PENDAHULUAN
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan tubuh, organ
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing
dapat memenuhi fungsinya.
Sejak dahulu masalah perkembangan
anak telah mendapat perhatian. Berbagai tulisan mengenai perkembangan anak
telah dibuat. Menurut ilingworth, ulasan yang pertama kali dibuat mengenai perkembangan
anak adalah yang dibuat oleh tiedeman dari jerman (1787) yang mencatat
perkembangan dari seorang anak. Kemudian charles darwin (1877) mempublikasikan secara
detail perkembangan salah satu dari 10 anaknya pada tahun 1931 shirley
melaporkan perkembangan 25 anak secara lengkap.
Pada saat ini berbagai metode
deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian
pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit penyakit yang potensial dapat
mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan
anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal,
sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya
banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan
untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan
dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat
pemulihannya, bahkan pada kasus kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang
permanen, yang seharusnya dapat dihindari.
Penting untuk dipahami bahwa
dengan skrining dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak
berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining
hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari hari, yang
dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti
dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya
intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
Periode penting dalam tumbuh
kembang adalah masa anak usia dini. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia anak
usia dini ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional
dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada masa ini akan
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari.
Pada perkembangan anak terdapat
masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga
perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa lainnya.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan
anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan.
Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak.
TUJUAN PENILAIAN PERKEMBANGAN
Tujuan dari penilaian
perkembangan anak adalah :
1. Mengetahui kelainan
perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko terjadinya
kelainan
perkembangan tersebut.
2. Mengetahui berbagai masalah
perkembangan yang memerlukan pengobatan konseling genetik.
3. Mengetahui kapan anak perlu
dirujuk ke senter yang lebih tinggi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN ANAK
Masa enam tahun pertama merupakan
masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir,
pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan
lain-lainnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu:
Faktor Internal
Yaitu faktor faktor yang ada pada
diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang
diperoleh, termasuk
disini antara lain:
Hal hal yang diturunkan dari
orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna
rambut dan
bentuk tubuh.
Unsur berfikir dan kemampuan
intelektual. Misalnya kecepatan berfikir.
Keadaan kelenjar zat-zat dalam
tubuh. Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat
pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Emosi dan sifat-sifat
(temperamen) tertentu. Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain.
Faktor Eksternal
Keluarga, Sikap dan kebiasaan
keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang
tua dengan anak, hubungan antara
saudara, dan lain-lain.
Gizi, Kekurangan gizi dalam
makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang
akan mempengaruhi perkembangan
seluruh dirinya.
Budaya setempat, Asuhan dan
kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
Teman bermain dan sekolah, Ada
tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan disekolah,
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pencapaian suatu kemampuan pada
setiap anak bisa berbeda beda, namun demikian ada patokan umur tentang
kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya
patokan tersebut dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu
itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Ada 4 aspek yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak, yaitu:
1. Perkembangan motorik kasar dan
motorik halus
Yang dimaksud gerakan (motorik)
adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan
motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian
gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada
anak, gerakan ini dapat secara lebih jelas dibedakan antara gerakan motorik
kasar dan halus.
Disebut motorik kasar bila
gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot otot yang lebih besar. Contohnya
gerakan telungkup, gerakan berjalan, gerakan berlari.
Disebut motorik halus bila hanya
melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot otot
kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini memerlukan
koordinasi yang cermat. Contohnya gerakan mengambil benda dengan hanya ibu jari
dan telunjuk, gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang, membuat prakarya.
Melalui latihan latihan yang
tepat gerakan gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal
keluwesan, kecepatan dan kecermatan. Sehingga secara bertahap seorang anak akan
bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan gerakan yang diperlukan guna penyesuaian
dirinya.
1. Komunikasi aktif dan pasif
Sebagai mahluk sosial anak akan
selalu berada diantara atau bersama orang lain, agar dicapai saling pengertian
maka diperlukan kemampuan berkomunikasi. Pada bayi kemampuan berkata kata atau
komunikasi aktif ini belum dapat dilakukan, ia menyatakan perasaan dan
keinginannya melalui tangisan dan gerakan. Meskipun demikian, komunikasi dengan
orang lain tetap dapat terjadi karena ia mengerti ucapan ucapan orang lain.
Kesanggupan mengerti dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain
disebut sebagai komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu
dikembangkan secara bertahap, anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi
aktif (berbicara, mengucapkan kalimat kalimat, bernyanyi dan bentuk ucapan
lisan lainnya) dan komunikasi pasif (anak mampu mengerti orang lain).
2. Perkembangan kecerdasan
(kognisi)
Pada anak usia dini kemampuan
berfikir mula mula berkembang melalui kelima indra, misalnya melihat warna
warna, mendengar suara atau bernyanyi, mengenal rasa. Melalui kata kata yang
didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada namanya. Daya
fikir dan pengertian mula mula terbatas pada apa saja yang konkrit, yang dapat
dilihat, dipegang atau dimainkan. Melalui bermain main serta latihan latihan
yang diberikan oleh orang tua atau orang lain, setahap demi setahap anak akan
mengenal, mengerti lingkungannya dan memiliki kemampuan
merencanakan persoalan. Semua
konsep atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak untuk
melakukan pemikiran pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih abstrak, dan
lebih majemuk, misalnya mengerti dan menggunakan konsep sama berbeda, bertambah
berkurang, sebab akibat dan lain lain.
3. Perkembangan kemampuan
menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial Pada awal kehidupannya seorang
anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya (misalnya
makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian rasa aman dan kebutuhan
akan perangsangan mental, sosial dan emosional).
Kebutuhan kebutuhan anak berubah
dalam jumlah maupun derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur anak.
Dengan makin mampunya anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong melakukan
sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain
anggota keluarganya sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula
mula dalam hal menolong kebutuhan anak itu sendiri sehari hari, misalnya makan
minum, buang air kecil dan sebagainya.
Kemampuan kemampuan ini makin
ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya usia, anak perlu berkawan, luas
pergaulan harus dikembangkan pula, dan anak perlu diajar untuk aturan aturan
disiplin, sopan santun dan sebagainya agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan
baru.
PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK
Meskipun beberapa keterlambatan
perkembangan pada perkembangan milestone bahasa, motorik, atau sosial adaptif
dapat bersifat sementara, keterlambatan perkembangan pada usia dini sangat erat
hubungannya dengan diagnosis dari disabilitas perkembangan seperti retardasi mental,
serebral palsi, gangguan bicara, autis dan kesulitan belajar pada perkembangan
anak lebih lanjut. Terlebih lagi, adanya bukti bahwa identifikasi dini dan
penanganan anak dengan kondisi perkembangan yang terganggu dapat meningkatkan
hasil akhir secara fungsional dan menurunkan resiko dari masalah tingkah laku
sekunder
Kemampuan berbicara dan berbahasa
telah dipertimbangkan oleh para ahli sebagai indikator yang baik terhadap perkembangan
anak secara keseluruhan dan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan
keberhasilan pendidikan. Identifikasi anak dengan keterlambatan perkembangan
atau masalah yang berkaitan dapat mengarahkan kepada intervensi ketika usia dini
dimana kemungkinan untuk perbaikan paling baik. Penilaian perkembangan anak
meliputi identifikasi masalah-masalah perkembangan anakdengan screening
(skrining/penapisan/penjaringan) dan surveillance ukuran standart atau non standart,
yang juga digabungkan dengan informasi tentang perkembangan sosial, riwayat keluarga,
riwayat medik dan hasil pemeriksaan mediknya.
Tolak ukur perkembangan meliputi
motorik kasar, motorik halus, berbahasa, dan prilaku sosial. Dikatakan terdapat
penyimpangan apabila kemampuan anak tidak sesuai dengan tolak ukur (milestone)
anak normal. Dalam survei diperoleh informasi kepedulian orang tua terhadap perkembangan
dan prilaku anaknya. Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan
perkembangan anak :
1. Emosi Dan Perilaku
2. Berbicara Dan Berbahasa
3. Keterampilan Sosial Dan
Menolong Diri Sendiri
4. Motorik Kasar
5. Motorik Halus
6. Membandingkan Dengan
Lingkungan
7. Masalah Anak Yang Orang Tuanya
Tidak Mengeluh
Masalah penyimpangan tumbuh
kembang anak yang terjadi di masyarakat memang sangatlah bervariasi, sebagai
ilustrasi dapat dikaji sepuluh macam kasus yang terbanyak pada penderita baru
rawat jalan klinik tumbuh kembang RS dr.Soetomo tahun 2005 pada tabel 1.
TAHAP TAHAP PENILAIAN
PERKEMBANGAN ANAK
1. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan
anamnesis yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat
diketahui.
2. Skrining gangguan perkembangan
anak.
Pada tahap ini dianjurkan
digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan
perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes
psikologik lainnya.
3. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil
interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh
karena itu untuk deteksi dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak
tersebut.
4. Evaluasi penglihatan dan
pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk
anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun
dengan kartu gambar dari allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga
diperiksa apakah ada tanda strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya.
Sedangkan skrining perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer
kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung,
mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.
5. Evaluasi bicara dan bahasa
anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah
untuk mengetahui apakah kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal
atau tidak. Karena kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin,
ada atau tidaknya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi
yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.
6. Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis
diperlukan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik
yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit
jantung bawaan, tanda tanda penyakit defisiensi dan lainnya.
7. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah
neurologi dan keadaan keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan
neurologi, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan
sebagainya. Kemudian dilakukan tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu
dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi,
neuropati perifer, dan penyakit degeneratif lainnya.
Untuk mengetahui secara dini
adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut
milani comparetti, yang merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari
lahir sampai umur 2 tahun.
1. Evaluasi penyakit penyakit
metabolik
Salah satu penyebab gangguan
perkembangan pada anak adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari
anamnesis dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota
keluarga lainnya yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis
seperti rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang
intermitten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu
diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita.
2. Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua
pemeriksaan tersebut diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan
perkembangan tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi
kemana dan prognosisnya.
SKRINING PERKEMBANGAN
Skrining perkembangan merupakan
prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan
penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang
tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari
skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan
pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia
dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya
dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang
digunakan pada periode waktu tertentu.
Tes skrining yang ideal harus
mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan
spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut
juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan
hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan
cepat digunakan.
Skrining perkembangan yang ideal
tidak sepenuhnya ada. Tabel 2 mencantumkan beberapa tes skrining perkembangan
yang sering digunakan dan keterbatasannya. Perlu dipisahkan antara skrining perkembangan,
penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian perkembangan
ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan yang tertunda.
Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang berkelanjutan,
fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk aktifitas yang berhubungan
pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi perkembangan selama kunjungan
primer kesehatan anak. Survailans perkembangan termasuk identifikasi dari
keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan imunisasi.
Terdapat tiga pendekatan pada
proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan
rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal
berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua
mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak,
bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone
perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah
untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai
panduan untuk mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan
status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan perkembangan tidak
teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan
anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua tidak mengindahkan pentingnya
keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua dari milestone perkembangan seringkali
tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa orang tua terlihat terlalu berlebihan
dalam menilai perkembangan bahasa dari anak dan tidak mengindahkan kemampuan
motorik halus dari anak. Didalam permasalahan ini seorang ahli penyakit anak
tidak mungkin mampu mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan
perkembangan pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui
metode skrining informal.
Skrining perkembangan formal
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah
terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak
dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden
dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah. Meskipun di negara
berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap
dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat
terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan
bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil dalam
deteksi dini cerebral palsi.
Skrining perkembangan yang terfokus
melibatkan dua kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian
yang lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya masalah,
(b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya keterlambatan perkembangan,
contohnya:
BBLR (<1500 g="" p="">
Kondisi neurologis
Perdarahan intraventrikular Gr.
III or IV
Periventricular leukomalacia
Hipoksia iskemik ensefalopati
Apgar skor 0-3 pada menit 10,
15 and 20
Meningitis
Kejang persistent
Apnea
Hyperbilirubinemia
Kejang dengan hipoglikemi
Septikemia
MEMILIH INSTRUMEN TES
PERKEMBANGAN
Meskipun semua instrument tes
perkembangan didesain untuk mengidentifikasi anak yang potensial untuk keterlambatan perkembangan,
masing masing instrumen mempunyai pendekatan yang berbeda beda dalam
mengidentifikasi. Tidak ada instrument yang secara universal dapat diterima
untuk semua populasi dan usia. Tes skrining yang ada bervariasi dari yang
menilai perkembangan secara umum sampai yang terfokus pada area yang spesifik,
seperti kemampuan motorik dan komunikasi. Tes skrining secara luas harus
menilai berbagai aspek perkembangan, termasuk motorik kasar, motorik halus,
bahasa, komunikasi, tingkah laku dan kemampuan personal sosial. Terdapat
berbagai macam tes skrining, dan pilihan untuk memakai instrument yang mana
bergantung pada populasi yang akan di skrining, tipe masalah yang di skrining
pada populasi tersebut, waktu penilaian dan biaya dari instrument.
Tes skrining juga harus valid dan
dapat diandalkan, dengan sensitifitas dan spesifitas yang baik. Realibilitas merupakan kemampuan dari
suatu pengukuran untuk dapat menghasilkan hasil yang konsisten, validitas dari tes skrining
perkembangan berhubungan dengan kemampuan untuk memisahkan antara anak yang
normal atau anak dengan keterlambatan perkembangan, sensitifitas merupakan
keakuratan dari tes tersebut untuk dapat mengidentifikasi anak dengan perkembangan
yang terlambat, spesifitas merupakan keakuratan dari tes skrining untuk mengidentifikasi
anak tanpa keterlambatan perkembangan. Jika tes skrining salah mengindentifikasikan
anak yang normal sebagai anak yang terlambat dalam perkembangan maka akan
menghasilkan yang disebut overreferrals, dan jika suatu tes salah
mengidentifikasikan anak yang terlambat sebagai anak yang normal maka itu akan
menghasilkan yang disebut sebagai underreferrals. Untuk tes skrining
perkembangan, system penilaian harus dibuat untuk meminimalkanunderreferrals
dan overreferrals. Terdapat pertukaran nilai antara sensitifitas dan spesifitas
ketika memperbaiki sistem penilaian tersebut, sensitifitas dan spesifitas pada
level 70% sampai 80% telah dapat diterima untuk tes skrining perkembangan.
INSTRUMEN TES PERKEMBANGAN
Ahli penyakit anak sekarang
mempunyai banyak instrumen perkembangan yang dapat dipilih. Instrumen yang
paling baik adalah yang mempunyai data psikometrik yang baik, termasuk
sensitifitas, spesifitas, validitas, dan realibilitas yang baik, dan telah
distandarisasi pada populasi luas. Instrumen yang dipakai oleh orang tua anak,
seperti Parents’ Evaluation of Developmental Status, Ages and Stages
Questionnaires, dan Child Development Inventories Mempunyai data psikometrik
ysng baik dan mempunyai keunggulan dimana untuk melakukannya membutuhkan waktu
yang singkat bila dibandingkan dengan instrument yang membutuhkan pemeriksaan
langsung oleh ahli penyakit anak. Instrument seperti Denver-II screening test,
Bayley Infant Neurodevelopmental Screener, Battelle Developmental Inventory,
Early Language Milestone Scale, dan Brigance Screens melibatkan pemeriksaan langsung
terhadap kemampuan anak. The CAT-CLAMS merupakan tes yang didesain khusus untuk
dapat digunakan oleh ahli penyakit anak untuk menilai kemampuan kognitif dan
bahasa dari anak.
Setiap tes skrining mempunyai
kekuatan dan kelemahannya masing masing. Contohnya the Denver-II screening test
yang telah digunakan secara luas, namun mempunyai sensitifitas dan spesifitas
yang rendah tergantung dari interpretasi hasilnya. Setiap tes juga harus
dilakukan sesuai instruksi yang ada, jika tidak maka hasilnya akan tidak valid.
Skrining untuk psikososial dan
tingkah laku pada anak terdapat beberapa tantangan, anak dengan perkembangan
yang terhambat mempunyai resiko yang tinggi untuk memiliki masalah tingkah laku.
Kebanyakan instrument skrining perkembangan tidak dapat menilai pada area ini
secara adekuat. Instrument tes seperti the Temperament and Atypical Behavior
Scale, Child Behavioral Checklist, The Carey Temperament Scales, Eyberg Child
Behavior Inventory, Pediatric Symptom Checklist, and Family Psychosocial
Screening, dapat membantu dalam mendeteksi masalah tingkah laku. Akhir akhir
ini terdapat peningkatan ketertarikan dalam skrining anak untuk autistic
spectrum disorders karena terdapatnya peningkatan pada prevalensi dan kemampuan
untuk diagnosis dan intervensi dini. Instrument skrining spesifik seperti the Checklist
for Autism in Toddlers (CHAT), dapat membantu ahli penyakit anak untuk
diagnostik, tetapi dapat terjadi kesalahan karena mempunyai sensitifitas yang
rendah dan spesifitas yang tinggi.
Tes yang paling sering digunakan
adalah Denver Developmental Screening Test-II (Denver II). Bagaimanapun juga,
dibalik kepopularannya, DDST II tidak berfungsi baik sebagai tes skrining, karena
mempunyai sensitifitas yang terbatas dan validitas yang rendah. Tetapi tes ini
tetap bernilai karena kemudahannya untuk digunakan. Skrining yang mempunyai
sensitifitas dan spesifitas yang baik dengan menggunakan 10 set dari pertanyaan
yang terstruktur yang dapat diperhatikan oleh orang tua di berbagai area
perkembangan, pendekatan ini telah diformalkan sebagai Parents’ Evaluation of
Developmental Status (PEDS) questionnaire. Cara ini merupakan cara yang akurat
karena secara umum orang tua merupakan pengamat yang akurat dari tingkah laku
dan perkembangan anak.
Lebih jauh lagi efisiensi dari
skrining dapat ditingkatkan dengan menggunakan skrining level kedua untuk anak
yang dicurigai bermasalah dengan menggunakan The Ages and Stages Questionnaires
(ASQ). Tes ini terdiri dari seri 11 pertanyaan yang didesain untuk dapat dilakukan
dirumah dari usia 4 sampai 48 bulan, dan mempunyai validitas dan realibilitas
yang baik sebesar 76-91%, meskipun ASQ mungkin gagal untuk mengidentifikasikan
hampir 13% anak dengan keterlambatan perkembangan. Penilaian dan interpretasi
dapat dilakukan dengan cepat, dimana sangat cocok untuk seseorang yang sibuk.
Skrining untuk keterlambatan
bahasa sangat penting, dikarenakan terdapat hubungan yang kuat antara bahasa
dan perkembangan kognitif dan kemampuan pendidikan. Early Language Milestone
(ELM) membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 menit, sensitifitas untuk bahasa dan kognitif
sangat tinggi bila dibandingkan dengan tes diagnostik standar baku. Masalah
psikiatri dan tingkah laku sangat sering terjadi dan sering bersamaan dengan
keterlambatan perkembangan. Skrining untuk masalah tingkah laku dapat dengan
menggunakan Pediatric Symptom Checklist, yang sederhana dan validitas yang
baik.
PERANGKAP DALAM INTERPRETASI
PERKEMBANGAN ANAK
Kesalahan kesalahan yang sering
dibuat dalam menginterpretasikan perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik
Pada tahun pertama seringkali
tenaga kesehatan/orangtua lebih menfokuskan pada perkembangan motorik kasar
saja. Sehingga sering terkecoh pada perkembangan motorik yang dianggap normal
tersebut dengan suatu harapan yang semu terhadap kemampuan intelektual anak.
bebrapa penelitian menemukan bahwa kemampuan motorik bukanlah prediksi dari
intelektualitas, dan didapatkan juga bahwa anak dengan retardasi mental yang sedang
sampai berat tidak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik.Kemampuan
intelektual anak dapat dilihat pada perkembangan bahasa dan pemecahan masalah.
Selain itu perhatian juga kurang diberikan pada perkembangan motorik halus.
Padahal perkembangan motorik halus merupakan indikator yang lebih baik daripada
motorik kasar, dalam diagnosis gangguan motorik pada anak. Perkembangan motorik
halus yang paling awal adalah jari jari tangan yang tidak menggenggam lagi pada
bayi umur 3 bulan. Bila masih menggenggam setelah umur 3 bulan dicurigai adanya
cerebral palsi.1,2
2. Intelegensi: penampilan
superfisial
Suatu konsep bahwa anak yang
retardasi mental ditandai dengan muka yang khas. Pendapat ini tidak selamanya
benar, karena itu kita seringkali terlambat membuat diagnosis pada anak yang
retardasi mental dengan penampilan fisik seperti anak normal atau dengan kemampuan
motorik kasar yang baik. Begitu pula sebaliknya, anak dengan raut wajah yang
dysmorphic mungkin tidak memiliki defisiensi intelektualitas. Anak yang
autistik sering dikatakan sebagai anak yang manis dan lain sebagainya.1,2
3. Perkembangan bahasa
Kesalahan yang sering dibuat
adalah pandangan yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa belum dimulai sampai
anak umur satu tahun dan tidak perlu kuatir akan adanya kelainan bahasa sampai
anak umur 2 tahun. Hal penting untuk diingat ialah kemampuan bahasa, yang
diukur dari ekspresif dan reseptif, merupakan salah satu prediktor yang baik
terhadap intelegensia anak. Untuk mencegah kesalahan tersebut, diperlukan
kemampuan dalam mendapatkan anamnesis yang akurat dan pengetahuan tentang
milestone perkembangan bahasa.1,2
4. Pendengaran
Kesalahan yang sering dibuat
adalah pandangan bahwa ketulian sangat jarang pada anak. Sehingga sering tidak terdiagnosis
sampai anak berumur lebih dari satu tahun.Ternyata 1 dari 1000 kelahiran adalah
anak dengan ketulian berat. Rata rata diagnosis tuli kongenital baru dibuat
pada saat anak berumur 2-2,5 tahun. Oleh karena itu anamnesis yang baik pada
orang tuanya sangat penting, apakah anak ada respons terhadap bunyi bunyian,
kapan anak mulai bisa mengoceh dan sebagainya. Oleh karena itu skrining perkembangan
anak dengan menggunakan instrumen yang sudah baku, merupakan prosedur yang rutin
yang harus dilaksanakan dalam melakukan pemeriksaan anak sehari
hari.
Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh
kembang anak. EGC. Jakarta.
2. Mallhi P, Singhi P. Screening
Young Children for Delayed Development. Indian Pediatrics; 1999
36:569-577
3. narendra MB, suryawan A,
irwanto. 2006. Naskah lengkap continuing education ilmu kesehatan
anak XXXVI
penyimpangan tumbuh kembang anak. bag/SMF ilmu kesehatan anak FK UNAIR.
Surabaya
4. Behrman RE., Kliegman RM.,
Jenson HB. 2004. Nelson textbook of pediatrics 17th ed. Saunders.
Philadelphia.
5. bakti husada. 1989. pedoman
deteksi dini kelainan tumbuh kembang. Direktorat bina kesehatan
keluarga.
Jakarta
6. American Academy of
Pediatrics. Identifying Infants and Young Children With Developmental
Disorders
in the Medical Home: An Algorithm for Developmental Surveillance and Screening.
Pediatrics Volume 118, Number 1, July 2006.
7. American Academy of
Pediatrics. Developmental Surveillance and Screening of Infants and
Young
Children.Pediatrics Vol. 108 No. 1 July 2001.
8. Sices L, Feudtner C,
McLaughlin J et al. How Do Primary Care Physicians Manage Children With
Possible Developmental Delays? A National Survey With an Experimental Design.
Pediatrics
2004;113;274-282
9. Nelson HD, Nygren P, Walker M
et al. Screening for Speech and Language Delay in Preschool
Children:
Systematic Evidence Review for the US Preventive Services Task Force.
Pediatrics
2006;117;e298-e319
Oleh : Jamaluddin
sumber : downlot here
1500>
0 comments:
Post a Comment