Sunday, September 25, 2011

TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Bangsa Indonesia, demikian juga seluruh bangsa dimuka bumi ini menghadapi tantangan globalisasi yang melibatkan seluruh umat manusia , khususnya dibidang ekonomi (perdagangan bebas) politik, (demokratisasi) dan budaya (budaya global) yang emalhirkan suatu masyarakat yang terbuka. Sebuah masadimana tidak ada sebuah bangsa dan negara yang mampu untu menolak masuknya era globalisasi dalam kehidupan manusia. Era globalisasi, dimana batas antar bangsa, antar budaya, dan negara sedemikian tipisnya, sehingga tidak ada kekuatan apapun yang sanggup memproteksi bangsa, budaya negara, dari bangsa-budaya-negara lainnya. Disamping itu tantangan makso di atas, dalam jangka pendek bangsa indonesia harus menyelesaikan krisis multi dimensi yang berkepanjangan.
Permasalahannya adalah ketidak siapan bangsa kita menghadapi kedua tantangan di atas, dikarenakan rendahnya mutu sumberdaya manusia kita. Untuk menghadapi tantangan di atas, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh melalui pendidikan mendasar, sebuah pendidikan yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi dirinya dan mengembangkannya bagi kebutuhannya diri sendiri. Masyarakatnya dan bagi umat manusia dalam mebentuk masyarakat madani. Pendidikan mendasar itu adalah pendidikan yeng diakukan sedini mungkin yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan, dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.
Pentingnya pendidikan bagi anak usia dini didasarkan adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Berdasarkan kajian neurologi pada saat lahir otak bayi berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang banyak melebihi kebutuhan. Sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat dan mengalami antrofi (penyusutan) dan musnah.
Inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian lain diungkapkan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak mencapai usia 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya dan selanjutnya perkembangan otak akan mengalami stagnasi. Itulah mengapa masa ini dinamakan masa emas perkembangan , karena setelah masa perkembangan ini lewat, berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Pengembangan anak usia dini harus dilakukan secara terpadu untuk menolong masyarakat misikin dan memutus siklus kemiskinan antar generasi. Intervensi pendidikan meningkatkan kinerja anak dan intervensi gizi dan kesehatan meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup anak. Perpaduan keduanya akan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai pribadi yang utuh, yang dilakukan melalui pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, stimulasi kecerdasan, penyediaan kesempatan yang luas bagi anak untuk bereksplorasi dan belajar secara menyenangkan. Pengasuhan dan bimbingan anak untuk memahami potensi dirinya dan berperan aktif dal keluarga serta masyarakatnya. Di Indonesia beragam program pengembangan anak usia dini telah dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Hasilnya belum optimal, karena pelaksanaan dan pembinaannya belum dilakukan secara terpadu. Setiap sektor melaksanakan sendiri-sendiri programnya tanpa merasa harus mengkoordinasikan nya dengan sektor lain.
Fungsi pendidikan bagi anak usia dini tidak hanya sekedar memberikan berbagai pengalaman belajar seperti pendidikan pada orang dewasa, tetapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangankapabilitas kecerdasannya. Pendidikan di sini hendaknya diartikan secara luas, mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya endidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, baik yang dilakukan sendiri dilingkungan keluarga maupun oleh lembaga pendidikan di luar lingkungan keluarga.
Pembelajaran harus dilakukan secara menyenangkan yaitu melalui bermain. Kesenangan yang dipereoleh melalui bermain memungkinkan anak belajar tanpa tekanan, sehingga disamping motoriknya, kecerdasan anak (kecerdasan kognitif, sosial-emosional, spritiual dan kecerdasan lainnya) akan berkembang optimal. Lebih penting lagi, dampak dari jenuh belajarrr berupa semakin menurunnya prestasi anak dikelas-kelas yang lebih tinggi dapat dihindari.Pembelajaran yang menyenangkan merupakan pembelajaran yang berpusat anak, dimana anak mendapatkan pengalaman nyata yang bermakna bagi kehidupan selanjutnya. Pada gilirannya melalui pendidikan anak usia dini yang pembelajarannya dilakukan secarfa menyenengkan akan membentuk manusia-manusia Indonesia yang siap menghadapi berbagai tantangan.

Sumber : Bulettin PADU edisi pertama tahun 2002

0 comments: