Saturday, November 1, 2014

BERSAMA GURU MENUJU SURGA

guruku ikhlas

"Sebaik-baik kalian adalah yang mengajarkan Alqur'an (HR. Muslim)

Ilmu yang diajarkan guru bernilai sedekah

Islam memuliakan guru. Orang yang berilmu dan mengamalkannya memiliki kedudukan yang utama daripada ibadah.
Ketua Departemen Dakwah Pimpinan Pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ustadz Ahmad Kusyairi Suhail mengatakan guru yang memiliki keistimewaan merupakan guru yang memiliki semangat mengajarkan ilmunya.
Ilmu yang bermanfaat yang dimiliki seorang guru merupakan bukti bahwa dia temasuk orang yang beriman. "Allah SWT suka yang belajar dan mengamalkannya, " tutur dia.
Kusyairi menegaskan, guru akan mendapatkan manfaat tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Hadis Riwayat Muslim menyebutkan, seluruh amal perbuatan seorang manusia akan terputus jika meninggal dunia, kecuali tiga hal, yaitu ilmu yang bermanfaat, amal sedekah, dan anak yangg shaleh.
Menjadi seorang guru artinya memiliki ilmu yang bermanfaat karena telah diamalkan dan diajarkan kepada muridnya. Sehingga, ilmu yang pernah diajarkan akan terus menerus digunakan dan mendapatkan pahala yang tak pernah trputus, bahkan sampai dia meninggal.
Kusyairi menambahkan, Islam sangat menghormati kedudkan guru karena guru merupakan penerus misi nabi dan rasul. Estafet risalah yang diterima oleh Rasulullah SAW diteruskan oleh para guru itu, pada hakikatnya. Sehingga, Rasul pun menyerukan agar memosisikan guru dalam kedudukan yang terhormat. "Berkat guru, yang semula tidak tahu menjadi tahu," ujar dia.
Di dunia, tutur Kusyairi, gurusejatina juga memberikan kebahagiaan. Ini berkat ilmu pengetahuan yang mereka transfer. Bedakan dengan seorang yang luput dari sentuhan guru, tak memiliki ilmu, dan menjadi manusia "buta"
Namun ungkap dia ada kriteria seorang guru dikategorikan ideal. Di antaranya mengajarkan kebaikan dan mampu mengarahkan perilaku anak didik dari yang semula kurang baik menjadi baik.
Kedua, seorang guru harus memiliki akhlak yang mulia. Untuk menjadi teladan yang baik dan dapat dijadikan contoh, guru harus berakhlak mulia. "Bagaimana murid baik bila si guru tak pernah baik". kata dia.
Guru juga harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya dan anak didiknya.Karena, guru tidak semata-mata hanya mentrasnfer ilmu, tetapi juga mendidik dan menjaga anak agar tetap berbuat baik.
Sebagai guru, dia harus mampu mngemban amanah dan dapat mengajarka ilmu untuk membedakan mana perkara yang makruf dan apa sajakah urusan yang munkar. Sehingga, si anak dapat membedakan hal baik dan hal yang buruk.
Dosen pasca sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustadz Mulyadi Kosim mengatakan, Islam memandang guru sangat mulia. Ilmu yang disampaikan seorang guru akan mendapatkan nilai nilai kebaikan bahkan hingga akhirat.
Kedudukan guru sampai bermacam-macam sesuai dengan sebutannya. Seorang guru tidak hanya menjadi rang yang bertugas mentransfer ilmu. Guru adalah seorang mualim yang memberikan ilmu dan mencerdaskan anak didiknya. guru bertugas sebagai muaddib yang bertugas untuk menjadikan manusia yang beradab.
Guru juga bertugas untuk menyebarkan ta'dzim uluhiyah. Artinya guru juga dapat menyampaikan akhlak dan pensucian jiwa. Sebagai Mursyid, guru juga menjadi pembimbing dan memberikan petunjuk kebenaran.
Sedangkan keistimewaan seorang guru, menurut Mulyadi yang juga sebagai kepala sekolah International Islamic High school Jakarta adalah sebagai pewaris kenabian.Artinya seorang  guru membawa anak didik dari kegelapan kepada cahaya.
Guru disebut istimewa karena dia telah melanjutkan tongkat estafet perjuangan Rasulullah. Allah SWT juga menjadi 'guru' pertama bagi Adam AS. Mengajarkan perkara yang belum diketahui, lalu menjadi tahu. Guru menjadi sumber perubahan bagi murid yang tidak baik menjadi baik.
Qosim pun menyebutkan sejumlah kriteria guru ideal, antara lain amanah, memiliki hubungan yang dekat dengan muridnya, memiliki akhlak yang mulia dan wawasan yang luas. Guru di tuntut pula memiliki ilmu kejiwaan dan ilmu cara untuk mendidik."Guru mesti bisa berkomunikasi dari hati ke hati," papar dia.
Guru, kata Qosim harus menjadi contoh teladan baik bagi anak-anak dan menjadi teman pada saat anak-anak mengalami masalah. Sehingga anak didik dapat menghormati mereka. Hubungan antar keduanya tidak hanya formalitas, tapi juga saling menghargai dengan mendengarkan segala nasihat dan menerapkan ilmu yang diajarkan.

Oleh : Ratna Ajeng Tejomukti
Sumber: harian Republika 29 november 2013

0 comments: