Thursday, January 22, 2015

Kenalkan Kata Ajaib untuk Sopan Santun Sejak Dini

Hampir seluruh dunia mengenal kata ajaib terima kasih, tolong, dan maaf. Di Indonesia kata ajaib ditambahkan permisi. Kata ajaib ini akan terus dibawa sampai anak dewasa dan akan diwariskan kepada anak dan cucu mereka.

Anak mulai bisa dijelaskan konsep dan diajarkan meminta maaf, berterima kasih, meminta tolong dengan sopan dan meminta izin sejak dini. Menurut Alzena Masykouri, MPsi, psikolog klinis anak dari Klinik Kancil, Jakarta, pembelajaran kepada anak yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh dan pembiasaan.

"Berdasarkan pengalaman, anak usia 2 tahun baru mulai meniru tanpa paham apa maksudnya. Sementara anak usai 2 tahun sudah mulai bisa dibiasakan untuk mengucapkan kata-kata seperti maaf, terima kasih, tolong, permisi, silakan. Anak 3 tahun ke atas biasanya mulai memahami fungsi dari kata-kata ajaib dan dapat menggunakan kata-kata tersebut dengan tepat," jelas Alzena.

Berikut kata ajaib yang perlu dikenalkan pada anak sejak dini seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Terima Kasih

Biasakan anak mengucapkan terima kasih kepada orang yang memberikan sesuatu, entah itu dalam bentuk barang ataupun pertolongan.

Tolong

Biasakan mengucapkan kata tolong saat meminta bantuan siapa pun, termasuk juga kepada pengasuhnya. Walaupun anak batita umumnya baru dapat merangkai 2-3 kata, tapi kata tolong bisa diucapkan saat dia minta sesuatu seperti, "Tolong ambilkan minum."

Maaf

Ajarkan dia meminta maaf ketika berbuat nakal. Misalnya saat dia menjambak temannya. Bimbinglah dia meminta maaf. Mulai dari sekedar membuatnya menyodorkan tangan untuk bersalaman meminta maaf, sampai benar-benar mengucapkan, "maaf, ya." Intinya, biasakan agar tidak tidak segan mengucapkan kata maaf. Selain itu mintalah dia berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan nakalnya.

Permisi

Jelaskan bahwa setiap orang punya barang masing-masing, jadi kalau dia ingin meminjamnya, dia harus meminta izin. Ini juga berlaku saat ingin bertamu ke rumah orang lain, atau bahkan ingin masuk ke dalam kamar kakaknya. Ajarkan kata seperti misalnya, "Permisi tante, boleh aku masuk?" Untuk anak yang sudah lebih besar. Untuk yang masih kecil, kata permisi saja juga boleh.

sumber: republika.co.id

Tuesday, January 13, 2015

Bagi Anak Laki-Laki Menunda Waktu TK tak Selalu Buruk

anak bermain


Memilih sekolah bagi anak memang tidak pernah mudah. Sejumlah faktor perlu jadi pertimbangan matang orang tua. Bagi orang tua dengan anak laki-laki faktor sekolah yang tepat, waktu yang istirahat yang memadai, serta semangat yang terjaga adalah unsur yang harus jadi perhatian orang tua. 

Selain itu, masih ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan orang tua dari anak laki-laki. Berikut beberapa diantaranya, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com. 

Beri dia perhatian
Meskipun Anda ingin memberikan pengajaran di rumah, hindari untuk mengajak anak belajar membaca atau menulis ketika mereka baru pulang dari sekolah. Setelah seharian belajar di kelas, anak perlu waktu untuk berlari-lari dan bermain. 

“Biarkan putra Anda memanjat, melempar, bermain sepeda, tembak-tembakan, atau apa saja yang ingin dia lakukan,” ujar Dr. Thompson. Memberikan dia kesempatan bergerak akan meningkatkan kewaspadaannya ketika tiba waktunya belajar.

Jangan terlalu cepat memberi label
Anak-anak laki-laki yang penuh energi dan emosional adalah magnet yang kuat untuk label ADHD. Tetapi dokter dan psikolog mengingatkan, cukup sulit untuk mendiagnosis secara akurat adanya kelainan pada anak di bawah 6 tahun. 

Kalau guru anak Anda mengungkapkan keprihatinan mengenai perilaku dan perhatiannya, tanyakan kepadanya secara spesifik. Menggeliat-geliat selama pelajaran yang panjang tidaklah berkaitan dengan ketidakmampuan mengikuti arahan dan menunjukkan perilaku yang berbahaya dan impulsif (seperti berlari ke jalan mengejar bola selama istirahat). 

Doker anak Anda bisa menolong anak dengan memisahkan perilaku anak (lelaki) normal dari perilaku anak-anak yang berpotensi mengidap kelainan. Dan kalau kemungkinannya ADHD, dia bisa merekomendasikan kursus-kursus yang membantu untuk meminimalkan efeknya.

Pertimbangkan untuk menunggu di tahun berikutnya
“Redshirting”, praktik menunggu atau menunda satu tahun untuk masuk TK, telah menjadi cara yang sangat umum untuk memberi waktu anak untuk menyesuaikan diri dengan ruang akademik dan sosial. Ini mungkin akan terasa sempurna bagi Anak Anda. Bicaralah dengan guru TK-nya untuk mengukur apakah dia sudah siap untuk langkah berikutnya. 

Jika dia sudah bisa bermain dengan baik bersama anak lainnya; melihat buku, huruf, angka yang diminatinya; dan sudah bisa fokus bermain puzzle dan menggambar hingga 5 menit, berarti dia sudah siap.

Kalau Anda memutuskan langkah terbaik baginya adalah menunggu, tidak perlu khawatir anak Anda akan tertinggal di belakang teman-teman sebayanya. “Pendidikan bukankan pertandingan,” kata Dr. Sax. “Tujuannya bukanlah untuk melihat siapa yang duluan bisa melakukan sesuatu tetapi mengembangkan rasa cinta belajar."

sumber: http://gayahidup.republika.co.id/

Monday, January 12, 2015

Ini Mengapa Ortu Harus Peka Sejak Anak Usia Dini

Orang tua masa kini sudah menyadari bahwa pola asuh yang diterapkan sejak memengaruhi pertumbuhan anak, bahkan hingga ia dewasa. Perlakuan orang tua juga akan senantiasa terbawa dalam benak anak sampai seumur hidup.

Kepekaan orang tua yang dipupuk sejak dini terhadap anak memang bisa memengaruhi kepribadian maupun prestasi anak.

Inhabitots, dikutip Senin (12/1) melaporkan, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development menemukan bahwa kepekaan orang tua terhadap anak di awal masa pertumbuhannya akan berdampak positif bagi kemampuan bersosialisasi serta akademik anak.

Penelitian ini memanfaatkan informasi dari Minnesota Longitudinal Study of Risk and Adaptation yang melakukan analisis terutama pada 243 Ibu di bawah garis kemiskinan. Dan juga sekaligus mengikuti perkembangan bayi mereka.

Interaksi orang tua juga diamati hingga anak berusia tiga setengah tahun. Sang Ibu dipersilakan bertindak sebagaimana biasanya mereka menghadapi anak dengan usia yang mungkin merupakan masa di mana anak mulai sangat aktif.

Ibu juga diberitahu tentang bagaimana untuk memecahkan masalah yang dihadapi terkait anak. Setelah itu, para Ibu dievaluasi melalui skala sensitivitas Ainsworth terkait tingkat kemampuan dan pemahaman mereka menafsirkan isyarat dari bayi. Juga bagaimana cara Ibu merespons dengan tepat dan segera.

Setelah evaluasi awal, para peneliti kemudian fokus pada efek dari pola asuh itu pada anak.

sumber: gayahidup.republika.co.id

Monday, January 5, 2015

PAUD, UNTUK GENERASI GEMILANG

anak bermain


Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bangsa. Melalui pendidikan dibentuklah Sumber Daya Manusia yang berkarakter, bertanggungjawab, kompeten serta berdaya saing tinggi. Namun, semua hal tersebut tidaklah bisa diwujudkan dalam waktu singkat atau dengan kata lain hanya dengan memfokuskan pendidikan saat seorang anak memasuki jenjang pendidikan persekolahan. Pembentukan karakter misalnya, untuk membentuk karakter yang baik pada seseorang, maka hal ini perlu dilakukan saat seseorang tersebut dalam usia 0-6 tahun dimana otak berkembang sangat cepat hingga 80%. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang baik untuk mengasah kecerdasan anak-anak dengan materi-materi budi pekerti, etika sopan santun dalam rangka membangun karakter anak. Karenanya sangatlah penting mengoptimalkan pendidikan anak usia dini untuk mencetak SDM yang berkualitas.
olah raga dan olah rasa tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesiapan anak didik memasuki pendidikan formal. Dengan  merangsang gerakan motorik dasar anak juga ampuh untuk mengoptimalkan tumbuh kembang syaraf otak anak secara berimbang. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih aktif, ceria, kreatif dan mampu dengan mudah mengerti penjelasan yang diberikan pendidik.
Ibarat sebuah rumah, Pendidikan anak usia dini adalah pondasinya. Untuk membangun sebuah rumah yang megah, pastlah perlu membangun pondasi yang kokoh terlebih dulu. Menyadari pentingnya hal tersebut, pemerintahpun secara serius mengembangkan PAUD sebagai langkah awal dalam penciptaan generasi “golden age”. Salah satunya adalah penggelontoran dana besar untuk pembangunan dan pengembangan PAUD serta program satu desa satu PAUD. Hal ini terbukti ampuh dalam merangsang pertumbuhan lembaga PAUD di Indonesia. Untuk menjaga kualitas pendidikan lembaga PAUD, pemerintah melalui PAUDNI terus melakukan pengawasan dan pengembangan model pembelajaran. Tentu saja dengan harapan mampu mencetak generasi yang unggul, kreatif, cerdas dan berkarakter.
Melaui PAUD dengan berbagai model pembelajaran  diharapkan mampu membantu menciptakan generasi muda yang berimtak, beriptek, kreatif dan berdaya saing tinggi. Generasi gemilang yang kelak mampu menjadi pemimpin- pemimpin hebat menuju Indonesia Gemilang.

sumber: www.bppnfi-reg4.net