Sunday, December 7, 2014

PENILAIAN PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA DINI

anak belajar


PENDAHULUAN
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan tubuh, organ organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya.
 
Sejak dahulu masalah perkembangan anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai perkembangan anak telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali dibuat mengenai perkembangan anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman (1787) yang mencatat perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877) mempublikasikan secara detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada tahun 1931 shirley melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap.
 
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen, yang seharusnya dapat dihindari.
 
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
 
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa anak usia dini. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia anak usia dini ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari.


Pada perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi  yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak.

TUJUAN PENILAIAN PERKEMBANGAN
Tujuan dari penilaian perkembangan anak adalah :
1. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko terjadinya      
    kelainan perkembangan tersebut.
2. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan konseling genetik.
3. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih tinggi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Masa enam tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu:
 Faktor Internal
   Yaitu faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang 
   diperoleh, termasuk disini antara lain:
 Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna 
    rambut dan bentuk tubuh.
 Unsur berfikir dan kemampuan intelektual. Misalnya kecepatan berfikir.
 Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh. Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat 
    pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
 Faktor Eksternal
 Keluarga, Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang
    tua dengan anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
 Gizi, Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang
    akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
 Budaya setempat, Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan     dan perkembangan anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
 Teman bermain dan sekolah, Ada tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan       pendidikan disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak, yaitu:
1. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Yang dimaksud gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya  dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada anak, gerakan ini dapat secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik kasar dan halus.
 
Disebut motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari.
 
Disebut motorik halus bila hanya melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan hanya ibu jari dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat prakarya.


Melalui latihan latihan yang tepat gerakan gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal keluwesan, kecepatan dan kecermatan. Sehingga secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.


1. Komunikasi aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain, agar dicapai saling pengertian maka diperlukan kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata kata atau komunikasi aktif ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi dengan orang lain tetap dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang lain. Kesanggupan mengerti dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain disebut sebagai komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu dikembangkan secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif (berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan bentuk ucapan lisan lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain).


2. Perkembangan kecerdasan (kognisi)
Pada anak usia dini kemampuan berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan
merencanakan persoalan. Semua konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak untuk melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih abstrak, dan lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama berbeda, bertambah berkurang, sebab akibat dan lain lain.


3. Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial Pada awal kehidupannya seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya (misalnya makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).

Kebutuhan kebutuhan anak berubah dalam jumlah maupun derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dengan makin mampunya anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula mula dalam hal menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan minum, buang air kecil dan sebagainya.

Kemampuan kemampuan ini makin ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas pergaulan harus dikembangkan pula, dan anak perlu diajar untuk aturan aturan disiplin, sopan santun dan sebagainya agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.
 

PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK
Meskipun beberapa keterlambatan perkembangan pada perkembangan milestone bahasa, motorik, atau sosial adaptif dapat bersifat sementara, keterlambatan perkembangan pada usia dini sangat erat hubungannya dengan diagnosis dari disabilitas perkembangan seperti retardasi mental, serebral palsi, gangguan bicara, autis dan kesulitan belajar pada perkembangan anak lebih lanjut. Terlebih lagi, adanya bukti bahwa identifikasi dini dan penanganan anak dengan kondisi perkembangan yang terganggu dapat meningkatkan hasil akhir secara fungsional dan menurunkan resiko dari masalah tingkah laku sekunder

Kemampuan berbicara dan berbahasa telah dipertimbangkan oleh para ahli sebagai indikator yang baik terhadap perkembangan anak secara keseluruhan dan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan keberhasilan pendidikan. Identifikasi anak dengan keterlambatan perkembangan atau masalah yang berkaitan dapat mengarahkan kepada intervensi ketika usia dini dimana kemungkinan untuk perbaikan paling baik. Penilaian perkembangan anak meliputi identifikasi masalah-masalah perkembangan anakdengan screening (skrining/penapisan/penjaringan) dan surveillance ukuran standart atau non standart, yang juga digabungkan dengan informasi tentang perkembangan sosial, riwayat keluarga, riwayat medik dan hasil pemeriksaan mediknya.

Tolak ukur perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus, berbahasa, dan prilaku sosial. Dikatakan terdapat penyimpangan apabila kemampuan anak tidak sesuai dengan tolak ukur (milestone) anak normal. Dalam survei diperoleh informasi kepedulian orang tua terhadap perkembangan dan prilaku anaknya. Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan
perkembangan anak :
1. Emosi Dan Perilaku
2. Berbicara Dan Berbahasa
3. Keterampilan Sosial Dan Menolong Diri Sendiri
4. Motorik Kasar
5. Motorik Halus
6. Membandingkan Dengan Lingkungan
7. Masalah Anak Yang Orang Tuanya Tidak Mengeluh

Masalah penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi di masyarakat memang sangatlah bervariasi, sebagai ilustrasi dapat dikaji sepuluh macam kasus yang terbanyak pada penderita baru rawat jalan klinik tumbuh kembang RS dr.Soetomo tahun 2005 pada tabel 1.

TAHAP TAHAP PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK
1. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui.
2. Skrining gangguan perkembangan anak.
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya.

3. Evaluasi lingkungan anak

Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut.
4. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.

6. Pemeriksaan fisik

Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda penyakit defisiensi dan lainnya.

7. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan penyakit degeneratif lainnya.


Untuk mengetahui secara dini adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2 tahun.
1. Evaluasi penyakit penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita.


2. Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya.

SKRINING PERKEMBANGAN
 
Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu.
Tes skrining yang ideal harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan cepat digunakan.
Skrining perkembangan yang ideal tidak sepenuhnya ada. Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining perkembangan yang sering digunakan dan keterbatasannya.  Perlu dipisahkan antara skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan imunisasi.


Terdapat tiga pendekatan pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak, bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining informal.
Skrining perkembangan formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah. Meskipun di negara berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil dalam deteksi dini cerebral palsi.

Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya keterlambatan perkembangan,

 contohnya:
 BBLR (<1500 g="" p="">
 Kondisi neurologis
 Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV
 Periventricular leukomalacia
 Hipoksia iskemik ensefalopati
 Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20
 Meningitis
 Kejang persistent
 Apnea
 Hyperbilirubinemia
 Kejang dengan hipoglikemi
 Septikemia

MEMILIH INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes perkembangan didesain untuk mengidentifikasi anak yang  potensial untuk keterlambatan perkembangan, masing masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam mengidentifikasi. Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima untuk semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang menilai perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik, seperti kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus menilai berbagai aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus, bahasa, komunikasi, tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat berbagai macam tes skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana bergantung pada populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining pada populasi tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument.


Tes skrining juga harus valid dan dapat diandalkan, dengan sensitifitas dan spesifitas yang  baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil  yang konsisten, validitas dari tes skrining perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara anak yang normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas merupakan keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan perkembangan yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining untuk mengidentifikasi anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining salah mengindentifikasikan anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam perkembangan maka akan menghasilkan yang disebut overreferrals, dan jika suatu tes salah mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang normal maka itu akan menghasilkan yang disebut sebagai underreferrals. Untuk tes skrining perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk meminimalkanunderreferrals dan overreferrals. Terdapat pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas ketika memperbaiki sistem penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada level 70% sampai 80% telah dapat diterima untuk tes skrining perkembangan.

INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
 
Ahli penyakit anak sekarang mempunyai banyak instrumen perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang paling baik adalah yang mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk sensitifitas, spesifitas, validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah distandarisasi pada populasi luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak, seperti Parents’ Evaluation of Developmental Status, Ages and Stages Questionnaires, dan Child Development Inventories Mempunyai data psikometrik ysng baik dan mempunyai keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan langsung oleh ahli penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening test, Bayley Infant Neurodevelopmental Screener, Battelle Developmental Inventory, Early Language Milestone Scale, dan Brigance Screens melibatkan pemeriksaan langsung terhadap kemampuan anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan bahasa dari anak.
Setiap tes skrining mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the Denver-II screening test yang telah digunakan secara luas, namun mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang rendah tergantung dari interpretasi hasilnya. Setiap tes juga harus dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak maka hasilnya akan tidak valid.
Skrining untuk psikososial dan tingkah laku pada anak terdapat beberapa tantangan, anak dengan perkembangan yang terhambat mempunyai resiko yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku. Kebanyakan instrument skrining perkembangan tidak dapat menilai pada area ini secara adekuat. Instrument tes seperti the Temperament and Atypical Behavior Scale, Child Behavioral Checklist, The Carey Temperament Scales, Eyberg Child Behavior Inventory, Pediatric Symptom Checklist, and Family Psychosocial Screening, dapat membantu dalam mendeteksi masalah tingkah laku. Akhir akhir ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam skrining anak untuk autistic spectrum disorders karena terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan untuk diagnosis dan intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist for Autism in Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang rendah dan spesifitas yang tinggi.
Tes yang paling sering digunakan adalah Denver Developmental Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga, dibalik kepopularannya, DDST II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena mempunyai sensitifitas yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini tetap bernilai karena kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan yang terstruktur yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area perkembangan, pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara yang akurat karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari tingkah laku dan perkembangan anak.
Lebih jauh lagi efisiensi dari skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan skrining level kedua untuk anak yang dicurigai bermasalah dengan menggunakan The Ages and Stages Questionnaires (ASQ). Tes ini terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan dirumah dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas yang baik sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan hampir 13% anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi dapat dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk.

Skrining untuk keterlambatan bahasa sangat penting, dikarenakan terdapat hubungan yang kuat antara bahasa dan perkembangan kognitif dan kemampuan pendidikan. Early Language Milestone (ELM) membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah psikiatri dan tingkah laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan keterlambatan perkembangan. Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan menggunakan Pediatric Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas yang baik.



PERANGKAP DALAM INTERPRETASI PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering dibuat dalam menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali tenaga kesehatan/orangtua lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja. Sehingga sering terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal tersebut dengan suatu harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak. bebrapa penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang sedang sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan intelektual anak dapat dilihat pada perkembangan bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu perhatian juga kurang diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal perkembangan motorik halus merupakan indikator yang lebih baik daripada motorik kasar, dalam diagnosis gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik halus yang paling awal adalah jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada bayi umur 3 bulan. Bila masih menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya
cerebral palsi.1,2  
2. Intelegensi: penampilan superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya benar, karena itu kita seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang retardasi mental dengan penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan motorik kasar yang baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas. Anak yang autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain sebagainya.1,2


3. Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai anak umur satu tahun dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai anak umur 2 tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang diukur dari ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap intelegensia anak. Untuk mencegah kesalahan tersebut, diperlukan kemampuan dalam mendapatkan anamnesis yang akurat dan pengetahuan tentang milestone perkembangan bahasa.1,2

4. Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat adalah pandangan bahwa ketulian sangat jarang pada  anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian, kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya. Oleh karena itu skrining perkembangan anak dengan menggunakan instrumen yang sudah baku, merupakan prosedur yang rutin yang harus dilaksanakan dalam melakukan pemeriksaan anak sehari
hari.

 
Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. EGC. Jakarta.
2. Mallhi P, Singhi P. Screening Young Children for Delayed Development. Indian  Pediatrics; 1999 
    36:569-577
3. narendra MB, suryawan A, irwanto. 2006. Naskah lengkap continuing education ilmu kesehatan 
   anak XXXVI penyimpangan tumbuh kembang anak. bag/SMF ilmu kesehatan anak FK UNAIR. 
   Surabaya
4. Behrman RE., Kliegman RM., Jenson HB. 2004. Nelson textbook of pediatrics 17th ed. Saunders. 
    Philadelphia.
5. bakti husada. 1989. pedoman deteksi dini kelainan tumbuh kembang. Direktorat bina kesehatan 
    keluarga. Jakarta
6. American Academy of Pediatrics. Identifying Infants and Young Children With Developmental 
    Disorders in the Medical Home: An Algorithm for Developmental Surveillance and Screening. 
    Pediatrics Volume 118, Number 1, July 2006.
7. American Academy of Pediatrics. Developmental Surveillance and Screening of Infants and 
    Young Children.Pediatrics Vol. 108 No. 1 July 2001.
8. Sices L, Feudtner C, McLaughlin J et al. How Do Primary Care Physicians Manage Children With 
    Possible Developmental Delays? A National Survey With an Experimental Design. Pediatrics 
    2004;113;274-282

9. Nelson HD, Nygren P, Walker M et al. Screening for Speech and Language Delay in Preschool 
    Children: Systematic Evidence Review for the US Preventive Services Task Force. Pediatrics 
   2006;117;e298-e319 

Oleh : Jamaluddin
sumber : downlot here