Saturday, April 2, 2011

Mengenal metode Total Physical Response (TPR) dalam pembelajaran bahasa inggris untuk anak usia dini

Bahasa adalah suatu sistim dari suara, kata, pola yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan (Oxford Advanced Learner Dictionary). Melalui bahasa manusia mengemukakan pikiran dan gagasannya baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional yang digunakan dalam bahasa pergaulan, perdagangan dan juga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam kesuksesan seseorang. Di Indonesia, bahasa Inggris dikenal sebagai bahasa asing (foreign language) dan hanya sekedar dipelajari di bangku sekolah atau kursus bahasa Inggris sehingga orientasinya lebih pada akademik.

Pertanyaannya sekarang, sejak kapan kita bisa mempelajari bahasa kedua (second language)? Beberapa penelitian tentang fungsi otak (brain research) menyatakan bahwa sejak usia dini anak sudah bisa belajar dua bahasa (bilingual) sekaligus baik bahasa ibu (first language) dan juga bahasa kedua (second language) akan tetapi harus konsisten dalam penerapannya dan berlangsung terus menerus sepert dikemukakan oleh Trawick Smith dalam Jalongo (2002 : 50) yang menyatakan bahwa :
“ When a young toddler is learning to speak two or more languanges, he or she commonly chooses one or the other to name or describe object or concepts. If two languages are spoken in the home, it is common for a toddler 18 months or older to use both languages and to know which family member uses which language. At times, words from both languages are combined and used simultaneously

Para ahli anak usia dini juga mengatakan sangat baik bagi seorang anak untuk belajar bahasa keduanya sebelum dia berusia 10 tahun, artinya kemampuan belajar bahasa kedua anak akan lebih baik jika dia belajar sebelum usia 10. Permasalahannya adalah bagaimana mengajarkan bahasa Inggris tersebut kepada anak usia dini? Tentunya dengan tetap menggunakan prinsip belajar anak usia dini yakni bermain sambil belajar dengan mengacu pada DAP (Developmental Appropriate Practice) yakni pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

Metode TPR (Total Physical Response Method) yang dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor psikologi Universitas Negeri San Jose California, dipandang sebagai metode yang sesuai untuk mengajarkan bahasa Inggris pada anak usia dini dimana pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan langsung berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan gerakan (movement). Dalam metode TPR ini, Asher mengatakan bahwa semakin sering atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktifitas gerak (motor activity). Dari sisi perkembangan, Asher melihat keberhasilan belajar bahasa kedua pada orang dewasa adalah sebagai proses yang paralel dengan pencapaian bahasa pertama anak. Dia mengklaim bahwa berbicara langsung kepada anak usia dini (AUD) adalah merupakan suatu proses memberi perintah (command) dimana anak merespon secara fisik lebih dulu sebelum dia mampu menghasilkan respon secara verbal. Lebih lanjut, Asher yang juga menyimpulkan bahwa peran faktor emosi sangat efektif dalam pembelajaran bahasa anak, artinya belajar bahasa dengan melibatkan permainan dengan bergerak yang bisa dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita akan dapat mengurangi tekanan belajar bahasa seseorang. Dia percaya bahwa dengan keceriaan dalam diri anak (positive mood) akan memberikan dampak yang baik bagi belajar bahasa anak.

Ada 5 (lima) penekanan yang dikemukakan oleh Asher agar anak memiliki pemahaman bahasa yang disebut sebagai pendekatan pemahaman (Comprehension Approach) yaitu :
1. Kemampuan pemahaman diikuti dengan keahlian produktif dalam belajar bahasa.
2. Pengajaran berbicara harus ditunda dulu sebelum kemampuan pemahaman anak sudah terbangun.
3. Keahlian didapat melalui mendengar yang ditransfer kepada keahlian lain.
4. Pengajaran harus menekankan arti daripada bentuk dan
5. Pengajaran harus meminimalkan kadar stres pembelajar.
Penekanan pada pemahaman (comprehension) dan menggunakan gerakan fisik dalam mengajar bahasa asing pada level pengenalan (introductory level) sebenarnya merupakan suatu tradisi yang dilakukan sejak lama dalam pembelajaran bahasa yang biasa disebut sebagai “Action based teaching strategy atau English through Actions yang kemudian berkembang menjadi metode Total Physical Respons (TPR). contoh pembelajaran dengan metode ini adalah sebagai berikut: ketika mengenalkan kata stand up (berdiri) semua anak ikut berdiri sambil mendengarkan (listening) kata stand up dan mengucapkan (speak) kata stand up tersebut. Disini kita tidak perlu menekankan pada pengenalan bahasa tulis (written language) walaupun kita bisa sekali-sekali menuliskan kata tersebut tapi tidak menjadi keharusan. Kemudian kita bisa menguatkan pengenalan kata tersebut sambil bernyanyi dan sambil bergerak sesuai perinntah lagu :
Every body sit down, sit down, sit down
Every body sit down just like me
Every body stand up, stand up, stand up
Every body stand up, just like me

Kegiatan pengenalan Bahasa Inggris dengan metode ini diharapkan dapat berlangsung secara terus menerus dan bertahap apalagi dengan pembelajaran dengan cara menarik sehingga anak bisa senang dan ceria akan bisa memaksimalkan kemampuan belajar bahasa kedua anak sehingga akan muncul anak-anak Indonesia ke depan yang mampu dan fasih berbahasa Inggris.

Oleh : Eli Tohonan Tua Pane,S.Pd
sumber : www.paudni.kemdiknas.go.id/bppnfi1/

1 comments:

Unknown said...

permisi mau tanya, link sumbernya kok tidak bisa di akses ya? apa mungkin ada kesalahan? terimakasih sebelumnya