai alasan. Lantas, apakah mereka tidak berhak mendapatkan pendidikan dan kita biarkan mengakses nilainilai dari negara perbatasan?
Sebagai langkah awal, layanan pendidikan nonformal merupakan pilihan tepat. Disamping lebih bertumpu pada keterlibatan masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, fleksibilitas pendidikan nonformal merupakan nilai lebih untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat terluar.
Keterlibatan masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan menjadi sangat penting untuk merintis layanan pendidikan bagi masyarakat terluar dengan pertimbangan mereka sendirilah yang memahami kebutuhan dan cara pemenuhan kebutuhan akan pendidikan. Jika masyarakat setempat yang menyelenggarakan pendidikan, mereka lah yang akan memilih tempat, memilih pendidiknya, sampai dengan menentukan cara belajar yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Posisi pemerintah dan pemerintah daerah adalah memfasilitasi agar proses pembelajaran dapat berlangsung. Dengan demikian, harapan agar masyarakat terluar dapat merasakan buah dari kemerdekaan dapat segera terwujud.

Oleh : Eko Yunianto
Sumber: Warta PAUDNI September 2011 

Wednesday, November 7, 2012

APE, Tingkatkan Perkembangan dan Kreativitas Anak


Dunia anak adalah dunia bermain. Mulai dari bayi hingga masa kanak-kanak anak senang bermain. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa mengenal lelah. Dengan bermain anak dapat menyalurkan kelebihan energi yang terkandung dalam tubuhnya sekaligus belajar atau berlatih dalam suasana riang gembira untuk meningkatkan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, pemahaman yang cukup bagi pendidik dan orang tua mengenai alat permainan edukatif (APE) sebagai sumber belajar amat diperlukan.
APE adalah sarana untuk merangsang anak dalam mempelajari sesuatu dengan bermain, baik menggunakan teknologi modern maupun tradisional. APE dibuat sebagai upaya untuk merangsang kemampuan fisik motorik anak (aspek psikomotor), kemampuan sosial emosional (aspek afektif) serta kemampuan kecerdasan (kognisi).
Kegiatan bermain yang mengandung edukasi akan merangsang perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan fisik anak. Setiap anak, memiliki kebutuhan bermain yang berlainan sesuai dengan perkembangan anak. Semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan anak dari sebuah mainan, maka akan semakin lama mainan itu menarik baginya.
Dari segi pendidikan, bermain memberi peluang pada anak untuk berswakarya, melakukan dan men ciptakan sesuatu dari permainan itu dengan tenaganya sendiri.
Dr. Anggani Sudono MA dalam seminar Pendidikan Anak Usia Dini di Aula Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang beberapa tahun silam menyatakan peran bermain dengan APE sangat membantu meningkatkan kematangan sampai tingkat pencapaian perkembangan anak. Ketika anak bermain berulang-ulang dengan spontanitas, bereksplorasi kemudian dilakukan intervensi tepat yang bermakna, maka anak mulai memahami APE yang dimainkannya. Sehingga dalam memilih dan menentukan alat alat permainan yang dianggap dapat mendidik tersebut, orang tua dan guru dituntut bijak dalam membelanjakannya, sebab tidak semua alat yang harganya mahal dan dicap “modern” itu bersifat mendidik, bisa jadi hanya akan menanamkan mental instant dan konsumtif kepada anak.

Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, pendidik sangat mengharapkan proses pembelajaran secara efektif, efisien, dan berkualitas. Untuk itu diperlukan media instruksional. Media instruksional adalah “sarana komunikasi yang digunakan dalam proses belajarmengajar untuk mencapai tujuan instruksional yang efektif dan efisien melalui perangkat keras maupun lunak” (Ahmad Rohani, 1997: 4).
Tingkatkan kreativitas anak
Bagi seorang anak, bermain adalah bagian terbesar dari kegiatan kesehariannya. Hampir semua jenis permainan anak membutuhkan peralatan. Pada intinya, peran APE ditujukan untuk mengembangkan kreativitas melalui tiga hal berikut:
Keterampilan motorik halus dan wawasan berpikir anak;
Dengan bergerak, seperti berlari atau melompat, seorang anak akan terlatih motorik kasarnya, sehingga memiliki sistem perototan yang terbentuk secara baik dan sehat. Kemampuan motorik halusnya akan terlatih dengan permainan puzzle, membedakan bentuk besar dan kecil, dan sebagainya.
Kemampuan sosial-emosional;
Anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahap-tahap awal anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahap-tahap awal perkembangannya, orang tua merupakan kawan utama dalam bermain. Pergeseran akan terjadi seiring dengan bertambahnya umur anak, terutama setelah memasuki usia sekolah. Di sekolah, anak akan mengalami proses sosialisasi bergaul dengan kawan sebaya dan gurunya.
Kemampuan kognisi (kecerdasan);
Dalam proses bermain, anak juga bisa diperkenalkan dengan perbendaharaan huruf, angka, kata, bahasa, komunikasi timbal balik, maupun mengenal objek-objek tertentu. Misalnya bentuk (besar atau kecil) dan rasa (asam, manis, asin, atau pahit). Pengembangan kreatifitas sejak usia dini, tinjauan dari penelitian-penelitian tentang proses kreativitas,
kondisis-kondisinya, serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang, dan mengembangkan menjadi sangat penting .Ada beberapa alasan, kreativitas seseorang perlu dipupuk sejak dini agar lebih bermakna dalam hidup dan kehidupan anak.
Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.
 Kedua, berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford, 1967).
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan lingkungan ) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Dengan demikian permainan edukatif dipandang sangat penting dalam meningkatkan kretaifitas anak terutama dalam hal kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungannya. Disamping
itu, permainan edukatif juga bermanfaat untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan anak didik, serta menyalurkan kegiatan anak.

Sumber: Warta PAUDNI Edisi Februari 2012

Wednesday, October 31, 2012

BERMAIN TANPA ALAT, MUNGKINKAH?

Jawaban atas pertanyaan diatas, adalah “ya, mungkin” dan atau “tidak mungkin”. Kedua
jawaban ini dapat dipilih salah satu atau dua-duanya. Tidak ada yang salah, tergantung
dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Pada saat anak masih telentang, kita sering melihat anak menggunakan jari-jari tangannya sebagai “alat” untuk bermain. Sebagian dari kita memandang jemari tangan anak bukan sebuah alat, karena bagian dari tubuh kita. Sebagian yang lain dari kita menyebutkan jemari tangan sebagai alat bermain,
karena anak menggunakan jemari tangannya sebagai obyek yang dijadikan mainan dan bukan subyek
yang melakukan kegiatan bermain.
Kita tidak akan memperdebatkan hal ini. Jean Peaget, psikolog Swiss, membagi cara anak memahami
dunianya menjadi empat skema, yakni periode sensori motor (0-2 tahun), periode praoperasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun), dan periode operasional formal (11 tahun sampai dewasa).
Masih menurut Peaget, pada dua periode pertama, 0-7 tahun, logika anak belum berkembang dengan baik sehingga masih kesulitan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak. Pada periode ini anak masih berpikir mengenai hal-hal yang nyata, yang dapat diraba, dilihat, didengar, dibaui, dan dirasakan. Jadi, bagaimana caranya anak dapat mempelajari sesuatu tanpa ada yang dapat diraba, dilihat, didengar, dibaui, dan dirasakan?
Sekali lagi kita tidak akan mempersoalkan perlu tidaknya alat dalam proses bermain sekaligus belajar
bagi anak-anak. Jawaban Jean Peaget cukup untuk menjawab pertanyaan diatas. Ada yang jauh lebih penting saat membicarakan alat permainan. Selama sepuluh tahun terakhir, pistol mainan dengan peluru kecil cukup banyak menelan korban. Tidak sedikit anak-anak yang menjadi buta karenanya. Ternyata, boneka pun berbahaya. Sebagian besar boneka yang beredar di Indonesia, terutama buatan rumahan menggunakan mata yang ditempel dengan lem, berbahaya bagi anak. Mata boneka yang ditempel dengan lem, akan dengan mudah ditarik anak dan kemudian dimasukkan ke mulut. Tidak perlu dibayangkan apa yang terjadi kemudian.
Itu bahaya yang terlihat mata. Masih banyak lagi bahaya yang tersembunyi, seperti penggunaan cat besi untuk mainan yang berbahan kayu. Belum lama, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama-sama Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia menemukan 20 dari 21 alat permainan yang diteliti mengandung empat logam berat berupa timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan kromium (Cr). Logam berat bisa merusak otak, menyebabkan kelumpuhan, mengurangi kecerdasan, merusak ginjal, serta kanker. Besarnya dampak logam berat pada anak tergantung dari jumlah logam berat yang masuk ke tubuh.
Sepertinya bermain tanpa alat permainan perlu dipertimbangkan. Namun, jangan lupa juga mempertimbangkan hasil penelitian Jean Peaget. Semuanya tergantung pada kita sebagai orang tua.

Oleh : Drs Eko Yunianto
Sumber : Warta PAUDNI Februari 2012

Belajar Sambil Bermain dengan Permainan Tradisional

Saat ini anak-anak tak akrab lagi bermain dengan penuh peluh.
Permainan anak-anak mulai didominasi dengan layar dan tombol. Komunitas Hong secara konsisten memperkenalkan permainan tradisional. Kang Zae, pendiri komunitas Hong mencoba mengingatkan bahwa bermain juga bisa sambil belajar. Bermain tidak hanya bermain, belajar pun tak sekedar belajar.

Tubuhnya yang mungil tengah asyik menikmati sore bersama sekelompok bocah dan beberapa kawan. Senyumnya yang ramah kemudian menyambut kedatangan saya. Percakapan kami kemudian dimulai di tengah hamparan padang rerumputan yang berada tepat di sebelah Taman Hutan Raya Juanda yang berada di kawasan Dago Pakar.
Bagi banyak pihak, nama Zaini Alif yang akrab dengan sapaan Kang Zae ini bukanlah sosok asing, apalagi jika dikaitkan dengan “mainan dan permainan” tradisional. Minat dan kecintaan terhadap budaya lokal ini telah pula mengantarkannya sampai ke mancanegara. Dari balik tangan dinginnya, lahirlah sebuah Komunitas yang dinamai Hong.
Hong memiliki arti pertemuan manusia dengan Tuhan. Selain itu, di dunia permainan tradisional, ada sebuah permainan yang sampai detik ini masih sangat populer dan dinamai Hong-hongan (petak umpet).
Komunitas Hong berada di Jalan Bukit Pakar Utara No. 35 Bandung. Hong memulai pergerakannya sejak tahun 1996. Kala itu, Kang Zae tengah asyik menyelesaikan tugas akhir kuliahnya yang mengangkat tema berkenaan dengan mainan dan permainan tradisional. “Ada dua pengertian, ‘mainan’ dan ‘permainan’. Mainan berorientasi pada ‘toys’, sesuatu yang biasa dikerjakan dan menyenangkan, sedangkan permainan orientasinya adalah menang-kalah, lazimnya disebut ‘games’.
Berbeda dengan pengertian kompetisi dalam permainan-permainan modern yang hanya menekankan dan menargetkan pada menang dan kalah, menangkalah dalam permainan tradisional memiliki sisi di mana anak-anak diajak bermain sambil mengeluarkan potensi diri yang dimilikinya, baik potensi motorik maupun potensi kreativitasnya,” papar lelaki yang sehari-harinya disibukkan pula dengan mengajar di Sekolah Tinggi Seni Bandung (STSI) dan menjadi dosen luar biasa di Institut Teknologi Nasional (ITENAS) ini.
Kang Zae berburu beragam mainan tersebut dengan berkeliling ke kampung- kampung adat dan  mewawancara pihak-pihak yang masih mengerti tentang hal itu. Adapun untuk mainan yang sudah punah, ia biasanya melakukan rekontruksi alias membuat ulang mainan mainan tersebut. Baginya, mainan dan permainan tradisional memiliki kelebihan dibandingkan dengan permainan modern meski masyarakat beranggapan bahwa permainan tradisional atau permainan rakyat dianggap kotor, rendah, kampungan, dan permainan dari luar itu yang terbaik. “Padahal, jika ditinjau dari sisi psikologis dan edukasi, permainan modern hanya menyajikan bentuk lahiriah semata, sedangkan permainan tradisional, selain mengetengahkan sesuatu yang lahiriah, ia juga mengolah rasa seperti empati dan mendekatkan diri dengan alam. Itu adalah keunggulan permainan tradisional,” ungkapnya sejurus kemudian.
Saat ini, sudah ada 250 jenis permainan yang terdata oleh Komunitas Hong. Semuanya mengandung unsur filosofis tinggi, tapi sangat disayangkan karena permainan tradisional mulai dilupakan. Beberapa jenis permainan tradisional itu adalah cinciripit, galah bandung dan bebentengan.
Kang Zae mengatakan, dengan permainan tradisional anak-anak bisa mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. “Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik,” jelasnya.
Adapun mainan, berjumlah ribuan. Kang Zae menyatakan bahwa mainan tradisional dekat dengan alam dan berkontribusi bagi permbangan pribadi anak. Mainan itu dapat dibuat sendiri sehingga bisa melatih kreativitas dan tanggungjawab anak. Perihal mainan, Kang Zae punya citacita. Membuat museum mainan tradisional.
Kini mainan itu sedikit demi sedikit mulai diwujudkan dengan menjadikan rumah tinggalnya menjadi sebuah museum seperti yang diimpikannya. Tentu saja, apa yang dilakukan oleh Kang Zae dan Komunitas Hong bukanlah sekadar pengumpul semata, bukan sekadar membuat ulang mainan-mainan yang kian jarang ditemui di tengah kota. Sedikit serius, ini adalah percakapan singkat mengenai sebuah komunitas yang dengan tangan kecilnya berusaha memertahankan tradisi melalui mainan dan permainan tradisional.

Sumber : Warta PAUDNi Edisi Februari 2012