Tuesday, July 14, 2015

Mengasah kecerdasan anak usia 2-4 tahun

Selama periode usia anak 2-4 tahun, anak menunjukkan perubahan di seluruh aspek perkembangannya. Dari bayi yang sangat bergantung pada orang lain menjadi anak yang mandiri dan dapat bergerak bebas kemanapun ia inginkan. Dari hanya bisa menangis, sekarang anak dapat berbincang-bincang dengan asyik mengenai banyak hal dengan ibu-ayah. Demikian pula perkembangan sosialnya, anak menikmati sekali bermain dengan teman-teman sebayanya. Iapun belajar berbagai keterampilan sosial dalam hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Terdapat empat aspek utama perkembangan anak, yaitu: aspek gerakan kasar dan gerakan halus, bahasa, kecerdasan, dan sosial emosi. Setiap aspek perkembangan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Tujuan utama memahami tahap perkembangan anak adalah agar kita dapat memberikan perangsangan secara tepat, dengan berbagai cara dan variasi. Untuk itu ibu dan ayah dituntut kreatif dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang merangsang perkembangan anak. Setiap anak adalah unik dan kita harus dapat memahami keunikannya. Hindari memaksa anak melakukan kegiatan yang barangkali belum dikuasainya. Apalagi bila ibu-ayah merasa bahwa anak lain yang seusia dengan anak sudah dapat melakukannya. Bila anak belum bisa melakukan kegiatan yang dirangsangkan atau terlihat belum tertarik, cobalah kegiatan yang sama beberapa kali dengan diberi rentang waktu.
Setiap hari ibu-ayah akan menemukan contoh-contoh bagaimana anak memahami suatu konsep baru dan menyelesaikan pesolan yang ia hadapi. Ia menunjukkan perubahan dalam berpikir dan belajar.

KEMAMPUAN YANG DIMILIKI
Berikut adalah kemampuan berpikir/belajar/kecerdasan yang ditunjukkan anak pada periode usia 2-4 tahun.
-          Anak mampu mengenali simbol-simbol ia lihat memiliki arti tertentu, seperti logo suatu produk atau toko. Selain itu, anak juga mulai dapat membayangkan suatu benda yang tidak berada di hadapannya, misalnya, anak dapat menyebutkan mainan apa saja yang ia miliki di rumah
-          Anak mulai berlatih mengendalikan perhatian pada suatu benda atau kegiatan yang menarik sehingga rasa ingin tahunya terpenuhi. Dengan anak memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian yang cukup terhadap suatu hal/informasi, maka ia dapat mengerti maksud dari informasi tersebut.
-          Anak dapat mengingat pengalaman yang baru saja terjadi (ingatan jangka pendek) dan yang terjadi beberapa waktu lalu (ingatan jangka panjang)
-          Anak dapat menggunakan bahasa untuk bertanya, menyampaikan ide-idenya, dan untuk memeprbaiki pemahamannya terhadap lingkungan sekitarnya. Perkembangan bahasa yang luar biasa bukan hanya akan memengaruhi keterampilan berbicaranya, tetapi juga kemampuannya belajar.

CARA BELAJAR
Anak tetap belajar dengan cara menjelajahi lingkungannya dan bermain, juga melalui mendengar, berbicara, dan berdiskusi (tukar pikiran). Tidak masalah ia bermain dengan kotak kosong, mainan karet, bermain dengan sendok ketika makan, bermain puzzle (kepingan gambar), atau bahkan tidak menggunakan mainan apapun. Selama ia melakukannya dengan senang dan menikmati pengalamannya dengan lingkungan, maka ia akan belajar banyak hal baru.
Banyak kegiatan bisa kita lakukan untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan anak. Tetapi, tetap ingat bahwa pembelajaran yang positif dan bermanfaat justru terjadi malalui rutinitas sehari-hari. Contoh, kegiatan memakai pakaian di pagi harimelibatkan tugas yang tidak sederhana. Ada kemampuan untuk memilih (mau pakai baju pergi atau baju rumah), mencocokkkan (baju merah dengan celana merah, mencari pasangan kaus kaki), koordinasi (memasukkan kaki kanan terlebih dahulu sebelum kaki kiri), daya ingat, dan konsentrasi. Percayalah, setiap hari anak akan belajar berbagai hal baru.

KEMAMPUAN BERPIKIR MASIH TERBATAS
Penting untuk tetap memahami kemampuan berpikir anaka yang masih terbatas. Ibu – ayah harus ingat, anaka memiliki dua karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa.
-          Pertama, anak belum memahami maksud dari “ sebaba akibat” secara sempurna. Ia pun masih kesulitan untuk mengenali hubungan antara dua kejadian. Contoh, ketika bohlam lampu putus dan pada saat yang bersamaan anak sedang bersin, ia bisa beranggapan lain anak bersin. Maka ia berharap ada lampu yang mati karenannya. Oleh karena itu, ibu-ayah harus menjelaskan kondisi yang terjadi sesunguhnya kepada anak. Ia mungkin tidak percaya dan belum mengerti, sehingga bisa jadi ia akanmeminta ibu-ayah untuk menjelsakannya berulangkali.

-          Kedua kemampuan berpikir anak masih menunjukkan kecenderungan bahwa ia melihat segala kejadian hanyha dari sudut pandangnya saja. Itulah sebabnya, ia masih kesuliatan untuk memahami perasaan orang lain. Ia baru akan memulai memahami sudut pandang orang lain sekita akhir tahun ketiganya.

S   Sumber Seri Bacaan Orangtua Direktorat PAUD Tahun 2013

S

0 comments: