Pendahuluan
Kita membutuhkan lebih dari 48 macam zat-zat gizi setiap
hari, dan zat-zat gizi itu kita dapatkan dari makanan. Namun tidak ada satu
macam makanan yang dapat memenuhi zat gizi tersebut, kecuali ASI yang dapat
menyuplai kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Ada satu makanan mengandung zat-zat
gizi, ada pula makanan lain yang mengandung zat-zat gizi lain, karena itu kita
harus makan bermacam-macam makanan agar semua zat-zat gizi itu terpenuhi. Makin
banyak ragamnya makanan yang kita makan setiap hari, makin baik tingkat
kesehatan kita, karena makin komplit zat-zat gizi yang kita dapatkan dari
makanan.
Gizi seimbang dalam pengertian praktis bahwa zat-zat gizi
yang dibutuhkan hadir dalam menu makanan kita, atau dengan kata lain bahwa kita
berperilaku makan sehat dengan makanan yang beragam setiap hari. Makin banyak
ragam makanan yang kita senangi makin baik, dan badan kita makin sehat.
Apabila kita menyenangi semua macam makanan, tidak ada
makanan yang tidak disukai dan tidak ada pula makanan yang terlalu disukai,
kita makan sayur dan buah setiap hari, maka garansi badan kita akan tetap
sehat.
Menganekaragamkan
makanan bayi
Sampai bayi berumur 4 bulan, kepada bayi cukup hanya diberi
ASI, dan keadaan ini disebut ASI eksklusif, artinya hanya ASI. Apabila ibu
memberikan makanan lain selain ASI dianggap kurang baik, karena bayi tidak
membutuhkannya. Selain itu ada kekhawatiran terhadap kemungkinan makanan
tersebut kurang bersih dipersiapkan, sehingga terkontaminasi oleh mikroba
patogen yang dapat menyebabkan bayi menderita diare atau sakit. Bayi yang sakit
akan berkurang nafsu makannya, atau gizi dari makanan akan terbuang karena
diare, pengeluaran energi akan tinggi karena demam, dan kalau kontaminasi
makanan ini berulang kali terjadi, dapat menyebabkan bayi menderita kekurangan
gizi. Oleh sebab itu ASI eksklusif perlu dipraktekan dalam kebiasaan sehari-hari.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia perlu mendapat makanan
tambahan karena ASI saja sudah tidak mencukupi lagi. Makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi mempunyai dua fungsi utama : (1) memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi untuk tumbuh kembang, dan (2) membentuk kebiasaan makan dikemudian hari.
Kelenjar alat perasa berkembang sangat pesat pada usia 6-12 bulan, sehingga
makanan yang diberikan pada masa itu menentukan kebiasaan makan di kemudian
hari. Kalau bayi diberi makan-makanan yang rasanya asin, dikemudian hari ia
akan senang makanan asin, kalau diberi makanan yang rasanya manis kelak dia
akan senang makanan manis, kalau bayi diberi makanan sayur, maka kelak ia akan
menyenangi sayur, dan kalau bayi diberi makanan yang banyak macam ragamnya maka
kelak ia akan senang dengan macam makanan yang ada disekelilingnya. Jadi
sesungguhnya penganekaragaman makanan dibentuk dan dimulai sejak bayi.
Penelitian yang memberikan bermcam-macam masakan tim, yaitu nasi tim, ubi tim,
jagung tim, singkong tim, kentang tim, dan makaroni tim yang masing-masing
mengandung 160-185 Kal dan protein antara 10-12 g meunnjukkan hasil yang
menggembirakan karena bayi menyenangi semua makanan tim tersebut.
Dengan disertai penyuluhan gizi terhadap ibu-ibu, baik
mengenai pemilihan bahan makanan yang bisa diberikan kepada bayi maupun
cara-cara pengolahannya, maka penganekaragaman makanan yang dimulai sejak bayi
ini akan memberikan dampak yang lebih positif terhadap penganekaragaman dalam
arti yang lebih luas. Jadi penganekaragaman konsumsi pangan hendaknya dimulai
sejak bayi.
Perkembangan Bayi
Sekitar usia 4 sampai 6 bulan, bayi sudah siap mencoba
makanan lunak, akan tetapi apabila bayi selalu mengeluarkan makanan dengan
lidahnya, ada kemungkinan bayi belum siap menerima makanan itu. Tunggu beberapa
hari dan kemudian mulai lagi.
Pada usia 4 bulan, bayi sudah dapat diperkenalkan
buah-buahan dan sayur-sayuran serta tepung-tepungan. Tepung beras atau gandum
dan tepung kacang-kacangan mudah dicerna oleh bayi. Makanan bayi dimulai dengan
memberi bubur susu yang terdiri dari campuran tepung beras atau tepung lainnya,
susu, dan air yang sudah mendidih yang dimasak sesuai dengan kebiasaan. Pada
hari pertama dapat diberikan setengah sampai satu sendok, dan secara
perlahan-lahan naik menjadi 1 sampai 2 sendok, dan seterusnya. Juga pada bayi
mulai dapat diberikan pisang yang dikerok dan jus buah-buahan (sari buah)
dengan pendekatan yang sama, yaitu dimulai dengan jumlah sedikit lalu
berangsur-angsur bertambah banyak.
Teruskan pengenalan makanan baru ini beberapa hari sebelum
dia diperkenalkan dengan makanan baru lainnya. Cara ini memberikan kesempatan
kepada bayi untuk menyenangi makanan tersebut dan kesempatan buat ibu untuk
mempelajari reaksi bayi terhadap makanan baru itu. Harus selalu diingat bahwa alat perasa bayi sangat
sensitif dan bayi tidak membutuhkan penambahan gula atau garam.
Apabila bayi telah menyenangi makanan tertentu dimana
komposisinya hanya terdiri dari 1 atau 2 macam, berikan kemudian lebih bayak
macamnya dalam bentuk makanan lunak. Hal ini sangat penting bahwa bayi
sesungguhnya sedang belajar makan dan belajar menyenangi bermacam-macam bahan
makanan. Apabila ibu mengitroduksi bermacam-macam bahan makanan, maka dia akan
senang bermacam-macam makanan, dan ini akan menjadi kebiasaan makan kelak dia
akan senang segala macam makanan yang pernah diperkenalakan kepadanya sewaktu
ia masih bayi. Dengan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan, maka
kebutuhan akan banyak macam zat gizi akan terpenuhi, dan merupakan jaminan
terhadap pertumbuhan dan kesehatan badan yang optimal serta perkembangan
kecerdasan yang didambakan oleh ibu dan keluarganya.
Kurang Gizi dan Perkembangan
Otak
Penelitian-penelitian yang ekstensif telah banyak dilakukan
baik langsung terhadap manusia maupun terhadap hewan percobaan, dan
dimanipulasi hasilnya untuk dianalogikan dengan hasil penelitian terhadap
manusia. Sintesa DNA didalam otak berlangsung pesat
sejak janin berumur empat bulan – lahir – sampai bayi berumur 18 bulan. Masa
itu disebut critical period , dimana
perkembangan otak mencapai 80. Pada periode ini peranan gizi sangat penting
karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu sekarang memberi
makanan kepada bayinya.
Keadaan kurang gizi yang terjadi pada usia sangat muda
memepngaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Hasil-hasil penelitian di dalam
dan luar negeri menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara keadaan gizi dan
kecerdasan. Hasil penelitian terbaru di pengalengan menunjukkan bahwa kurang
gizi pada tingkat ringan saja sudah menyebabkan kemunduran kecerdasan, apalagi
kurang gizi pada tingkat sedang dan berat seperti marasmus dan kwashiorkor.
Suplemen Makanan Pada
Usia Bayi
Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa anak-anak yang dahulu mendapat suplemen makanan
berumur kurang dari 18 bulan, pada delapan tahun kemudian mempunyai skor uji
kognitif lebih baik dari kelompok kontrol. Hasil penemuan ini mendemostrasikan
bahwa suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi berumur kurang dari 18
bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak samapi 8 tahun
kemudian. Kami mempunyai dugaan, bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur
18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen.
Pengasuhan dan
Perilaku Memberi Makan Anak.
Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang
dipraktekan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan
makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional
yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang. Juga termasuk didalamnya tentang
kasih sayang dan tanggungjawab orangtua.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin
tumbuh kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, dimana
ketersediaan pangan dirumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu
bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas
untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui
anak adalah praktek memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi
bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, higiena
makanan, kebersihan perorangan, dan praktek psikososial adalah faktor-faktor
penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pulan
faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih didalam rumah, bahan pangan
yang tersedia untu kmakanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau pengasuh
lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan
mental, dan kemampuan ibu mempraktekan pengetahuan yang dipunyainya dalam
kehidupan sehari-hari, serta dukungan emosional anggota keluarga lainnya,
tetangga, dan masyarakat, semuanya terakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh
kembang anak.
Praktek pengasuhan dan sumber-sumbernya berbeda antar daerah
kerena perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang
sama. Namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan, dan kasih
sayang adalah universal. Perubahan di dalam keluarga dapat terjadi karena
urbanisasi peningkatan peranan wanita dalam ekonomi keluarga, dan pendidikan
yang lebih tinggi yang kesemuanya berakibat meningkatnya kebutuhan akan perubahan
dan adaptasi dalam praktek pengasuhan anak.
Interaksi Ibu dan
Anak
Salah satu faktor
terpenting dalam tumbuh kembang anak
adalah pengasuhan yang memahami kebutuhan anak. Anak membutuhkan interaksi positif
dengan ibunya atau pengasuhnya. Pengaruh budaya yang mendukung interaksi ibu
dan anak perlu dilestarikan. Perilaku eksplorasi atau learning melalui
interaksi ini perlu dicermati, dan anak membutuhkan dorongan dari orangtua
untuk mengembangkan kemampuannya. Anak-anak yang mendapat stimulasi verbal dan
dorongan kognitif menunjukkan pertumbuhan badannya lebih cepat dari anak-anak
pada kelompok kontrol yang tidak diberi stimuli.
Efek Psikososial
Terhadap Perkembangan Anak
Beberapa informasi mutahir menunjukkan bahwa intervensi
psikososial meningkatkan perkembangan kognitif anak. Program untuk memperbaiki
dorongan psikososial melalui pendidikan orangtua tentang interaksi orangtua dan
anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan angka berat bayi
lahir rendah, prematur, dan kurang gizi pada anak balita. Contoh lainnya adalah
pengasuhan anak di TPA (Taman Penitipan Anak) oleh pengasuh yang mendapat
pelatihan menunjukkan rata-rata IQ anak yang diasuh lebih tinggi daripada
rata-rata IQ anak yang diasuh oleh pengasuh yang tidak dilatih.
Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan pola asuh
psikososial telah meningkatkan derajad pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota,
Columbia, membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi
rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan
pada umur 3 bulan, lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Mekanismenya
dapat diterangkan sebagai berikut. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu-ibu menjadi
lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar.
Didapatkan juga bahwa ibu-ibu memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan
kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar dari pada ibu-ibu yang lalai dalam
pengasuhan anaknya.
Kesimpulan
Perkembangan otak yang pesat terjadi sejak janin berumur 4
bulan dalam kandungan-lahir-sampai bayi berumur 1 tahun. Masa itu disebut
critical period, dimana perkembangan otak mencapai 80. Pada periode itu peranan
gizi sangat penting karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu
sekarang memberi makan kepada bayinya.
Ada dua aspek penting mengenai makanan bayi:
( 1)
Bayi membutuhkan zat-zat gizi yang memenuhi akan
tumbuh kembang dan kesehatan,
( 2)
Bayi belajar bagaimana seharusnya ia makan;
makanan yang biasa ia dapatkan pada waktu sekarang akan tertanam menjadi
perilaku makan di kemudian hari.
Oleh karena itu berilah makan bayi makanan yang beragam.
Penganekaragaman makanan yang diberikan kepada bayi, menjamin semua macam
zat-zat gizi yang dibutuhkannya dapat terpenuhi, dan mendidik bayi agar di
kemudian hari dia senang makan-makanan yang beragam.
Pemberian makanan yang terbuat dari bahan pangan lokal, dan
dengan resep masakan setempat yang diberikan kepada bayi dan anak usia muda
meningkatkan kecerdasan anak, serta mempunyai efek panjang sampai ia duduk
dibangku sekolah.
Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang dipraktekan oleh
pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan,
pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional dan kasih
sayang memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan intelektual anak
Bayi yang gizinya baik sekarang akan sehat pada waktu
dewasa. Bayi yang pertumbuhannya kurang gizi mempunyai rendah kemampuan
intelektualnya dan sangat terbatas kesempatan untuk maju diperolehnya, pada
saat dewasa kelak, berbagai faktor ketidakmampuan ini menjadi satu compounding (kesatuan) yang menyebabkan
kemampuan ekonomi dan kesejahteraan menjadi rendah.
Oleh : Dr. Mahdin A. Husaini (Ahli Peneliti Utama
Kementerian Kesehatan)
Sumber : Bulettin PAUD Volume 10 Tahun 2011