Thursday, March 22, 2012

Kelemahan Pendidikan Nonformal

Di samping berbagai keunggulan ,perlu dikemukakan di sini bahwa pendidikan nonformal bukan tanpa kelemahan. Kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan ini antara lain: kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik profesional, dan motivasi belajar yang relatif rendah.

Kelemahan pertama, kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Semua lembaga pemerintah, baik yang berstatus departemen maupun non departemen, menyelenggarakan program-program pendidikan nonformal. Berbagai lembaga swasta, perorangan, dan masyarakat menyelenggarakan program pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga tersebut atau untuk pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya variasi program yang dilakukan oleh berbagai pihak itu akan memungkinkan terjadinya program-program yang tumpang tindih. Program yang sama mungkin akan digarap oleh berbagai lembaga, sebaliknya mungkin suatu program yang memerlukan penggarapan secara terpadu kurang mendapat perhatian dari berbagai lembaga. Oleh karena itu koordinasi antar pihak penyelenggara program pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program serta untuk mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program tersebut mencapai hasil yang optimal.

Kelemahan kedua, tenaga pendidik atau sumber belajar yang profesional masih kurang. Penyelenggara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan nonformal sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. keterlibatan mereka dalam program pendidikan didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau kerena tugas yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja, dan mereka pada umumnya berlatar belakang pendidikan formal. Kenyataan ini sering mempengaruhi cara penampilan mereka dalam proses pembelajaran anatara lain dengan menerapkan pendekatan mengajar pada pendidikan formal di dalam pendidikan nonformal sehingga pendekatan ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pembalajaran dalam pendidikan nonformal. Pengelolaan program pendidikan nonformal memerlukan pendekatan dan keterampilan yang relatif berbeda dengan pengelolaan program pendidikan formal. Untuk mengatasi kelemahan itu maka diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik yang ada dalam pengadaan tenaga profesional pendidikan nonformal.

Kelemahan ketiga, motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini berkaitan dengan:

Adanya kesan umum bahwa lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang peserta didiknya memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah.
Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan formal dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan nonformal pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat peserta didik.
Masih terdapat program pendidikan, yang berkaitan dengan upaya membekali peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dibidang ekonomi, tidak dilengkapai dengan masukan lain (other input) sehingga peserta didik atau lulusan tidak dapat menerapkan hasil belajarnya.
Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan status pendidikan formal, malah sering terjadi para lulusan pendidikan yang disebut pertama berada dalam pengaruh lulusan pendidikan nonformal.

Dengan demikian, kelemahan-kelemahan di atas merupakan beberapa contoh yang muncul di lapangan. Namun pendidikan nonformal makin lama makin diakui pentingnya dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa serta sebagai bagian penting dari kebijakan dan program pembangunan.

sumber : www.imadiklus.com

Sunday, March 18, 2012

MENENTUKAN TOLOK UKUR PENDIDIKAN KEAKSARAAN

Sejauh mana keberhasilan pendidikan keaksaraan yang telah kita lakukan beberapa tahun belakangan? Untuk menjawabnya tentu kita jangan sampai terperangkap hanya pada keberhasilan menurunkan tingkat penyandang buta aksarayang nota bene menyangkut angka-angka. Tapi yang lebih penting kita harus menyentuh hal yang paling subtantif.
Hal yang lebih subtantif itu adalah sejauh mana program pendidika keaksaraan fungsional bisa meningkatkan kemampuan dan wawasan peserta program pendidikan keaksaraan. Dengan kata lain seberapa besar peran kita dalam meningkatkan sumberdaya manusia para peserta pendidikan keaksaraan tersebut. Alhasil program pendidikan keaksaraan yang tengah kita genjot ini menghasilkan sesuatu yang bisa berkelanjutan. Bukan yang bersifat instan yang hanya dikuasai warga belajar dalam waktu sementara.etapi ditambah pula dengan peningkatan kemampuan fungsional warga belajar. Tentu dalam pelaksanaannya, agar program bisa berjalan dengan baik, harus ada tolok ukur atau evaluasi yang bisa mengawala jalannya program pemberantan Buta Aksara.
Atas dasar pemikiran itu maka Program pendidikan keaksaraan dirancang tidak saja untuk meningkatkan keterampilan baca tulis hitung, tetapi ditambah denagn peningkatan kemampuan fungsional warga belajar. Tentu dalam pelaksanaannya agar program bisa berjalan dengan baik, harus ada tolok ukur atau evaluasi yang bisa mengawal jalannya program Pemberantasan Buta aksara
Dalam program Pemberantasan Buta Akasara, sebagaimana dimuat dalam acuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan; Evaluasi Pembelajaran, evaluasi atau penilaian pembelajaran bertujuan untuk mengetahui kemajuan warga belajar selama mengikuti program pendidikan keaksaraan. Dan dalam rangka mengetahui sejauh mana kemampuan tersebut perlu dilaksanakan penilaian secara bertahap, berkanal, rutin dan teratur. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.
Mengingat program pendidikan keaksaraan berpusast pada diri warga belajar, maka evaluasi pembelajaran dapat mengetahui sejauh mana kemampuan diri warga belajar melalui penilaian awal, penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Masing-masing tahapan penilaian ini mempunyai prosedur dan tata cara sendiri yang saling berkaitan anara tahapan yang satu dengan tahapan yang lainnya. Evaluasi pembelajaran juga dapat dijadikan dasar dalam menilai sejauh mana kompetensi keaksaraan warga belajar pendidikan keaksaraan yang telah dicapai warga belajar
Evaluasi juga membantu meningkatkan kemampuan para tutor dan stakeholder dalam melakukan penilaian sebelum, selama proses, dan setelah pembelajaran, Dengan perencanaan yang matang tentu Gerakan pemberantasan Buta Aksara yang kita lakukan akan mencapai hasil yang maksimal.

sumber : Majalah Aksara Maret 2008

Thursday, March 15, 2012

Kemampuan-kemampuan Menakjubkan dari Otak Bayi

pa yang dapat dilakukan oleh bayi mungkin dianggap hal yang sepele bagi orang dewasa karena bayi belum dapat mengimbangi percakapan orang dewasa. Tetapi sebenarnya bayi dapat membuktikan kepandaiannya. Setelah para ilmuwan menemukan cara untuk mengungkap kemampuan bayi, ternyata bayi memiliki banyak kemampuan otak yang cukup cerdas dan menakjubkan.

Kira-kira kemampuan menakjubkan apa saja yang ada pada otak bayi?

Berikut 9 kemampuan menakjubkan dari otak bayi seperti dikutip dari LiveScience, Rabu (14/3/2012) antara lain:

1. Mengetahui siapa yang memiliki kedudukan lebih tinggi

Dari usia 10 bulan, bayi mengetahui dan mengerti hal-hal yang cukup benar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Science menunjukkan bayi mengerti hirarki (urutan kedudukan) sosial dan mengetahui ukuran yang dapat menentukan siapa yang bertanggung jawab.

2. Mengerti ekspresi emosi anjing

Bahkan sebelum bayi dapat mengatakan kata 'mama' dan 'papa', bayi telah dapat menguraikan dan mengerti emosi anjing. Sebuah studi pada tahun 2009 menemukan bayi usia 6 bulan telah dapat menunjukkan bahasa tubuh yang sesuai.

"Emosi adalah salah satu hal pertama yang dapat ditangkap bayi dalam dunia sosial," kata pemimpin peneliti Ross Flom, seorang profesor psikologi di Brigham Young University, Utah.

Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Developmental Psychology.

3. Memahami suasana hati dan emosi

Sementara bayi masih belum dapat berbicara, ia mungkin tahu kapan orang dewasa sedang merasa terpuruk. Sekitar usia 5 bulan, bayi dapat secara akurat memilih sebuah lagu yang dapat membangkitkan emosi positif.

Hal tersebut berdasarkan hasil sebuah penelitian yang telah diterbitkan pada tahun 2010 dalam jurnal Neuron. Pada usia 9 bulan, bayi juga dapat mengidentifikasi suara sedih dari beberapa lagu.

4. Dapat menari mengikuti irama musik

Berbicara tentang musik, bayi tidak dapat jika tidak bereaksi ketika mendengar musik tersebut. Tidak hanya telinga bayi yang dapat mengikuti ketukan, bayi sebenarnya dapat menari. Hal tersebut berdasarkan hasil sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2010.

Bayi dapat melakukan gerakan tari dengan tangan, kaki dan badannya sesuai dengan irama atau alunan musik. Kemampuan menari adalah bawaan pada manusia, meskipun para peneliti tidak yakin mengapa hal tersebut dapat berevolusi.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.

5. Meniru tindakan orang lain

Sebuah studi pada tahun 2009 mengungkapkan ketika bayi berusia 9 bulan yang melihat orang dewasa sebagai sebuah objek, maka daerah motor di otak bayi akan diaktifkan seolah-olah benar-benar melakukannya.

Para peneliti studi menunjukkan bahwa neuron cermin yang banyak berperan. Bayi memiliki kemampuan prediktif yang dapat membantunya menanggapi tindakan orang lain. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Biology Letters.

6. Belajar dengan cepat saat tidur

Menurut sebuah studi pada tahun 2010, bayi rupanya bisa belajar bahkan saat tidur. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti yang melibatkan 26 bayi yang sedang tidur.

"Seperti bayi yang baru lahir menghabiskan sebagian besar waktu mereka tidur, kemampuan tersebut mungkin penting untuk dapat cepat beradaptasi dengan dunia di sekitarnya dan membantu untuk memastikan kelangsungan hidup bayi," kata peneliti.

Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.

7. Bayi dapat mengerti suara yang ditujukan pada mereka

Dalam sebuah studi pada tahun 2006, bayi yang berusia 7 bulan dapat mengerti suara atau bunyi yang ditujukan pada mereka. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.

8. Dapat membedakan dua bahasa yang berbeda

Pada penelitian pada tahun 2007 yang telah diterbitkan dalam jurnal Science menunjukkan bahwa, bayi usia 4-6 bulan dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat orang yang berbicara kepadanya mengucapkan kalimat dalam bahasa yang berbeda.

Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi dapat membedakan antara kedua bahasa tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi mulai memahami tata bahasa, pengolahan tata bahasa dan kata-kata secara bersamaan pada usia 15 bulan.

"Bayi yang baru lahir dapat dikatakan cerdas dalam bahasa karena bayi memiliki kemampuan dengan mudah belajar salah satu bahasa di dunia," kata psikolog George Hollich dari Purdue University.

9. Dapat menilai karakter orang cukup baik

Mengelompokkan orang lain sebagai bermanfaat atau berbahaya sangat penting ketika memilih teman. Dan kemampuan tersebut dapat mulai dimiliki sejak bayi.

Kemampuan menilai karakter dapat menjadi langkah pertama bayi dalam pembentukan moral. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah diterbitkan pada tahun 2007 di jurnal Nature.

sumber: health.detik.com

Wednesday, March 7, 2012

Gali Potensi Belajar, Aktifkan Kecerdasan Anda!

Ternyata, kecerdasan bisa diaktifkan. Dalam teori multiple intelligent, ada delapan kecerdasan ganda yang bisa digunakan untuk menjelaskan potensi belajar Anda. Setiap kecerdasan tersebut, dapat memberikan manfaat bagi Anda. Apa saja delapan kecerdasan itu?

1. Kecerdasan Verbal/Linguistik
Kecerdasan verbal adalah kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk berbicara dan menulis. Anda dapat mengaktifkan kecerdasan ini dengan mencoba mempelajari kata-kata baru setiap harinya. Caranya dengan membaca, mendengarkan berita di radio, melibatkan diri dalam perdebatan, dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas.

2. Kecerdasan Logikal/Matematika
Kecerdasan logikal ini melibatkan angka-angka dan penalaran. Anda dapat mengaktifkan kecerdasan ini dengan sering menyelesaikan perhitungan, mempelajari berbagai rumus, dan memecahkan teka-teki.

3. Kecerdasan Visual/Spasial
Kecerdasan visual/spasial melibatkan proses berpikir dalam bentuk lukisan atau gambar. Anda bisa mengaktifkan kecerdasan ini dengan menganalisis alat bantu visual dalam teks buku dengan memetakan pikiran dalam sebuah gambar, diagram/ bagan.

4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Kecerdasan tubuh/kinestetik melibatkan gerakan tubuh dan penanganan masalah. Kecerdasan ini dapat diaktifkan dengan menggunakan ketrampilan motorik Anda secara teratur. Contohnya, melakukan berbagai latihan olahraga, jogging, dan secara langsung aktif dalam berbagai kegiatan. Anda juga bisa mengaktifkan kecerdasan ini dengan mengerjakan tugas Anda di komputer.

5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal melibatkan kemampuan bermusik seperti irama dan nada. Aktifkanlah kecerdasan tipe ini dengan sering mendengarkan musik, memainkan alat musik, atau bernyanyi.

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan respons dalam hal suasana hati, motivasi, dan kebutuhan orang lain. Hal ini mengarah pada membangun suatu hubungan baik dengan orang lain dan menikmati pergaulan dengan orang lain. Anda dapat mengaktifkan kecerdasan ini dengan sering berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, debat pendapat, atau aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.

7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal mencakup harga diri, penghargaan terhadap diri sendiri, dan kesadaran diri. Kecerdasan tipe ini dapat diaktifkan dengan menguji secara kritis kekuatan dan kelemahan Anda.

8. Kecerdasan Natural
Kecerdasan natural adalah kecerdasan yang dapat menghargai dan memahami kondisi alam. Anda dapat mengaktifkan kecerdasan ini dengan menjelajahi kondisi alam, yaitu dengan berkemah atau dengan mendaki gunung. Hal itu dapat membantu Anda memahami lingkungan alam.

Dengan mengaktifkan delapan kecerdasan di atas, Anda akan terbantu dalam menemukan bakat yang terpendam. Tak perlu menguasai seluruh kecerdasan itu, tetapi temukankan kecerdasan yang paling Anda kuasai dan hubungkanlah dengan sesuatu yang ingin Anda pelajari.

sumber : edukasi.kompas.com

Anak yang Pintar Main Puzzle Lebih Berbakat Jadi Insinyur

Hobi memainkan puzzle di masa kecil bisa memberi petunjuk terkait bakat anak di masa yang akan datang. Anak-anak yang pintar menyelesaikan puzzle sejak usia 2-4 tahun, saat dewasa cenderung lebih berbakat menjadi seorang insinyur.

Susan Levine, seorang pengamat kecerdasan pada anak dari University of Chicago mengatakan permainan puzzle atau bongkar pasang mencerminkan kemampuan spasial. Dengan memiliki kemampuan ini, anak-anak lebih pintar memikirkan obyek-obyek atau benda 3 dimensi.

Kemampuan ini juga dibutuhkan ketika anak-anak tersebut bercita-cita untuk bekerja di bidang teknik. Mau tidak mau, seorang insinyur teknik akan banyak berurusan dengan obyek-obyek 3 dimensi sehingga kemampuan spasial tentunya sangat dibutuhkan.

Untuk membuktikan hubungannya dengan permainan puzzle, Levine mengamati 53 pasangan anak dan orangtua dari berbagai latar belakang. Hasil pengamatan menunjukkan, anak-anak yang pintar memainkan puzzle di usia 26-46 bulan cenderung memilliki kemampuan spasial yang lebih baik di usia 54 bulan.

"Anak-anak yang pandai memainkan puzzle berpikir dengan lebih efisien ketika disuruh memutar-mutar obyek dan menerjemahkan bentuk," kata Levine dalam laporannya di jurnal Developmental Science, seperti dikutip dari Medicinenet, Selasa (6/3/2012).

Levine menambahkan, anak-anak yang terampil memainkan puzzle tidak hanya berbakat di bidang teknik saja. Di bidang lain yang membutuhkan kemampuan berpikir tentang obyek-obyek 3 dimensi juga akan terasa lebih mudah baginya seperti matematika dan ilmu pengetahuan alam.

Dalam peneltiannya tersebut, Levine juga mengungkap bahwa orangtua dengan status ekonomi lebih tinggi lebih sering memberikan permainan puzzle ke anak-anaknya. Selain itu, anak laki-laki cenderung lebih memilih permainan puzzle yang lebih rumit daripada anak perempuan.

sumber : detikhealth.com