Saturday, January 8, 2011

Eksistensi Pendidikan Nonformal di Negara Maju, Kajian Komparatif

Proses transformasi masyarakat atau sering disebut globalisasi tidak saja mengubah kehidupan manusia, tetapi juga mengubah kecenderungan dalam hal pendidikan dan belajar (Tilaar, 1997). Dikenali akan terjadi perubahan mendasar dalam hal pendidikan dan belajar. Pendidikan harus berfungsi ganda, yakni membina kemanusiaan (human being) melalui pengembangan seluruh pribadi manusia, dan pengembanagn sumber daya manusia (human resources) untuk memasuki kehidupan baru. Makin lama bekerja dan belajar menjadi satu kesatuan bingkai pendidikan sepanjang hayat. oleh karena pengetahuan maju dan bertambah secara eksponensial, maka agar bisa melaksanakan pekerjaan dengan baik, seseorang harus meningaktkan pengetahuannya melalui pendidikan secara berkelanjutan.

Desakan untuk belajar terus-menerus semakin lama semakin kuat, pendidikan dan belajar pada hakikatnya adalah kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu belajar di luar sekolah dan di luar universitas perannya semakin lama semakin penting. Di masa lalu, sekolah dan universitas menjadi pusat utama atau bahkan satu-satunya pusat kegiatan belajar. Pada saat ini, tempat kerja secara berangsur-angsur telah menjadi pusat kegiatan belajar yang baru, tempat kerja telah menjadi tempat belajar yang penting.

Unesco mendefinisikan Pendidikan Non Formal sebagai “any organized and sustained educational activities that do not correspond exactly to the definition of formal education. Non formal education may therefore take place both within and outside educational institutions, and cater to persons of all ages. Depending on country contexts, it may cover educational programmes to impart adult literacy, basic education fpr out of school children, lifeskills, work skills, general culture. Non formal education programmes do not necessarily follow the ‘ladder’ system, and may have differing durations, and may or may not confer certification of the learning achieved” (UNESCO, 1997).

Di banyak negara yang dipengaruhi atau sedang menghadapi tugas pembangunan awal, sistem sekolah formal tidak memiliki kapasitas untuk menangani seluruh anak-anak dan remaja, atau anak-anak tidak dapat memperoleh keuntungan dari sistem tersebut. Orang tua dan anak seperti halnya guru dan otoritas pendidikan cenderung untuk mencari perbaikan yang cepat dari sekolah formal untuk menghindari masa sekolah yang hilang. Oleh karena itu kegiatan pendidikan non formal memberikan akses pemuda dan anak anak terhadap pembelajaran luar sekolah, menguatkan harga dirinya dan menolong mereka untuk menemukan jalan dalam memberikan berkontribusi untuk masyarakatnya. Dalam beberapa kasus, aktivitas ini mungkin juga sebagai jembatan untuk menolong anak-anak dan pemuda dalam memperbaiki keterampilan akademiknya, secara langsung dimana mereka dapat memasuki kembali sistem sekolah formal.

Aktivitas pendidikan luar sekolah dapat mengambil bentuk seperti kelas keaksaraan, aktivitas budaya seperti musik, tarian atau drama, latihan dan tim olah raga, pendidikan berkaitan dengan hak anak atau pembelajaran spesifik lainnya. Tergantung pada penyedia dan konteksnya, pendidikan non formal juga termasuk didalamnya program pembelajaran akselerasi yang bertujuan agar anak-anak dan remaja yang kehilangan waktu sekolahnya untuk kembali ke sistem sekolah formal.

Pendidikan non formal juga dapat digunakan sebagai suplemen penting untuk siswa yang terdaftar di sekolah formal. Dalah situasi yang kritis, kurikulum sekolah formal sering kali telah mencakup subjek inti hanya atau hanya beberapa topik penting untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang baru. Waktu sekolah yang pendek di sebagian besar permulaan situasi keadaan darurat membuatnya sulit untuk menambah subjek lebih banyak dalam kurikulum. Sebagai alternatif yang dapat diraih oleh beberapa siswa untuk mendapatkan ekstrakurikuler dalam aktivitas pembelajaran non formal. Dalam situasi konflik, atau setelah bencana alam, aktivitas pendidikan non fomal mungkin diperlukan untuk lebih fokus pada subjek spesifik, seperti halnya pendidikan lingkungan, kepedulian alam, pendidikan perdamaian dan resolusi konflik, kesehatan reproduksi, kebersihan, pencegahan penyakit atau wabah, kepedulian dan pencegahan HIV/AIDS, kepedulian psikologis, dan hak asasi manusia.

Eksistensi PNF di Negara Maju

a. Faktor yang melatarbelakangi berkembangnya PNF di negara maju

Satu ciri khas masyarakat dewasa ini adalah, teknologi semakin banyak digunakan dalam masyarakat, pekerjaan rutin semakin langka, sedangkan pekerjaan yang non rutin menuntut kualifikasi tinggi. Pendidikan formal semakin lama semakin mudah tergapai oleh semua orang, sehingga mobilitas sosial meningkat. Semakin besar persamaan hak atas kesempatan belajar, yang tersedia bagi siapa saja yang ingin maju dan semakin banyak perhatian yang diberikan pemerintah kepada peranan bakat, semakin banyak dan semakin matanglah bakat yang akan dihasilkan untuk memenuhi tuntutan kerja di sehala lapisan masyarakat.

Masyarakat modern juga ditandai dengan perubahan dan mobilitas yang tinggi, dan yang paling menonjol adalah mobilitas kependudukan sebagai akibat rasionalisasi ekonomi dan teknologi tinggi. Cakrawala pengalaman individu pun meluas berkat media massa, sehingga ia bersentuhan dan mengenai bahasa-bahasa internasional yang menyebabkan orang lebih banyak berpergian dibandingkan dengan orang tua dan nenek moyangnya dulu. Mengingat itu semua, tidak heran jika masyarakat menjadi sangat kompleks, suatu hal yang disebabkan oleh adanya aneka nilai dan adanya begitu banyak alternatif pola berfikir dan bertindak.

Saat ini negara-negara maju sedang menghadapi tantangan utama, yaitu mendapatkan efek dari globalisasi, dengan bermunculannya industrialisasi baru dan kompetisi yang tinggi antar negara. Nagara maju memiliki tren baru dalam hal demografi, dengan pertambahan usia dan peningkatan kebutuhan terhadap tenaga kerja imigran. Akhirnya pasar tenaga kerja di negara maju menjadi berubah, yang sebagian besar lagi dipengaruhi oleh pengembangan dalam bidang teknologi.

Tantangan terakhir memicu kemunculan pengetahuan berbasis pada ekonomi dan masyarakat, yang membuat pendidikan dan pelatihan lebih penting dari pada sebelumnya. Di Eropa atau bahkan di negara-negara maju lainnya kebutuhan tidak hanya untuk memperbaharui keterampilannya, tapi juga untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Mereka melakukan itu untuk hidup dan berhasil dalam masyarakat modern mereka, seperti halnya untuk pemenuhan kebutuhan personalnya.

Perubahan demografi di negara-negara disebabkan karena terjadi migrasi besar-besaran tenaga kerja dari negara luar, ada tenaga kerja yang berketerampilan tinggi namun juga banyak yang tidak memiliki keterampilan dan perlu penanganan. Bahkan ada yang berketerampilan namun namun seringnya keterampilan tersebut di bawah standar atau tidak dikenali dan tidak dapat digunakan di pasar kerja.

Selain itu perubahan demografi juga terjadi berkaitan dengan jumlah penduduk di negara maju, dimana penduduk usi 24-55 tahun jumlahnya semakin sedikit atau hanya mencapai 15%, sedangkan untuk usia 60-80 perbandingannya adalah dari 10 orang maka satu diantaranya adalah usia 60-80. Yang lebih buruk lagi adalah dari tiga orang maka satu orang adalah penduduk berusia 55-64 tahun.

Perubahan budaya memunculkan orang yang lebih tua dan yang sangat tua, sehingga pendidikan non formal diperlukan untuk menolong mereka agar dapat aktif lebih lama dalam pekerjaannya, dan memungkinkan mereka untuk hidup dan aktif dalam kehidupan mereka setelah pensiun.

Keterampilan dasar dan kompetensi kunci saat ini dikenali sebagai sebuah kebutuhan yang sangat penting di negara maju. Di Jepang sebagai salah satu negara maju yang ada di Asia, pendidikan non formal dilaksanakan hampir diseluruh departemen yang ada dalam pemerintahan, mulai dari perkumpulan pemuda, pusat pelatihan, pusat olah raga, dan sebagainya.

b. Bentuk-bentuk PNF di negara maju

Pendidikan non formal di negara maju sangat berbeda dengan pendidikan di negara berkembang, di negara maju pendidikan non formal diarahkan pada demokrasi dan warga negara yang aktif, media dan teknologi informasi dan komunikasi.

Bentuk baru buta aksara di negara maju memiliki perbedaan dengan buta aksara di negara berkembang dimana orang disebut buta aksara jika dia termarjinalkan atau memiliki akses yang jauh dari teknologi informasi (ICT) dalam kehidupan sehari-harinya atau dalam pekerjaan profesionalnya. Jadi seseorang yang tidak melek komputer akan terhindar atau kekurangan akses terhadap infomasi penting yang mana sebagian besar hanya tersedia dalam bentuk digital.

Adapun bentuk-bentuk pendidikan non formal di negara maju diarahkan pada berbagai hal sebagai berikut: 1) keterampilan dasar untuk semua (New basic skills for all), 2) investasi lebih dalam sumber daya manusia (More investment in human resources), 3) inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran (Innovation in teaching and learning), 4) pembelajaran bernilai (valuing leraning), 5) pemikiran kembali bimbingan dan konseling (Rethinking guidance and counselling), dan 6) membawa pembelajaran lebih dekan ke rumah (Bringing learning closer to home).

c. Dukungan pemerintah terhadap PNF

Di Finlandia, kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini telah dipandang melalui kebijakan program untuk partisipasi warga negara, sebagai hasilnya peran dari pendidikan sepanjang hayat yang mendukung warganegara untuk menjadi aktif dan demokratis akan diperkuat disekolah, pendidikan orang dewasa dan aktivitas politik.

Dukungan finansial sangat banyak sehingga program pendidikan non formal dapat dilaksanakan, disamping itu penyelewengan dana karena korupsi di instansi pemerintahan maupun lembaga penyelenggara pendidikan non formal sangat sedikit bahkan dapat dikatakan tidak ada.

Adanya kesinambungan antara departemen pemerintah dalam melaksanakan program pendidikan non formal, sehingga tidak terjadi tumpang tindih diantara program-program tersebut. Disamping itu pemerintah juga melakukan kerjasama dengan dunia industri dengan memberikan kesempatan magang pada peserta didik.

d. Tantangan yang dihadapi oleh negara maju dalam implementasi PNF

Dibeberapa negara di Eropa dan Amerika Utara, dimana pendidikan dasar bukanlah suatu masalah untuk sebagian besar populasinya, terdapat pernyataan keb utuhan untuk menguji dan meneliti kebutuhan yang tidak dapat ditemui terutama untuk kelompok-kelompok khusus seperti gypsi, kaum migrant, dan pencari suaka. Hal ini terjadi ketika ada upaya penyelesaian melalui kebijakan untuk pengembangan struktur pembangunan kapasitas, mekanisme pendukung, kerjasama dan keuangan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari pembelajaran orang dewasa dalam pendidikan sepanjang hayat, pendidikan berwawasan luas dan berhubungan dengan kehidupan, sangat jelas raihannya tidak merata.

Terdapat hubungan yang cukup besar pada tingkatan konseptual, mengikuti perubahan dalam tekanan dari pendidikan orang dewasa untuk pembelajar orang dewasa dalam seluruh rencana pembelajaran sepanjang hayat, yang merupakan pengaruh dari agensi internasional seperti UNESCO, OECD dan EU. Pada tingkatan praktik di lapangan, terdapat perbedaan yang banyak dalam iterpretasinya.

Partisipasi warga belajar orang dewasa dalam pendidikan masih sangat terbatas, jika dibandingkan dengan jumlah harapan pada tahun 2010 yang mencapai 12,5%, saat ini baru tercatat rata hanya mencapai 10,8%. Tantangan yang paling besar adalah meningkatkan volume partisipasi pembelajaran orang dewasa melalui pendidikan non formal. Berikutnya adalah memastikan kualitas dari pembelajaran pendidikan non formal yaitu melalui perbaikan metodologi pengajaran, peningkatan kualitas staf, peningkatan kualitas penyelenggaran dan peningkatan kualitas pelayanan dan penyelenggaraannya.

Pengakuan dan pengesahan keluaran pembelajaran adalah merupakan program pendidikan non formal yang saat ini sedang dan telah dilaksanakan di negara-negara maju. Program ini diawali dengan program peningkatan kualitas pendidikan non formal dengan peningkatan kualitas pembelajaran, kualitas pendidik dan peningakatan saran maupun prasarananya.

0 comments: