Tuesday, May 10, 2011

Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi dunia pendidikan nasional saat ini. Namun, bagaimana caranya menanamkan hal tersebut pada anak-anak didik di tengah dunia akademis yang saat ini "belum" dinomorsatukan?


Pemerhati pendidikan dari Education Forum, Elin Driana, mengatakan, salah satu caranya adalah menentukan sekolah yang tepat bagi anak. Tepat di sini, lanjut Elin, sekolah yang memerhatikan nilai-nilai akademis dan character building secara seimbang.

"Jangan hanya nilai-nilai akademis, tetapi harus juga diajarkan dan dicontohkan kepada anak bahwa mencontek itu tidak baik. Ketika anak melakukan kesalahan, semestinya diperbaiki, bukan dengan cara ditegur atau dihukum," ujar Elin

Elin mengatakan, hal tersebut dapat diajarkan secara sederhana, yakni dengan menanamkan nilai-nilai itu dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah. Untuk itu, lanjutnya, pendidikan karakter tidak perlu dijadikan sebagai satu mata pelajaran khusus di sekolah.

"Semua bisa dimasukkan dalam nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan sekolah. Contohnya, anak dapat diajarkan berdisiplin untuk tidak terlambat masuk sekolah, lalu berdisiplin dalam upacara bendera. Jadi, itu yang penting menurut saya, tidak harus dibuatkan mata pelajaran khusus," tuturnya.

Bermula di rumah

Selain menentukan sekolah yang tepat bagi anak, Elin menambahkan, penanaman pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari rumah. Dalam hal ini, orangtua kembali mempunyai peran penting untuk membentuk karakter putra-putrinya.

"Kalau dari volumenya, anak itu paling banyak berada di rumah, karena dia (anak) juga, kan, darah daging orangtuanya," kata Elin.

Elin menuturkan, banyak hal dapat dilakukan orangtua untuk membangun karakter anaknya di rumah. Salah satunya membuat pola komunikasi yang baik dengan anak. Hal itu dimaksudkan agar hubungan anak dan orangtua dapat berjalan secara maksimal sehingga karakter anak dapat terlihat.

"Selain itu, bisa juga dengan cara memberikan kebebasan anak melakukan kegiatannya. Namun, kebebasan di sini dalam arti bahwa orangtua juga harus tetap memantau kegiatan-kegiatan mereka itu," pungkas Elin.

sumber: edukasi.kompas.com

0 comments: