Sunday, March 27, 2011

Membangun Kecerdasan Anak dengan Cerita

SETIAP kali sebelum tidur terngiang-ngiang suara dan terbayang-bayang mimik muka almarhumah emak bercerita kepada kami lima kakak beradik. Kami berebut untuk duduk paling rapat dengan emak untuk mendengar kisah dari Al-Quran, cerita rakyat yang sarat dengan teladan dan kesusahan hidup emak zaman penjajahan Jepang. Kami kakak beradik tidak jemu-jemu mendengarnya walaupun berkali-kali ceritanya diulang. Saat itu mendamaikan jiwa dan masih menenangkan perasaan saya apabila mengenangkan kembali nostalgia itu.

Kini, tradisi ini diteruskan kepada anak saya yang berusia delapan, tujuh dan satu tahun. Mata mereka akan bersinar kegembiraan dan kadang-kadang dahi berkerut karena coba memahami apa yang diceritakan. Pertanyaan mereka banyak sekali. Adik kecil yang baru berusia setahun juga seperti mengerti dan sesekali coba bertanya dengan mengeluarkan bunyi yang belum difahami. Sangat susah untuk berhenti dari bercerita karena permintaan anak banyak sekali. Ia kadangkadang agak meletihkan, tetapi kegembiraan anak dan ucapan sayang serta terima kasih dari mereka setelah selesai bercerita cukup menghibur. Kanak-kanak dan cerita bagaikan tidak bisa dipisahkan. Peranan cerita adalah besar dalam proses pendidikan sebuah generasi.

Cerita dapat membantu kanak-kanak memperkuatkan imaginasi, meningkatkan pengalaman, mengembangkan penguasaan bahasa serta memberikan pelajaran budi pekerti dan nilai murni melalui peristiwa yang diungkap dalamnya. Banyak ibu bapak marah apabila anak seperti tidak mengindahkan kata-kata ketika coba memberi nasihat atau mendisiplinkan mereka dengan akhlak mulia. Mereka kadang kala tidak menurut kata ibu bapak bukan karena nakal tetapi tidak faham nasihat atau arahan yang diberikan. Contohnya, kanak-kanak berusia lima tahun diberi nasihat supaya jangan durhaka kepada ibu bapa karena perbuatan ini dimurkai Allah dan berdosa. Perkataan derhaka mungkin biasa bagi kita, tetapi ia adalah baru dan susah untuk mereka fahami. Cara paling berkesan menerangkan maksud durhaka adalah dengan bercerita. Contohnya, kisah Si Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya. Anak akan lebih mudah memahami sesuatu perkataan apabila mereka dapat mengaitkannya dengan cerita yang disampaikan atau dibacakan kepada mereka.

Zaman kian berubah, kini aktivitas bercerita banyak diambil alih oleh guru sekolah, TPA, pengasuh playgroup, televisi dan komputer. Bagaimanapun ibu bapak harus memupuk minat dan mencari masa untuk bercerita kepada anak. Bercerita adalah aktivitas yang sangat berkesan untuk mendekati anak dalam kesibukan ibu bapak sekarang. Secara tidak langsung anak akan merasakan mereka diberi perhatian dan dihargai. Ada juga ibu bapak yang merasakan apabila anak pandai membaca, kerja mereka semakin mudah karena mereka mampu membaca sendiri cerita kegemaran masing-masing. Mereka tidak perlu lagi bercerita.

Pakar pendidikan mengatakan bahawa ibu bapak masih perlu membacakan cerita kepada kanak-kanak di bawah umur 12 tahun. Kanak-kanak pada usia ini masih memerlukan panduan dari ibu bapak untuk menerangkan maksud perkataan yang tidak mereka fahami dan untuk memperjelaskan hikmah dari cerita yang dibaca.

Islam sangat menggalakkan aktivitas bercerita. Al-Quran mengandungi banyak kisah. Manusia memperoleh pelajaran berharga darinya. Keunggulan al-Quran terbukti mendidik manusia dari generasi ke generasi dan tiada tandingannya. Kita diajak bercerita mengenai kisah nyata yang diceritakan Allah dalam al-Quran seperti firman-Nya yang bermaksud: Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.(Surah al-Araf, ayat 176) Kisah Al-Quran senantiasa mengajar bahwa kebenaran akan melenyapkan kebatilan. Ini dapat memberi kesan dalam diri anak bahwa orang yang suka membuat dosa dan maksiat akan kecundang akhirnya. Perasaan ini penting untuk membenihkan keimanan dan akhlak mulia anak sejak kecil.

Keagungan dan kebesaran Allah bisa disampaikan melalui cerita mengenai kebaikan dan keindahan makhluk ciptaan Allah seperti haiwan, serangga dan tumbuhtumbuhan sesuai dengan fitrah anak-anak yang sukakan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kisah Rasulullah, nabi, sahabat dan pahlawan Islam juga akan dapat membantu anak-anak mencintai dan mencontohi sifat terpuji mereka.

Banyak teknik bercerita yang boleh digunakan, termasuk bercerita secara lisan, dengan bantuan buku cerita, kertas bergambar dan boneka. Carilah cerita yang akan memberi manfaat dan mengandungi unsur humor yang dapat menarik perhatian anak-anak. Apabila bercerita secara lisan, gunakan nada suara dan mimik muka yang sesuai supaya menarik perhatian, mudah difahami dan menyentuh perasaan. Elakkan cerita yang terlampau susah untuk difahami dan banyak mengandungi penafsiran yang belum mampu digarap oleh anak-anak.

Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

(Surah al-Araf, ayat 176)
sumber :http://dunia-ibu.co.cc

0 comments: