Tuesday, June 26, 2012

Perlukah Mengajarkan Calistung di Usia Dini?


Tak sedikit orangtua yang bangga dengan kemampuan balitanya dalam membaca, menulis dan berhitung (calistung). Mereka yakin anak yang diajarkan kemampuan calistung sejak dini lebih pintar dari anak seusianya.

Di tambah lagi, kini semakin banyak sekolah dasar yang mensyaratkan calon siswanya punya kemampuan calistung, kendati hal itu sebenarnya dilarang. Karena khawatir anaknya tidak bisa masuk ke SD favorit, para orangtua pun berlomba-lomba mengajari anaknya calistung, antara lain dengan memilih playgroup atau TK yang menjamin balita mahir calistung sebagai persiapan masuk SD.
Apabila minat membaca dan menulis anak sudah muncul sejak dini mungkin proses mengajarkan calistung pada anak menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Namun faktanya kebanyakan anak baru benar-benar siap belajar membaca dan menulis di atas usia 5 tahun.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal, Kemdikbud, Lydia Freyani Hawadi, seperti dikutip Kompas (12/1/12) pernah mengingatkan bahwa jenjang PAUD seharusnya tidak membebani anak dengan kemampuan calistung. Siswa baru boleh diajar calistung di SD.

Metode pendekatan di PAUD, kata Lydia, tidak didasarkan pada aspek kognitif, tetapi pada aspek motorik. Karena perkembangan anak usia 0-5 tahun masih terfokus pada aspek motorik, seharusnya metode pembelajarannya lebih menekankan pengembangan soft skill dengan cara bermain.

Lagipula, masa balita adalah masanya bermain dan bermain. Memaksakan anak melakukan sesuatu yang sebenarnya ia belum siap justru akan memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan, bahkan akhirnya muncul penolakan.

"Banyak orangtua yang memilih PAUD bukan yang berdampak bagus bagi perkembangan buah hatinya, tapi PAUD yang hasilnya dapat membanggakan orangtua. Yang terjadi, anak pun menjadi stres di usia dini," kata Paulin Sudwikatmono, principal KindyROO, sebuah sekolah bagi anak usia dini.

Ia menambahkan, karena terlalu fokus untuk diajarkan calistung pada usia yang sangat dini, anak-anak tidak berkembang secara alami sebagaimana mestinya karena di masa yang instan ini anak-anak dipacu untuk belajar dan tidak diberikan kesempatan untuk membangun fondasi yang kuat dan berkembang secara alami.

"Sebagai contoh, banyak orang tua yang merasa bahwa anak-anak tidak perlu merangkak lama dan memburu-burukan anak untuk berjalan. Atau juga anak tidak perlu distimulasi motorik halusnya seperti menstimulasi keterampilan tangan dan langsung mengajar anak untuk bisa menulis," katanya.

Akibatnya, ada anak yang sudah berumur 6 tahun tetapi anak tersebut tidak dapat menulis dengan baik atau tidak dapat menulis dalam jangka waktu yang lama karena tangan cepat letih.

Kemampuan merangkak pada anak sebenarnya juga memberikan stimulasi yang banyak terhadap anak tersebut, seperti menstimulasi konsentrasi, mata, koordinasi dan kekuatan otot tubuh. Tetapi karena diburu-buru untuk berjalan cepat dengan cara dititah atau menggunakan alat bantu berjalan (walker), anak-anak tersebut kehilangan kesempatan untuk distimulasi secara benar.

"Orang tua juga berpandangan bahwa anak-anak tidak perlu bermain lama. Jika anak terstimulasi dengan baik dan benar pada saat usia dini dan diberikan kesempatan untuk bermain, anak tersebut tidak akan menemui hambatan dalam belajar di kemudian hari dan anak tersebut distimulasi untuk menjadi lebih kreatif," paparnya.

Bermain yang terarah merupakan fondasi yang penting untuk menunjang kesempurnaan dalam kemampuan belajar di kemudian hari.

"Di KindyROO, kami memberikan arahan dan pengalaman kepada orang tua bagaimana cara menstimulasi anak dengan cara yang baik dan benar untuk menghindari kesulitan belajar di kemudian hari pada saaat mereka masuk usia sekolah," ujar Paulin.

Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, KindyROO mendidik orang tua dan anak agar setiap fase pekembangan dalam anak harus dilalui dan dikuasai. Anak tidak dipaksa secara instant untuk melakukan hal-hal yang tidak cocok untuk usianya.

Anak-anak juga harus diberikan waktu untuk berkembang secara alami dan diberikan waktu yang banyak untuk bermain secara terarah. Yang paling penting adalah anak-anak diberikan fondasi yang kuat dan otak distimulasi secara maksimal agar anak-anak siap menghadapi tantangan pada saat sekolah 



sumber: edukasi.kompas.com

Pacu Kecerdasan Anak dengan Bermain


 Berlarian, melompat, tak pernah lelah bergerak, demikianlah ciri khas anak-anak. Dari aktivitas yang seolah hanya "membuang energi" itu sebenarnya anak-anak sedang mengeksplorasi, belajar mengenai ruang dan juga interaksi sosial.

Lewat kegiatan eksplorasinya terhadap lingkungan anak akan belajar banyak hal, mulai dari koordinasi antar bagian tubuh, kemampuan melakukan aktivitas bertujuan, melatih kekuatan otot-otot, mengatur keseimbangan tubuh, sampai belajar bekerja sama.

Menurut Paulin Sudwikatmono, principal  dari KindyROO Jakarta, pengalaman eksplorasi anak itu sebenarnya sangat diperlukan, khususnya untuk anak-anak usia dini, yang akan memberikan stimulasi untuk memaksimalkan perkembanganya.

"Dalam perkembangan masa usia dini, orang tua seharusnya memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi anak dan juga meluangkan waktu sebanyak mungkin dengan anaknya," kata Paulin.

Paulin berpendapat, dengan meningkatnya kesibukan orangtua, kegiatan untuk menemaninya bermain pun semakin sempit. Di akhir minggu, mereka juga lebih banyak membawa anaknya bermain ke mal.

"Sebenarnya kesempatan bermain di alam terbuka lebih baik dibanding rekreasi di dalam mal, namun tidak bisa dipungkiri alam terbuka sudah jarang tersedia," imbuhnya.

Akibatnya, anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar dari alam sekitarnya. Belum lagi sikap sebagian besar orangtua yang terlalu protektif pada anak yang akhirnya bisa menghambat perkembangan anak.

Karena alasan kebersihan, banyak orangtua yang cemas membiarkan anaknya menyentuh benda-benda, atau anak terus menerus digendong atau menaruhnya di kereta dorong.

"Menggendong terlalu lama akan mengurangi kesempatan anak untuk merangkak atau merasakan tekstur yang berbeda, misalnya tekstur lantai, karpet, atau sofa," katanya.

Karena berkurangnya kesempatan untuk mengeksplorasi itulah, menurut Paulin, KindyROO menciptakan program khusus untuk menstimulasi anak-anak.

"Program KindyROO seperti buku panduan untuk orang tua karena menginformasikan kepada orang tua bagaimana cara menstimulasi anak mereka dengan baik tetapi tetap fun," katanya.

Selain melalui permainan yang dirancang khusus untuk mendukung kemampuan motorik anak, KindyROO juga menyediakan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan stimulasi anak sesuai tahap perkembangannya.

Tentu saja setiap kegiatan tersebut dilakukan secara menyenangkan melalui nyanyian dan tarian. Stimulasi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap panca indera tersebut, kelak akan menjadi landasan bagi perkembangan kognitifnya di masa datang



sumber: edukasi.kompas.com

Sunday, June 3, 2012

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak

Selama masa pertumbuhan, anak akan cenderung mengalami beberapa gangguan yang dapat menghambat perkembangannya. Orang tua harus lebih peka terhadap gangguan yang dialami anaknya agar anak memiliki perilaku dan mental yang baik ketika dewasa.
Berikut 5 hal yang mengganggu perkembangan anak, seperti dilansir dari onlymyhealth, Selasa (29/5/2012) antara lain:
1. Gangguan Kebiasaan
Gangguan kebiasaan mungkin suatu usaha yang dilakukan anak untuk mengalahkan stres. Beberapa gangguan kebiasaan yang paling sering terjadi diantaranya mengisap ibu jari, menggigit kuku, membenturkan kepala, menggigit atau memukul dirinya sendiri, menggoyangkan tubuh dan lain sebagainya.
Semua anak yang mengalami gangguan kebiasaan akan menunjukkan perilaku repetitif, tetapi tergantung juga pada frekuensi dari kebiasaan itu. Sebagai contoh, anak kadang mengisap jempol yang merupakan fenomena pertumbuhan yang biasa, tapi jika terus berlanjut hingga usia tertentu, mungkin menjadi tanda peringatan terhadap gangguan kebiasaan.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja mental. Permasalahan gangguan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya pengasuhan, masalah keluarga, kurangnya perhatian, penyakit kronis atau cedera, dan rasa kehilangan atau perpisahan.
Anak biasanya tidak langsung bereaksi ketika masalah terjadi, tetapi akan menunjukkan reaksi kemudian hari. Bimbingan yang tepat dapat membantu anak dapat mempersiapkan diri jika dihadapkan pada masalah yang sifatnya traumatis pada anak. Orang tua harus dapat memotivasi anak agar lebih ekspresif menghadapi ketakutan dan kecemasannya.
3. Gangguan Perilaku
Perilaku tertentu adalah normal terjadi pada anak-anak pada usia dini, tetapi jika masih tetap berlanjut hingga kemudian hari mungkin mengundang intervensi. Gangguan perilaku pada anak dapat ditunjukkan seperti suka melampiaskan amarah karena frustrasi atau kesal terhadap suatu hal.
Orangtua bisa mengontrol perilaku anak dengan menjauhkan anak dari hal-hal yang membuat anak bertindak demikian. Sementara perilaku anak yang mencuri atau berbohong mungkin umum pada tahap awal perkembangannya, pastikan kebiasaan tersebut tidak berlanjut.
4. Gangguan Tidur
Masalah tidur termasuk jam tidur yang terlalu banyak atau terlalu sedikit pada anak. Gangguan saat tidur pada tahap petumbuhan mungkin memiliki efek yang merugikan pada kemampuan kognitif anak. Orang tua harus mendorong anak untuk tidur pada waktu yang teratur setiap harinya.
5. Gangguan Kecemasan
Kecemasan dan ketakutan normal terjadi pada anak dalam masa perkembangan, tetapi jika terus berlanjut dalam waktu yang lama, mungkin akan melumpuhkan kondisi sosial anak. Gangguan kecemasan dapat dikelola dengan cara mengobati kondisi kejiwaan anak seperti terapi keluarga.

3 Kebutuhan Pokok Anak di Masa Pertumbuhan

Masa pertumbuhan yang dimulai sejak anak-anak hingga remaja adalah masa yang sangat penting dalam membentuk karatker anak yang berkualitas. Menurut pakar tumbuh kembang, ada 3 kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar anak bisa tumbuh optimal pada masa-masa paling menentukan ini.
Kebutuhan pokok yang pertama adalah pertumbuhan fisik yang baik, antara lain dengan pemberian nutrisi seimbang. Dimulai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif selama 6 bulan pertama sejak anak dilahirkan, lalu dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai dengan periode tumbuh kembang.
Setelah kebutuhan pokok yang pertama yakni pertumbuhan fisik terpenuhi, kebutuhan pokok berikutnya adalah kasih sayang. Sejak dalam kandungan hingga usia 2-3 tahun, kasih sayang orangtua akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan kepribadian anak.
"Nutrisi itu kalau di komputer hanya membentuk hardware saja, isinya atau softwarenya harus dibentuk dengan kasih sayang," kata Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, pakar tumbuh kembang anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam media gathering jelang Konferensi Keluarga Cerdas Frisian Flag di Kemayoran, Jumat (1/6/2012).
Terakhir, kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam masa pertumbuhan anak adalah stimulasi. Kreativitas dan kecerdasan yang bagus hanya bisa diperoleh anak-anak dengan adanya stimulasi dari orang-orang di lingkungan sekitar, sehingga orangtua berkeajiban membangun lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Khusus untuk kebutuhan anak akan stimulasi, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Ir Musliar Kasim, MS mengingatkan agar anak tidak terlalu dipaksa untuk belajar. Saat ini, sekolah-sekolah dasar, bahkan sekolah favorit sekalipun sudah dilarang keras untuk mensyaratkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung bagi calon peserta didiknya.
"Kalau ternyata anaknya sudah bisa baca tulis dan berhitung sebelum masuk sekolah, ya tidak masalah. Tapi jangan diwajibkan dengan menetapkan kemampuan-kemampuan tersebut sebagai syarat untuk bisa masuk sekolah, itu tidak boleh. Stimulasi juga tidak perlu dipaksakan," kata Musliar.

GIZI SEIMBANG UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK


Pendahuluan
Kita membutuhkan lebih dari 48 macam zat-zat gizi setiap hari, dan zat-zat gizi itu kita dapatkan dari makanan. Namun tidak ada satu macam makanan yang dapat memenuhi zat gizi tersebut, kecuali ASI yang dapat menyuplai kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Ada satu makanan mengandung zat-zat gizi, ada pula makanan lain yang mengandung zat-zat gizi lain, karena itu kita harus makan bermacam-macam makanan agar semua zat-zat gizi itu terpenuhi. Makin banyak ragamnya makanan yang kita makan setiap hari, makin baik tingkat kesehatan kita, karena makin komplit zat-zat gizi yang kita dapatkan dari makanan.
Gizi seimbang dalam pengertian praktis bahwa zat-zat gizi yang dibutuhkan hadir dalam menu makanan kita, atau dengan kata lain bahwa kita berperilaku makan sehat dengan makanan yang beragam setiap hari. Makin banyak ragam makanan yang kita senangi makin baik, dan badan kita makin sehat.
Apabila kita menyenangi semua macam makanan, tidak ada makanan yang tidak disukai dan tidak ada pula makanan yang terlalu disukai, kita makan sayur dan buah setiap hari, maka garansi badan kita akan tetap sehat.

Menganekaragamkan makanan bayi
Sampai bayi berumur 4 bulan, kepada bayi cukup hanya diberi ASI, dan keadaan ini disebut ASI eksklusif, artinya hanya ASI. Apabila ibu memberikan makanan lain selain ASI dianggap kurang baik, karena bayi tidak membutuhkannya. Selain itu ada kekhawatiran terhadap kemungkinan makanan tersebut kurang bersih dipersiapkan, sehingga terkontaminasi oleh mikroba patogen yang dapat menyebabkan bayi menderita diare atau sakit. Bayi yang sakit akan berkurang nafsu makannya, atau gizi dari makanan akan terbuang karena diare, pengeluaran energi akan tinggi karena demam, dan kalau kontaminasi makanan ini berulang kali terjadi, dapat menyebabkan bayi menderita kekurangan gizi. Oleh sebab itu ASI eksklusif perlu dipraktekan dalam kebiasaan sehari-hari.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia perlu mendapat makanan tambahan karena ASI saja sudah tidak mencukupi lagi. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi mempunyai dua fungsi utama : (1) memenuhi kebutuhan zat-zat gizi untuk tumbuh kembang, dan (2) membentuk kebiasaan makan dikemudian hari. Kelenjar alat perasa berkembang sangat pesat pada usia 6-12 bulan, sehingga makanan yang diberikan pada masa itu menentukan kebiasaan makan di kemudian hari. Kalau bayi diberi makan-makanan yang rasanya asin, dikemudian hari ia akan senang makanan asin, kalau diberi makanan yang rasanya manis kelak dia akan senang makanan manis, kalau bayi diberi makanan sayur, maka kelak ia akan menyenangi sayur, dan kalau bayi diberi makanan yang banyak macam ragamnya maka kelak ia akan senang dengan macam makanan yang ada disekelilingnya. Jadi sesungguhnya penganekaragaman makanan dibentuk dan dimulai sejak bayi. Penelitian yang memberikan bermcam-macam masakan tim, yaitu nasi tim, ubi tim, jagung tim, singkong tim, kentang tim, dan makaroni tim yang masing-masing mengandung 160-185 Kal dan protein antara 10-12 g meunnjukkan hasil yang menggembirakan karena bayi menyenangi semua makanan tim tersebut.
Dengan disertai penyuluhan gizi terhadap ibu-ibu, baik mengenai pemilihan bahan makanan yang bisa diberikan kepada bayi maupun cara-cara pengolahannya, maka penganekaragaman makanan yang dimulai sejak bayi ini akan memberikan dampak yang lebih positif terhadap penganekaragaman dalam arti yang lebih luas. Jadi penganekaragaman konsumsi pangan hendaknya dimulai sejak bayi.

Perkembangan Bayi
Sekitar usia 4 sampai 6 bulan, bayi sudah siap mencoba makanan lunak, akan tetapi apabila bayi selalu mengeluarkan makanan dengan lidahnya, ada kemungkinan bayi belum siap menerima makanan itu. Tunggu beberapa hari dan kemudian mulai lagi.
Pada usia 4 bulan, bayi sudah dapat diperkenalkan buah-buahan dan sayur-sayuran serta tepung-tepungan. Tepung beras atau gandum dan tepung kacang-kacangan mudah dicerna oleh bayi. Makanan bayi dimulai dengan memberi bubur susu yang terdiri dari campuran tepung beras atau tepung lainnya, susu, dan air yang sudah mendidih yang dimasak sesuai dengan kebiasaan. Pada hari pertama dapat diberikan setengah sampai satu sendok, dan secara perlahan-lahan naik menjadi 1 sampai 2 sendok, dan seterusnya. Juga pada bayi mulai dapat diberikan pisang yang dikerok dan jus buah-buahan (sari buah) dengan pendekatan yang sama, yaitu dimulai dengan jumlah sedikit lalu berangsur-angsur bertambah banyak.
Teruskan pengenalan makanan baru ini beberapa hari sebelum dia diperkenalkan dengan makanan baru lainnya. Cara ini memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyenangi makanan tersebut dan kesempatan buat ibu untuk mempelajari reaksi bayi terhadap makanan baru itu. Harus selalu  diingat bahwa alat perasa bayi sangat sensitif dan bayi tidak membutuhkan penambahan gula atau garam.
Apabila bayi telah menyenangi makanan tertentu dimana komposisinya hanya terdiri dari 1 atau 2 macam, berikan kemudian lebih bayak macamnya dalam bentuk makanan lunak. Hal ini sangat penting bahwa bayi sesungguhnya sedang belajar makan dan belajar menyenangi bermacam-macam bahan makanan. Apabila ibu mengitroduksi bermacam-macam bahan makanan, maka dia akan senang bermacam-macam makanan, dan ini akan menjadi kebiasaan makan kelak dia akan senang segala macam makanan yang pernah diperkenalakan kepadanya sewaktu ia masih bayi. Dengan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan, maka kebutuhan akan banyak macam zat gizi akan terpenuhi, dan merupakan jaminan terhadap pertumbuhan dan kesehatan badan yang optimal serta perkembangan kecerdasan yang didambakan oleh ibu dan keluarganya.

Kurang Gizi dan Perkembangan Otak
Penelitian-penelitian yang ekstensif telah banyak dilakukan baik langsung terhadap manusia maupun terhadap hewan percobaan, dan dimanipulasi hasilnya untuk dianalogikan dengan hasil penelitian terhadap manusia.  Sintesa DNA didalam otak berlangsung pesat sejak janin berumur empat bulan – lahir – sampai bayi berumur 18 bulan. Masa itu disebut critical period , dimana perkembangan otak mencapai 80. Pada periode ini peranan gizi sangat penting karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu sekarang memberi makanan kepada bayinya.
Keadaan kurang gizi yang terjadi pada usia sangat muda memepngaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Hasil-hasil penelitian di dalam dan luar negeri menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara keadaan gizi dan kecerdasan. Hasil penelitian terbaru di pengalengan menunjukkan bahwa kurang gizi pada tingkat ringan saja sudah menyebabkan kemunduran kecerdasan, apalagi kurang gizi pada tingkat sedang dan berat seperti marasmus dan kwashiorkor.

Suplemen Makanan Pada Usia Bayi
 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa anak-anak yang dahulu mendapat suplemen makanan berumur kurang dari 18 bulan, pada delapan tahun kemudian mempunyai skor uji kognitif lebih baik dari kelompok kontrol. Hasil penemuan ini mendemostrasikan bahwa suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi berumur kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak samapi 8 tahun kemudian. Kami mempunyai dugaan, bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen.

Pengasuhan dan Perilaku Memberi Makan Anak.
Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang. Juga termasuk didalamnya tentang kasih sayang dan tanggungjawab orangtua.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, dimana ketersediaan pangan dirumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktek memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, higiena makanan, kebersihan perorangan, dan praktek psikososial adalah faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pulan faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih didalam rumah, bahan pangan yang tersedia untu kmakanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau pengasuh lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan ibu mempraktekan pengetahuan yang dipunyainya dalam kehidupan sehari-hari, serta dukungan emosional anggota keluarga lainnya, tetangga, dan masyarakat, semuanya terakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak.
Praktek pengasuhan dan sumber-sumbernya berbeda antar daerah kerena perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang sama. Namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan, dan kasih sayang adalah universal. Perubahan di dalam keluarga dapat terjadi karena urbanisasi peningkatan peranan wanita dalam ekonomi keluarga, dan pendidikan yang lebih tinggi yang kesemuanya berakibat meningkatnya kebutuhan akan perubahan dan adaptasi dalam praktek pengasuhan anak.

Interaksi Ibu dan Anak
 Salah satu faktor terpenting  dalam tumbuh kembang anak adalah pengasuhan yang memahami kebutuhan anak. Anak membutuhkan interaksi positif dengan ibunya atau pengasuhnya. Pengaruh budaya yang mendukung interaksi ibu dan anak perlu dilestarikan. Perilaku eksplorasi atau learning melalui interaksi ini perlu dicermati, dan anak membutuhkan dorongan dari orangtua untuk mengembangkan kemampuannya. Anak-anak yang mendapat stimulasi verbal dan dorongan kognitif menunjukkan pertumbuhan badannya lebih cepat dari anak-anak pada kelompok kontrol yang tidak diberi stimuli.

Efek Psikososial Terhadap Perkembangan Anak
Beberapa informasi mutahir menunjukkan bahwa intervensi psikososial meningkatkan perkembangan kognitif anak. Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orangtua tentang interaksi orangtua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan angka berat bayi lahir rendah, prematur, dan kurang gizi pada anak balita. Contoh lainnya adalah pengasuhan anak di TPA (Taman Penitipan Anak) oleh pengasuh yang mendapat pelatihan menunjukkan rata-rata IQ anak yang diasuh lebih tinggi daripada rata-rata IQ anak yang diasuh oleh pengasuh yang tidak dilatih.
Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajad pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota, Columbia, membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 bulan, lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Mekanismenya dapat diterangkan sebagai berikut. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu-ibu menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-ibu memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar dari pada ibu-ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya.

Kesimpulan
Perkembangan otak yang pesat terjadi sejak janin berumur 4 bulan dalam kandungan-lahir-sampai bayi berumur 1 tahun. Masa itu disebut critical period, dimana perkembangan otak mencapai 80. Pada periode itu peranan gizi sangat penting karena masa depan anak sangat ditentukan oleh bagaimana ibu sekarang memberi makan kepada bayinya.
Ada dua aspek penting mengenai makanan bayi:
(    1)    Bayi membutuhkan zat-zat gizi yang memenuhi akan tumbuh kembang dan kesehatan,
(    2)    Bayi belajar bagaimana seharusnya ia makan; makanan yang biasa ia dapatkan pada waktu sekarang akan tertanam menjadi perilaku makan di kemudian hari.
Oleh karena itu berilah makan bayi makanan yang beragam. Penganekaragaman makanan yang diberikan kepada bayi, menjamin semua macam zat-zat gizi yang dibutuhkannya dapat terpenuhi, dan mendidik bayi agar di kemudian hari dia senang makan-makanan yang beragam.
Pemberian makanan yang terbuat dari bahan pangan lokal, dan dengan resep masakan setempat yang diberikan kepada bayi dan anak usia muda meningkatkan kecerdasan anak, serta mempunyai efek panjang sampai ia duduk dibangku sekolah.
Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional dan kasih sayang memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan intelektual anak
Bayi yang gizinya baik sekarang akan sehat pada waktu dewasa. Bayi yang pertumbuhannya kurang gizi mempunyai rendah kemampuan intelektualnya dan sangat terbatas kesempatan untuk maju diperolehnya, pada saat dewasa kelak, berbagai faktor ketidakmampuan ini menjadi satu compounding (kesatuan) yang menyebabkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan menjadi rendah.

Oleh : Dr. Mahdin A. Husaini (Ahli Peneliti Utama Kementerian Kesehatan)
Sumber : Bulettin PAUD Volume 10 Tahun 2011 

MENDIDIK KARAKTER


Mendidik tidak selalu dilakukan secara sadar atau disengaja secara bersama-sama antara orang yang mendidik dan orang yang dididik. Mendidik juga bukan berarti hanya memberi nasihat, menghukum, atau berkhutbah.
Jadi apakan mendidik?, untuk mengerti hal ini, harus melihat siapa yang mendidik dan siapa yang dididik. Yang mendidik adalah orangtua, kakek, nenek, kakak, dan siapa saja yang secara bersama-sama membentuk lingkungan pendidikan dengan suasana yang baik. Inilah yang kemudian disebut pendidikan informal.
Benar, Keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak. Mengapa? Anak meniru hal yang dilihat dan didengar dari lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Anak laki-laki dan perempuan menjadi besar dala suatu suasana. Suasana tersebut adalah perilaku orangtua dan orang-orang disekitarnya, cara bercakap, cara bergerak, dan cara bersikap dalam keseharian.
Dengan demikian, memberi contoh dan meniru contoh sesungguhnya merupakan bagian dari proses pendidikan. Bukan hanya khotbah atau memberi nasihat. Anak akan merasa muak kalau terus menerus dijejali dengan petunjuk dan nasihat.
Orang tua jangan berpendapat bahwa anak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian aturan, nasihat, dan petunjuk. Hal terpenting dalam mendidik adalah suasana di rumah. Rumah jangan menjadi rumah kosong, dimana ayah sibuk bekerja dan ibu tidak betah di rumah, lalu urusan anak diserahkan kepada pembantuatau pengasuh. Rumah juga bukan gudang arena perselisihan, dan bukan pula tempat mengekspresikan kebencian.
Harus diingat, pendidik sepanjang hayat bukanlah guru di sekolah, melainkan orangtua. Orangtua memiliki posisi strategis dalam kehidupan anak. Ia bertanggungjawab besar dalam mendidik anak sejak dia bangun tidur hingga kembali tidur. Kenyataan inilah yang membuat orangtua memiliki peran penting dan sentral dalam membangun karakter anak.
Hal tersebut tak lain karena karakter tidak bisa diajarkan, tetapi harus melalui proses pembiasaan dan ditanamkan melalui teladan. Satu hal yang tidak dapat disangsikan, pendidikan karakter tergantung pada kepribadian orangtua. Maka bukan tanpa alasan bila ada peribahasa yang menyebutkan, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, bagaimana orang tua maka demikian jugalah anaknya.
Oleh : Elih Sudiapermana
Sumber : Majalah Aksara No. 30/TahunVI/edisi Mei-Juni 2011

Friday, June 1, 2012

Pendidikan Usia Dini Optimalkan Potensi Anak

Merancang waktu bermain dengan anak bukanlah hal yang mudah bagi para orangtua yang waktunya semakin sempit karena kesibukan kerja. Padahal, bermain merupakan bagian dari perkembangan anak yang tidak bisa dilepas begitu saja, terutama anak usia dini yang sedang memasuki tahap usia emas.

Di usia emas (0-3) tahun anak membutuhkan banyak stimulus agar saraf-safaf di otaknya semakin berkembang sehingga kecerdasannya bisa optimal. Aktivitas yang tepat di usia ini akan mendukung perkembangannya kelak.

Beruntung karena kini sekolah anak usia dini makin banyak sehingga orangtua memiliki pilihan yang lebih beragam. Namun di sisi lain hal ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam menentukan sekolah terbaik di antara sekian banyak tawaran.

Para pakar perkembangan anak menuturkan, sekolah yang baik bukan diukur dari bangunan fisiknya saja tapi juga "kurikulumnya". Hendaknya sekolah tidak terlalu menekankan pada aspek kognitif saja tapi juga aspek lain seperti kecerdasan intelektual, emosi, sosial, serta psikomotorik anak.

Karena anak di usia dini masih memerlukan perkembangan motorik, sebaiknya pilih sekolah yang menyediakan fasilitas permainan yang sesuai dengan kebutuhan stimulasi anak.

Salah satu sekolah untuk anak usia dini yang telah berpengalaman lama, KindyROO, bisa menjadi pilihan. Sekolah yang didirikan 30 tahun lalu oleh Margaret Sasse di Melbourne, Australia, ini kini telah hadir di Jakarta, yakni di Kemang Square Jakarta Selatan.

Aktivitas yang dilakukan anak di KindyROO adalah kegiatan bermain yang terarah yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. "Dengan menstimulasi otak anak di usia dini bisa membantu kemampuannya dalam menangkap atau menyerap pelajaran lebih cepat ketika mereka masuk sekolah," kata Paulin, principal di KindyROO Jakarta.

Kegiatan kelas di KindyROO dimulai dengan bernyanyi bersama lalu dilanjutkan dengan berbagai aktivitas menarik di bawah bimbingan para pengajar berpengalaman. “Setiap lagu yang dinyanyikan, setiap permainan yang dimainkan, setiap aktivitas dirancang secara khusus untuk memaksimalkan kemampuan anak untuk belajar,” kata Margareth Sasse, pendiri KindyROO.
Yang menarik selain mendidik anak, orangtua atau pengasuh anak juga bisa ikut terlibat dalam aktivitas anak sehingga mereka mendapat pengalaman cara-cara yang tepat untuk menstimulasi anak di rumah.

Setiap minggunya akan diberikan tema berbeda untuk menjadi panduan belajar. Demikian juga dengan permainan musik. Membiasakan anak bermain musik sejak dini dipercaya sangat penting dampaknya untuk membangun fondasi anak di bidang bahasa, matematika, ritme, dan juga seni.

Seluruh peralatan permainan yang tersedia didesain khusus untuk melatih anak melatih keterampilan motorik kasar, misalnya memanjat, melompat, merangkak, dan sebagainya. "Susunan dan setting alat permainan di tempat kami juga sering diganti untuk memberi tantangan baru," kata Paulin.

Aneka kelas

Untuk pendidikan anak usia dini, KindyROO membuka beberapa kelas mulai dari anak usia 6 minggu hingga di atas 4 tahun.

Kelas yang tersedia untuk bayi usia 6 minggu sampai bayi yang sudah siap merangkak disebut kelas Non-mobile babies ditujukan untuk menstimulasi perkembangan motorik dan sensorik anak. Di kelas ini orangtua juga bisa menghabiskan waktunya bermain bersama bayi. Aktivitas utamanya adalah melatih kekuatan, keseimbangan, dan kesadaran tubuh pada bayi.
“Berbagai macam permainan positif di sini membuat saya tertantang melatih skill motorik anak," kata Deasy, ibu dari Sammy (5,5 bulan) yang memasukkan anaknya di kelas Non-mobile babies.

Kelas selanjutnya adalah mobile babies bagi bayi-bayi yang sudah mulai merangkak. Aktivitas di kelas ini ditujukan untuk merangsang panca indera bayi seperti indera penglihatan dan pendengaran yang akan membantu perkembangan bahasanya.

Kemudian ada kelas untuk bayi yang sudah bisa berjalan hingga dua tahun. Kegiatan-kegiatan di kelas ini lebih difokuskan untuk melatih keterampilan tangan sambil membangun pengenalan bahasa.

Untuk anak yang lebih besar, usia 2-3 tahun, anak-anak diajak untuk lebih mandiri serta melatih konsentrasi anak. Anak-anak juga dilatih mendengarkan instruksi dengan baik dan diperkenalkan konsep kata yang lebih mendalam dari kelas sebelumnya.

Sementara itu untuk kelas anak usia 3-4 tahun anak diajak belajar mengikuti instruksi yang lebih rumit, bekerja sama dalam kelompok, dan juga belajar memecahkan masalah. Terakhir, untuk kelas anak berusia lebih dari 4 tahun, aktivitas yang tersedia dirancang untuk menstimulasi anak agar tidak mengalami kesulitan dalam belajar di kemudian hari

sumber : edukasi.kompas.com