Pendidikan alternatif, seperti homeschooling atau sekolah rumah dan sekolah alam, kini semakin berkembang dan diminati di Tanah Air. Pendidikan alternatif ini pola pendidikannya membawa anak tidak berjarak dengan realitas kehidupan.
Pendidikan alternatif ini lahir karena sekelompok pemerhati pendidikan tidak puas terhadap layanan pendidikan yang ada. Pembelajaran di sekolah umum sebagian besar masih bersifat konvensional dan kaku yang membatasi kreativitas serta kekhasan alamiah anak-anak yang ingin bermain sambil belajar.
”Pendidikan kita itu menawarkan belajar hanya untuk belajar. Padahal, seharusnya belajar itu untuk bekal kehidupan,” kata Moh Sulthon Amien, Ketua Pembina Yayasan Insan Mulia yang menaungi Sekolah Alam Insan Mulia di Surabaya, Selasa (10/2).
Alamiah
Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya (SAIMS) yang memiliki layanan pendidikan dari kelompok bermain, taman kanak-kanak, SD, dan SMP sekitar sembilan tahun ini memberikan layanan pendidikan alternatif dengan konsep belajar yang menyenangkan dan belajar sambil bermain.
Kondisi sekolah dibuat alamiah yang memungkinkan anak belajar di sudut mana pun saat berada di lahan seluas sekitar satu hektar ini. Selain itu, mata pelajaran yang diberikan mampu diaplikasikan lewat pembelajaran tematik dengan membawa anak-anak pada realitas kehidupan yang sesungguhnya.
Aziz Badiansyah, Kepala SD SAIMS, mengatakan, dalam pembelajaran guru mesti mampu membawa anak mencapai kompetensi yang harus dipenuhi. Di sekolah ini, siswa SD tidak belajar sesuai mata pelajaran, tetapi mata pelajaran yang diwajibkan dalam kurikulum nasional itu diramu sedemikian rupa ke dalam suatu topik.
”Dengan membawa anak mengaplikasikan langsung setiap topik belajar di alam sekitarnya, mereka jadi senang belajar. Mereka tidak sadar sedang belajar karena dibuat dengan cara bermain dan merasakan langsung. Pembelajaran dengan cara itu membuat mereka mudah ingat apa yang dipelajari,” ujar Aziz.
Loula Maretta dari Green Education mengatakan, alam semesta ini bisa menjadi sumber belajar yang kaya bagi anak-anak. Belajar pun tidak terbatas dalam sekat-sekat dinding yang dirasakan tidak nyaman bagi sebagian anak. Belajar secara formal bisa dilaksanakan di luar ruangan yang memberi kebebasan bagi tumbuhnya kreativitas dan kemampuan mengeksplorasi ilmu dari alam sekitar.
Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan perlu terus dicari upaya supaya belajar di sekolah jangan membebani anak dan guru. Para pendidik mesti mampu mengubah pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak menikmati saat-saat belajar dan mampu memahami pelajaran.
Sumber :edukasi.kompas.com
0 comments:
Post a Comment