Wednesday, October 10, 2012

Ibu Depresi Bikin Kemampuan Linguistik Bayi Menurun

Setelah terlahir ke dunia, setiap bayi dianugrahi kemampuan untuk mempelajari bahasa apapun yang ada di dunia, bahkan konon mereka memiliki kemampuan super di bidang linguistik yang tak dimiliki orang dewasa.

Misalnya, seorang bayi berusia 6 bulan dapat membedakan suara-suara dari berbagai bahasa yang tak bisa dibedakan orang yang tak menggunakan dua bahasa (non-bilingual) seperti huruf 'd' dalam bahasa Inggris dengan 'd' dalam bahasa Hindi.

Bayi juga bisa menebak apakah seseorang berbicara dalam bahasa Inggris atau Perancis hanya dengan melihat bentuk bibir dan ritmenya. Padahal kemampuan ini biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang yang berbicara dalam dua bahasa (bilingual).

Sayangnya, ketika mencapai usia 10 bulan, kemampuan ini tiba-tiba menghilang. "Ketika mereka mulai bisa menerima bahasa ibunya secara lebih baik, mereka jadi kurang sensitif terhadap suara-suara yang bukan berasal dari bahasa ibunya," kata Janet Werker, psikolog dari University of British Columbia, Vancouver seperti dilansir dari CNN, Selasa (9/10/2012).

Penasaran, Werker dan rekan-rekannya pun mencari tahu faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut.

Dari studi tersebut diketahui bahwa 20 persen wanita mengalami gangguan mood atau mood yang berubah-ubah selama masa kehamilan dan lebih dari 13 persen mengonsumsi antidepresan ketika hamil. Dari situlah tampaknya ditemukan kaitan antara dampak depresi dan pengobatannya terhadap hilangnya sensitivitas bayi terhadap bahasa selain bahasa ibunya.

Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti membagi partisipan ke dalam tiga kelompok; 32 bayi yang ibunya mengonsumsi antidepresan selama hamil, 21 bayi yang ibunya mengalami depresi selama hamil tapi tidak minum antidepresan dan 32 bayi yang ibunya tidak mengalami depresi.

Para bayi ini pun diminta menjalani tes yang melibatkan beberapa jenis suara (seperti membedakan huruf 'd' dalam bahasa Inggris versus 'd' dalam bahasa Hindi) dan menonton sejumlah orang berbicara dalam beberapa bahasa tanpa suara.

Lalu peneliti menemukan bahwa depresi dan konsumsi antidepresan tampaknya menyebabkan munculnya perbedaan sensitivitas para bayi ini terhadap beberapa bahasa yang berbeda.

Pasalnya, bayi yang ibunya tidak depresi dapat melakukan performa sesuai yang diharapkan, mereka cenderung berhasil melakukan tes dan dapat membedakan beberapa bahasa ketika berusia 6 bulan dan akhirnya gagal pada usia 10 bulan.

Sebaliknya, bayi yang ibunya terkena depresi (tapi tidak mengonsumsi antidepresan) gagal membedakan sejumlah bahasa pada usia 6 bulan namun berhasil melakukannya ketika mencapai usia 10 bulan. Kemudian bayi yang ibunya mengonsumsi antidepresan terlihat mengalami kegagalan dalam tes pada usia 6 bulan dan 10 bulan.

Namun peneliti mengaku tak yakin dengan alasan di balik kondisi ini, mereka juga tak tahu apakah kondisi ini berarti baik atau buruk bagi si bayi. Peneliti hanya menduga keterlambatan munculnya sensitivitas bahasa pada bayi yang ibunya depresi tapi tidak minum antidepresan dikarenakan si bayi tidak banyak terlibat dalam perbincangan karena ibunya tertekan selama hamil.

Dugaan lain, hal ini ada kaitannya dengan senyawa kimia dari dalam otak ibu dan pengaruh konsumsi antidepresan terhadap perkembangan otak si bayi, terutama bagi bayi yang ibunya mengonsumsi obat-obatan ini.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

sumber : http://health.detik.com

0 comments: