Tanggal 28 Januari tahun 2007
Kembali Indonesia kehilangan salah seorang putra terbaiknya
Purnawirawan Jenderal Suharto, mantan Presiden Kedua Republik Indonesia telah berpulang ke Rahmatullah
Kepulangan beliau di iringi dengan tangisan kesedihan, haru biru tetapi diiringi pula dengan meledaknya kembali cacian kritikan demo anti suharto dan sebagainya.
Sebagai seorang rakyat Indonesia aku merasa sangat kehilangan, sedih dan prihatin dengan meninggalnya sang jenderal besar.
Sebagai manusia biasa Aku merasa kehilangan dan sedih karna kehilangan sosok ketokohan sang jenderal ini, tetapi aku merasa prihatin karna ternyata masih banyak orang yang tinggal di negara Indonesia kita tercinta tidak tahu mengucap terima kasih
Saat itu aku berpikir, apakah sudah tidak adalagi rasa hormat oknum oknum calon intelektual tersebut terhadap mantan presidennya?
Tidak adakah sama sekali perbuatan baik yang dilakukan pak harto pada saat beliau memerintah?
Benarkah bahwa seluruh perbuatan Pak Harto adalah kejahatan?
Sehingga tidak ada waktu sedikitpun dari para pendemo anti Suharto untuk ikut berbela sungkawa meski sejenak?
Kasian sekali Indonesiaku tercinta, memiliki beberapa rakyat yang tidak tau berbela sungkawa.
Aku sempat berpikir, apakah mereka yang anti suharto itu bener bener orang yang bersih tanpa pernah melakukan kesalahan sama sekali, nabikah mereka, malaikatkah mereka, benarkah demo yang mereka lakukan demi kepentingan rakyat Indonesia, Bangsa Indonesia tercinta, ataukah hanya sekedar ikut gejolak arus, ikut ramai, tidak adakah yang menunggangi mereka dengan berbagai kepentingan?
Bukankah sebaik baik manusia itu masih ada juga khilafnya dan sejahat jahat manusia pernah juga ada baiknya?
Akhirnya kita hanya bisa berdoa semoga amal bakti sang jenderal besar dapat di terima di sisiNya, dan segala kesalahan dan khilafnya sebagai manusia dapat di maafkan
oleh : Dwi Sarmulyanto