Keberhasilan pembelajaran pendidikan keaksaraan sangat besar dipengaruhi oleh bentuk evaluasi yang digunakan dalam mengukur capaian kemampuan keaksaraan warga belajar. Hasil pembelajaran pada pendidikan keaksaraan selama ini terlihat pada suatu bentuk legalitas keberaksaraan, yaitu diberikannya Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) kepada warga belajar. Disadari atau tidak, bentuk evaluasi yang dilakukan cukup memberikan pengaruh terhadap capaian keberhasilan program pendidikan keaksaraan. Kenyataan yang ada bahwa alat evaluasi yang selama ini digunakan dalam mengukur hasil pembelajaran pendidikan keaksaraan dominan merupakan alat evaluasi dengan pendekatan format tes, sedangkan bentuk evaluasi dengan pendekatan non tes sering terkesampingkan. Teknik penilaian non tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan format tes. Teknik penilaian ini umumnya digunakan untuk menilai kepribadian seseorang (warga belajar/peserta didik) secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Namun pendekatan non tes ini dapat pula digunakan dalam evaluasi terhadap sebuah program pendidikan, baik itu evaluasi tehadap pembelajaran maupun evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
Patroli aksara adalah suatu bentuk alat evaluasi hasil pembelajaran pada pendidikan keaksaraan dengan mengedepankan pendekatan non tes dalam pelaksanaannya. Pengukuran hasil pembelajan yang dicapai oleh warga belajar dalam proses evaluasi model patroli aksara dilakukan melalui proses pengamatan serta free interview dengan warga belajar. Dengan model evaluasi seperti ini, dimungkinkan untuk melihat kemampuan keberaksaraan yang dicapai oleh warga secara dari proses pembelajaran secara menyeluruh hingga pada tataran aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari warga belajar.
Patroli aksara merupakan model evaluasi yang dapat diterapkan sebagai suatu model alat evaluasi untuk mendapatkan SUKMA pada pendidikan keaksaraan. Model evaluasi patroli aksara menitikberatkan proses evaluasinya pada pengamatan yang dilakukan oleh tutor selaku evaluator terhadap warga belajar. Dalam proses pengamatan tersebut, dilakukan wawancara ringan dengan variasi pertanyaan atau permintaan terhadap warga belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan keberaksaraan warga belajar yang merupakan capaian hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Evaluasi model patroli aksara merupakan bentuk evaluasi hasil pembelajaran dimana tutor sebagai evaluator melakukan pengawasan terhadap kemajuan pembelajaran yang dicapai oleh warga belajarnya. Pengawasan tersebut dilakukan tidak hanya di kelas atau tempat belajar pada saat proses pembelajaran, melainkan juga dilakukan diluar tempat dan waktu pembelajaran. Dalam proses evaluasi ini, tutor diharapkan untuk lebih banyak berinteraksi dengan warga belajar di luar suasana pembelajaran. Tutor melakukan kunjungan ke rumah atau ke tempat warga belajar biasa beraktifitas untuk melakukan penilaian kemampuan keaksaraan warga belajar. Bentuk kunjungan yang dilakukan oleh tutor merupakan kunjungan informal yang nampak sebagai sebuah pertemuan biasa dengan berbagai alasan (silaturrahmi, mampir, main dan lain-lain)
Model patroli aksara dalam evaluasi hasil pembelajaran pendidikan keaksaraan merupakan bentuk penilaian terhadap capaian keberaksaraan warga belajar pendidikan keaksaraan dengan menggunakan pendekatan non tes. Model ini mengedepankan metode observasi dan wawancara dalam pelaksanaannya.
Dalam model patroli aksara, tutor sebagai evaluator melakukan suatu bentuk observasi partisipatif untuk menilai kemampuan warga belajar. Selain itu tutor juga membangun suatu wawancara yang bersifat free interview dengan warga belajar. Dalam wawancara tersebut sedapat mungkin untuk membangun suasana wawancara yang bebas dan akrab sehingga tampak bahwa wawancara yang dilakukan hanya merupakan sebuah percakapan biasa, bukan sebagai sebuah kegiatan evaluasi yang dilakukan seorang tutor untuk menilai kemampuan warga belajarnya. Hal ini penting untuk menjaga suasana kebatinan warga belajar. Ketika mereka dihadapkan pada suatu alat evaluasi hasil pembelajaran model konvensional seperti bentuk alat evaluasi pada Sekolah Dasar tingkat awal bahkan TK, maka cenderung akan timbul rasa malu, ragu, was-was dan-lain, bahkan bisa jadi warga belajar akan merasa direndahkan dengan penerapan alat evaluasi seperti ini. Hal ini bisa menjadi sesuatu yang memberikan pengaruh yang besar terhadap pengekspresian kemampuan keaksaraan warga belajar. Belum lagi pengaruh faktor usia, tingkat emosional serta keberadaan warga belajar dalam tatanan masyarakatnya.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan model evaluasi patroli aksara yaitu:
1. Membuat format penilaian
Meskipun evaluasi model patroli aksara kesannya sebagai sebuah bentuk evaluasi yang subjektif dimana tutor sebagai evaluator memegang kendali penuh serta proses evaluasi ini menitikberatkan pengukuran kemampuan warga belajar dari hasil observasi dan wawancara, namun seperti pada model evaluasi hasil belajar dengan memakai format tes, dalam evaluasi model patroli aksara juga digunakan acuan berupa instrumen pengukuran capaian keberaksaraan warga belajar sebagai rambu-rambu dalam melakukan proses evaluasi.
2. Melakukan proses evaluasi
Dalam pelaksanaan model evaluasi patroli aksara, tutor melakukan pengamatan terhadap kemampuan keberaksaraan yang dimiliki oleh warga belajar. Pengamatan tersebut dilakukan disetiap interaksi antara tutor dan warga belajarnya selama proses pelaksanaan program, baik interaksi itu pada saat proses belajar mengajar maupun di luar dari itu, seperti tutor melakukan kunjungan ke rumah atau ke tempat beraktifitas warga belajar. Bahkan pada saat tutor berinteraksi lewat perbincangan telepon pun proses evaluasi patroli aksara dapat dilakukan.
Selama proses interaksi tersebut tutor dapat melakukan pengukuran dengan cara mengamati warga belajar. Berikut contoh proses pelaksanaan evaluasi model patroli aksara terhadap seorang warga belajar dengan identitas sebagai berikut:
Nama warga belajar : Anto
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tukang Becak
Tutor dapat melakukan proses evaluasi terhadap si Anto dengan cara mengamati kemampuan membaca, menulis dan berhitung Anto di dalam dan di luar proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, tutor dapat mengukur sejauh mana kemampuan membaca Anto pada saat pembelajaran membaca. Apakah anto telah dapat membaca satu kalimat dengan lancar atau kurang lancar, atau Anto baru dapat membaca dengan lancar satu kata yang maksimal terdiri atas dua sampai dengan tiga suku kata. Demikian pula halnya dengan pengukuran terhadap kemampuan menulis dan berhitung Anto.
Di luar proses pembelajaran, tutor dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan keberaksaraan Anto dengan berkunjung ke rumah Anto atau ke tempat dimana Anto biasanya menunggu penumpang. Pada pertemuan dengan Anto tersebut, tutor dapat melakukan evaluasi lewat suatu proses wawancara yang sederhana berupa percakapan ringan yang nampak bukan sebagai sebuah wawancara, sehingga tidak tampak ada sebuah proses pengamatan didalamnya. Untuk menilai kemampuan membaca Anto, tutor dapat berpura-pura menanyakan sesuatu dimana untuk menjawab pertanyaan tersebut Anto mesti melakukan kegiatan membaca terlebih dahulu. Contoh, tutor memberikan secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat dan menanyakan kepada Anto, apakah dia mengetahui alamat tersebut. Untuk menilai kemampuan berhitungnya, tutor dapat menanyakan tentang pendapatan rata-rata perhari yang diperoleh Anto dari hasil menarik becak. Kemudian tutor menanyakan lagi berapa pendapatan rata-rata perminggu atau perbulan yang diperoleh Anto dari hasil pekerjaannya tersebut. Demikian pula halnya untuk menilai kemampuan menulisnya.
Dari variasi-variasi pertanyaan atau permaintaan yang diajukan tutor dalam percakapan dengan warga belajar, tutor dapat mengukur capaian kemampuan keberaksaraan warga belajarnya. Hanya saja dalam sebuah interaksi dengan warga belajar, tutor tidak mesti melakukan pengukuran terhadap semua kemampuan keberaksaraan (membaca, menulis dan berhitung) warga belajar. Dalam satu interaksi, tutor mungkin hanya dapat menilai kemampuan membaca seorang warga belajar, utamanya interaksi yang terjadi di luar luar jam pelajaran. Namun yang perlu diingat bahwa evaluasi model patroli aksara ini merupakan proses evaluasi menyeluruh terhadap warga belajar selama proses pembelajaran pendidikan keaksaraan. Jadi yang menjadi tolak ukur penilaiannya bukan hanya pada hasil akhir proses pembelajaran, tapi juga capaian-capaian kemampuan keberaksaraan pada tiap tahap proses pembelajaran. Evaluasi model patroli aksara ini juga merupakan kegiatan evaluasi hasil pembelajaran keaksaraan yang melihat kemampuan keberaksaraan warga belajar pada tataran aplikasi kemampuan keberaksaraan warga belajajar dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pencatatan hasil proses evaluasi
Selama proses intraksi dengan warga belajar dalam rangka evaluasi hasil pembelajaran dengan model patroli aksara, pencatatan terhadap penilaian kemampuan keberaksaraan warga belajar tidak dilakukan. Pencatatan dilakukan setelah proses interaksi tersebut. Tutor dapat membuat catatan atau mengisi format capaian kemampuan keberaksaraan warga belajar yang telah dibuat/dipersiapkan berdasarakan hasil pengamatan (observasi) dan wawancara (perbincangan ringan) dengan warga belajar.
Penulis; Suyuti Zakir, S.S
Penilik PLS Dinas Pendidikan Kota Palopo
0 comments:
Post a Comment