Sunday, June 3, 2012

GIZI SEIMBANG UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK


Pendahuluan
Kita membutuhkan lebih dari 48 macam zat-zat gizi setiap hari, dan zat-zat gizi itu kita dapatkan dari makanan. Namun tidak ada satu macam makanan yang dapat memenuhi zat gizi tersebut, kecuali ASI yang dapat menyuplai kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Ada satu makanan mengandung zat-zat gizi, ada pula makanan lain yang mengandung zat-zat gizi lain, karena itu kita harus makan bermacam-macam makanan agar semua zat-zat gizi itu terpenuhi. Makin banyak ragamnya makanan yang kita makan setiap hari, makin baik tingkat kesehatan kita, karena makin komplit zat-zat gizi yang kita dapatkan dari makanan.
Gizi seimbang dalam pengertian praktis bahwa zat-zat gizi yang dibutuhkan hadir dalam menu makanan kita, atau dengan kata lain bahwa kita berperilaku makan sehat dengan makanan yang beragam setiap hari. Makin banyak ragam makanan yang kita senangi makin baik, dan badan kita makin sehat.
Apabila kita menyenangi semua macam makanan, tidak ada makanan yang tidak disukai dan tidak ada pula makanan yang terlalu disukai, kita makan sayur dan buah setiap hari, maka garansi badan kita akan tetap sehat.

Menganekaragamkan makanan bayi
Sampai bayi berumur 4 bulan, kepada bayi cukup hanya diberi ASI, dan keadaan ini disebut ASI eksklusif, artinya hanya ASI. Apabila ibu memberikan makanan lain selain ASI dianggap kurang baik, karena bayi tidak membutuhkannya. Selain itu ada kekhawatiran terhadap kemungkinan makanan tersebut kurang bersih dipersiapkan, sehingga terkontaminasi oleh mikroba patogen yang dapat menyebabkan bayi menderita diare atau sakit. Bayi yang sakit akan berkurang nafsu makannya, atau gizi dari makanan akan terbuang karena diare, pengeluaran energi akan tinggi karena demam, dan kalau kontaminasi makanan ini berulang kali terjadi, dapat menyebabkan bayi menderita kekurangan gizi. Oleh sebab itu ASI eksklusif perlu dipraktekan dalam kebiasaan sehari-hari.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia perlu mendapat makanan tambahan karena ASI saja sudah tidak mencukupi lagi. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi mempunyai dua fungsi utama : (1) memenuhi kebutuhan zat-zat gizi untuk tumbuh kembang, dan (2) membentuk kebiasaan makan dikemudian hari. Kelenjar alat perasa berkembang sangat pesat pada usia 6-12 bulan, sehingga makanan yang diberikan pada masa itu menentukan kebiasaan makan di kemudian hari. Kalau bayi diberi makan-makanan yang rasanya asin, dikemudian hari ia akan senang makanan asin, kalau diberi makanan yang rasanya manis kelak dia akan senang makanan manis, kalau bayi diberi makanan sayur, maka kelak ia akan menyenangi sayur, dan kalau bayi diberi makanan yang banyak macam ragamnya maka kelak ia akan senang dengan macam makanan yang ada disekelilingnya. Jadi sesungguhnya penganekaragaman makanan dibentuk dan dimulai sejak bayi. Penelitian yang memberikan bermcam-macam masakan tim, yaitu nasi tim, ubi tim, jagung tim, singkong tim, kentang tim, dan makaroni tim yang masing-masing mengandung 160-185 Kal dan protein antara 10-12 g meunnjukkan hasil yang menggembirakan karena bayi menyenangi semua makanan tim tersebut.
Dengan disertai penyuluhan gizi terhadap ibu-ibu, baik mengenai pemilihan bahan makanan yang bisa diberikan kepada bayi maupun cara-cara pengolahannya, maka penganekaragaman makanan yang dimulai sejak bayi ini akan memberikan dampak yang lebih positif terhadap penganekaragaman dalam arti yang lebih luas. Jadi penganekaragaman konsumsi pangan hendaknya dimulai sejak bayi.

Perkembangan Bayi
Sekitar usia 4 sampai 6 bulan, bayi sudah siap mencoba makanan lunak, akan tetapi apabila bayi selalu mengeluarkan makanan dengan lidahnya, ada kemungkinan bayi belum siap menerima makanan itu. Tunggu beberapa hari dan kemudian mulai lagi.
Pada usia 4 bulan, bayi sudah dapat diperkenalkan buah-buahan dan sayur-sayuran serta tepung-tepungan. Tepung beras atau gandum dan tepung kacang-kacangan mudah dicerna oleh bayi. Makanan bayi dimulai dengan memberi bubur susu yang terdiri dari campuran tepung beras atau tepung lainnya, susu, dan air yang sudah mendidih yang dimasak sesuai dengan kebiasaan. Pada hari pertama dapat diberikan setengah sampai satu sendok, dan secara perlahan-lahan naik menjadi 1 sampai 2 sendok, dan seterusnya. Juga pada bayi mulai dapat diberikan pisang yang dikerok dan jus buah-buahan (sari buah) dengan pendekatan yang sama, yaitu dimulai dengan jumlah sedikit lalu berangsur-angsur bertambah banyak.
Teruskan pengenalan makanan baru ini beberapa hari sebelum dia diperkenalkan dengan makanan baru lainnya. Cara ini memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyenangi makanan tersebut dan kesempatan buat ibu untuk mempelajari reaksi bayi terhadap makanan baru itu. Harus selalu  diingat bahwa alat perasa bayi sangat sensitif dan bayi tidak membutuhkan penambahan gula atau garam.
Apabila bayi telah menyenangi makanan tertentu dimana komposisinya hanya terdiri dari 1 atau 2 macam, berikan kemudian lebih bayak macamnya dalam bentuk makanan lunak. Hal ini sangat penting bahwa bayi sesungguhnya sedang belajar makan dan belajar menyenangi bermacam-macam bahan makanan. Apabila ibu mengitroduksi bermacam-macam bahan makanan, maka dia akan senang bermacam-macam makanan, dan ini akan menjadi kebiasaan makan kelak dia akan senang segala macam makanan yang pernah diperkenalakan kepadanya sewaktu ia masih bayi. Dengan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan, maka kebutuhan akan banyak macam zat gizi akan terpenuhi, dan merupakan jaminan terhadap pertumbuhan dan kesehatan badan yang optimal serta perkembangan kecerdasan yang didambakan oleh ibu dan keluarganya.

Kurang Gizi dan Perkembangan Otak
Penelitian-penelitian yang ekstensif telah banyak dilakukan baik langsung terhadap manusia maupun terhadap hewan percobaan, dan dimanipulasi hasilnya untuk dianalogikan dengan hasil penelitian terhadap manusia.  Sintesa DNA didalam otak berlangsung pesat sejak janin berumur empat bulan – lahir – sampai bayi berumur 18 bulan. Masa itu disebut critical period , dimana perkembangan otak mencapai 80. Pada periode ini peranan gizi sangat penting karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu sekarang memberi makanan kepada bayinya.
Keadaan kurang gizi yang terjadi pada usia sangat muda memepngaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Hasil-hasil penelitian di dalam dan luar negeri menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara keadaan gizi dan kecerdasan. Hasil penelitian terbaru di pengalengan menunjukkan bahwa kurang gizi pada tingkat ringan saja sudah menyebabkan kemunduran kecerdasan, apalagi kurang gizi pada tingkat sedang dan berat seperti marasmus dan kwashiorkor.

Suplemen Makanan Pada Usia Bayi
 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa anak-anak yang dahulu mendapat suplemen makanan berumur kurang dari 18 bulan, pada delapan tahun kemudian mempunyai skor uji kognitif lebih baik dari kelompok kontrol. Hasil penemuan ini mendemostrasikan bahwa suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi berumur kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak samapi 8 tahun kemudian. Kami mempunyai dugaan, bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen.

Pengasuhan dan Perilaku Memberi Makan Anak.
Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang. Juga termasuk didalamnya tentang kasih sayang dan tanggungjawab orangtua.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, dimana ketersediaan pangan dirumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktek memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, higiena makanan, kebersihan perorangan, dan praktek psikososial adalah faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pulan faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih didalam rumah, bahan pangan yang tersedia untu kmakanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau pengasuh lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan ibu mempraktekan pengetahuan yang dipunyainya dalam kehidupan sehari-hari, serta dukungan emosional anggota keluarga lainnya, tetangga, dan masyarakat, semuanya terakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak.
Praktek pengasuhan dan sumber-sumbernya berbeda antar daerah kerena perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang sama. Namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan, dan kasih sayang adalah universal. Perubahan di dalam keluarga dapat terjadi karena urbanisasi peningkatan peranan wanita dalam ekonomi keluarga, dan pendidikan yang lebih tinggi yang kesemuanya berakibat meningkatnya kebutuhan akan perubahan dan adaptasi dalam praktek pengasuhan anak.

Interaksi Ibu dan Anak
 Salah satu faktor terpenting  dalam tumbuh kembang anak adalah pengasuhan yang memahami kebutuhan anak. Anak membutuhkan interaksi positif dengan ibunya atau pengasuhnya. Pengaruh budaya yang mendukung interaksi ibu dan anak perlu dilestarikan. Perilaku eksplorasi atau learning melalui interaksi ini perlu dicermati, dan anak membutuhkan dorongan dari orangtua untuk mengembangkan kemampuannya. Anak-anak yang mendapat stimulasi verbal dan dorongan kognitif menunjukkan pertumbuhan badannya lebih cepat dari anak-anak pada kelompok kontrol yang tidak diberi stimuli.

Efek Psikososial Terhadap Perkembangan Anak
Beberapa informasi mutahir menunjukkan bahwa intervensi psikososial meningkatkan perkembangan kognitif anak. Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orangtua tentang interaksi orangtua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan angka berat bayi lahir rendah, prematur, dan kurang gizi pada anak balita. Contoh lainnya adalah pengasuhan anak di TPA (Taman Penitipan Anak) oleh pengasuh yang mendapat pelatihan menunjukkan rata-rata IQ anak yang diasuh lebih tinggi daripada rata-rata IQ anak yang diasuh oleh pengasuh yang tidak dilatih.
Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajad pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota, Columbia, membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 bulan, lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Mekanismenya dapat diterangkan sebagai berikut. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu-ibu menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-ibu memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar dari pada ibu-ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya.

Kesimpulan
Perkembangan otak yang pesat terjadi sejak janin berumur 4 bulan dalam kandungan-lahir-sampai bayi berumur 1 tahun. Masa itu disebut critical period, dimana perkembangan otak mencapai 80. Pada periode itu peranan gizi sangat penting karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu sekarang memberi makan kepada bayinya.
Ada dua aspek penting mengenai makanan bayi:
(    1)    Bayi membutuhkan zat-zat gizi yang memenuhi akan tumbuh kembang dan kesehatan,
(    2)    Bayi belajar bagaimana seharusnya ia makan; makanan yang biasa ia dapatkan pada waktu sekarang akan tertanam menjadi perilaku makan di kemudian hari.
Oleh karena itu berilah makan bayi makanan yang beragam. Penganekaragaman makanan yang diberikan kepada bayi, menjamin semua macam zat-zat gizi yang dibutuhkannya dapat terpenuhi, dan mendidik bayi agar di kemudian hari dia senang makan-makanan yang beragam.
Pemberian makanan yang terbuat dari bahan pangan lokal, dan dengan resep masakan setempat yang diberikan kepada bayi dan anak usia muda meningkatkan kecerdasan anak, serta mempunyai efek panjang sampai ia duduk dibangku sekolah.
Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional dan kasih sayang memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan intelektual anak
Bayi yang gizinya baik sekarang akan sehat pada waktu dewasa. Bayi yang pertumbuhannya kurang gizi mempunyai rendah kemampuan intelektualnya dan sangat terbatas kesempatan untuk maju diperolehnya, pada saat dewasa kelak, berbagai faktor ketidakmampuan ini menjadi satu compounding (kesatuan) yang menyebabkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan menjadi rendah.

Oleh : Dr. Mahdin A. Husaini (Ahli Peneliti Utama Kementerian Kesehatan)
Sumber : Bulettin PAUD Volume 10 Tahun 2011 

0 comments: